" I'M WITH YOU "

NARUTO DISCLAIMER BY MASASHI KISHIMOTO

THIS STORY BY SAITOU NANA'O

RATE : T+

GENRE : Family, Hurt/comfort, Romance

Main Pair : Uchiha sasuke x Haruno Sakura x Uzumaki Naruto

Warning : typo, EYD gak beraturan, cerita yang belum sempurna, DLL

Note : saya bingung kalo disuruh nyari genre, rate dan judul ceritanya. Adakah yang berkenan memberitahu saya jika ada yang salah?


DON'T LIKE DON'T REAT

HAPPY READING ^^


SAKURA POV

Dikala senja berganti dengan malam, angin semilir berhembus beriringan. Bulan menunjukkan cahayanya, bintang mulai berkelipan, suara-suara hewan malam saling bersautan seakan-akan mereka bergantian untuk saling bernyanyi bersama.

Kurasakan hembusan angin malam yang menerpa tubuhku, merasakan lembaian lembut diwajahku. Aku duduk termenung ditaman belakang rumah. Mataku terpejam erat,mencoba merasakan indahnya malam ini.

"Sakura, ayo masuk! Nanti bisa sakit jika diluar terus seperti itu." Ucap ibu'ku dari dalam rumah, ia melangkah keluar untuk mengajakku masuk kedalam rumah.

"Sebentar ibu… aku masih ingin lihat bulannya, ibu lihat sendiri kan? Malam ini bulan purnama bu, bulannya indah sekali…" Rengekku yang masih ingin diluar, karena malam ini begitu indah.

"Tapi udaranya sangat dingin Sakura, nanti kau bisa sakit…"

-Haruno Mebuki ibu dari seorang Haruno Sakura yang sangat mengkhawatirkan putrinya, bagaimana tidak? Sakura adalah putri sulung dari Haruno Kizashi dan Haruno Mebuki , kedua orang tuanya sangat mencintai dan menyayangi Sakura. Merawatnya sepenuh hati meskipun kini ia telah beranjak dewasa. Bagi Sakura, keluarganya sangat sempurna. Keluarga kecil yang bahagia dan penuh kehangatan. Kelak, ia juga ingin mempunyai keluarga seperti keluarganya saat ini. -

"Ahh.. ibu, ayolah… sebentar…"

"Mau sampai kapan disini terus?" tiba-tiba muncul suara seseorang yang sangat aku kenal dari belakangku, ia berjalan menuju kearahku dengan membawa sebuah selimut.

"Naruto-kun…!" Seruku sambil berhambur kedalam pelukan seseorang yang sangat aku cintai. Yah, orang yang aku cintai.

Naruto, seorang pria berambut kuning, postur tubuh tinggi tegap dengan kulit berwarna coklat tan, hidung mancung dan bibir tipis merupakan anugrah yang ia dapatkan untuk paras tampannya.

Namun dari semua itu yang kusukai darinya adalah senyumannya yang lembut, cengirannya yang khas, dan mata blue shappire yang begitu menenangkan. Aku suka setiap bagian dari Naruto, aku suka dengan apa yang terdapat dibagian dari dirinya.

Dan yang membuatku semakin mencintainya adalah betapa tulusnya hati Naruto yang begitu menyayangiku, sama seperti aku menyayanginya. Hatinya begitu tulus untuk menerimaku dengan apa adanya diriku.

"Sakura-chan, ayo masuk…" ucap Naruto sambil menyelempangkan sebuah selimut ditubuhku. Ia membelai pelan rambut dan pipiku, ia tersenyum tulus saat menatapku. Dan itu membuat jantungku berdebar merasakannya, aku yakin kini pipiku sudah bersemu merah melihat perlakuan lembutnya padaku.

"Hahaha, pipimu merah… "

"Iyah-iyah, ayo masuk.." Sudah kuduga pasti Naruto akan mengetahuinya, setiap kali aku mendapatkan perlakuan lembut darinya, dapat dipastikan pipiku akan bersemu merah jika melihatnya.

Naruto membawaku masuk kedalam rumah. Aku dan Naruto duduk diruang tamu, sementara ibu'ku membuatkan minuman hangat untuk kita.

"Naruto-kun, bagaimana sekolahmu hari ini?" Tanyaku untuk membuka topik pembicaraan malam ini.

"Yaahhh, seperti biasa… tugas dari sekolah selalu menumpuk! Bisa-bisa kepalaku jadi botak karna mengerjakan tugas setiap hari." Aku hanya terkikih geli melihat tingkah laku Naruto, ia mengeluh seperti anak SD yang tidak pernah mau untuk mengerjakan tugasnya. Seharusnya, ia bisa berpikiran dewasa. Kini ia sudah kelas 2 SMA, namun kenyataanya ia masih saja sering berulah disekolah. Yang aku tau, Naruto sangat berbeda jika sedang bersamaku, ia lebih dewasa dan pengertian. Sedangkan yang aku dengar, disekolah Naruto adalah tipe anak berandal. Membolos jam pelajaran, mengganggu kakak atau adik kelasnya, merokok dilingkungan sekolah, dan yang pasti ia sering keluar-masuk ke BP. Tipe badboy.

Tapi dimataku, Naruto adalah seorang anak yang baik. Ia terkadang dewasa, namun juga ia bisa kekanakan tapi itu akan dilakukannya jika ia ingin menghiburku. Ia sangat baik, namun kadang terlalu overprotektif tapi itu semua ia lakukan demi menjagaku.

"Hei sudahlah… jangan mengeluh terus seperti itu… mau aku bantu untuk mengerjakannya?"

"Huahh… terima kasih Sakura-chan…"

END SAKURA POV

-000-

Disebuah rumah yang megah bergaya rumah Eropa klasik diruang tamu, terdengar suara keributan didalamnya. Keributan kedua orang pemilik rumah megah tersebut, suara mereka begitu keras sehingga menyebabkan pantulan suara didalamnya. Seharusnya rumah itu sangat hening tidak ada suara apapun didalamnya, namun pertengkaran kedua orang ini menyebabkan suasana rumah menjadi berisik seperti didalam bioskop dan aura-aura yang tidak mengenakan menguar keseluruh penjuru rumah. Semua pelayan-pelayan dan semua orang didalamnya hanya diam membisu tidak berani untuk mengucapkan sepatah katapun.

"Berhentilah berteriak! Kau membuatku muak!" Bentak pria paruh baya pada seorang wanita yang ada didepannya, tak lupa juga dengan tatapannya yang tajam juga ia berikan pada wanita itu. Ia amat murka, kedua tangannya saling mengepal kuat sehingga otot-otot diseluruh pergelangan tangannya terlihat.

"Kau yang seharusnya diam!" tak mau kalah dengan pria yang ada didepannya sang wanita juga memberanikan diri untuk menatap mata pria tersebut.

kedua mata yang beririskan onyx saling beradu, tidak ada yang memilih untuk saling mengalah.

"Hah diamlah! Aku lelah dengan pekerjaanku! Dan kau. Kau hanya menghamburkan-hamburkan uang hasil kerja kerasku. Kau sama saja seperti wanita rendahan yang lainnya…"

Uchiha Fugaku sang kepala keluarga sedang bertengkar hebat dengan istrinya – Uchiha Mikoto – kenapa? Jangan tanyakan kenapa mereka bisa bertengkar. Hampir setiap hari mereka selalu bertengkar dengan sebuah alasan yang tidak masuk akal. Paling tidak sebuah masalah akan bisa terselesaikan jika dengan kepala dingin. Tidak dengan mereka berdua, terlalu mempunyai ego yang sudah terlanjur tinggi. Egois. Keras kepala.

"Ini rumahku, ini semua milikku, ini semua uangku, dan ini semua hasil kerja kerasku… jadi, kau bisa ku'usir dari rumah ini kapanpun yang aku mau!" Fugaku melepaskan jas dan dasinya, membuangnya kesembarang arah dan menghempaskan tubuhnya kesofa.

"Jadi… kau ingin aku pergi dari rumah ini?! Baik aku akan pergi. Sekarang juga." Mikoto yang sedari tadi berani untuk menatap mata suaminya, kini ia sudah berpaling kearah lain. Menundukan kepalanya, air matanya sudah tidak dapat terbendung lagi. Tangan kirinya meremas dadanya yang terasa sesak. Ia melangkahkan kakinya perlahan, namun Fugaku dengan sinisnya menyindir Mikoto

"Kau mau pergi kemana hah?! Kau sudah tidak mempunyai keluarga lagi… Oh, atau kau akan pergi dengan selingkuhanmu? Baik, silahkan keluar dari rumah ini!"

"Ayah hentikan! Hentikan pertengkaran ini! Ibu kumohon jangan pergi…" Teriak seorang pemuda berambut raven, ia keluar dari persembunyiannya. Uchiha Sasuke, ia adalah putra sulung dari Uchiha Fugaku dan Mikoto. Sasuke sudah mendengar semua pertengkaran ayah dan ibunya. Ia muak melihat orang tuanya seperti ini. Dulu ia hanyalah seorang anak kecil yang tidak tau apa-apa. Namun sekarang ia sudah beranjak dewasa, ia sudah tau segalanya sekarang. Segala pertengkaran orang tuanya. Mungkin, keluargannya saat ini bisa dibilang broken home. Dan sekarang ia memberanikan diri untuk melerai kedua orang tuanya, terlalu muak untuk melihat semua pertengkaran ini.

"Maafkan ibu Sasuke, ibu harus pergi…" Mikoto menghentikan langkahnya membalikan badannya untuk melihat putranya.

"Biarkan ibumu pergi Sasuke!" Sasuke yang hendak menuju ke ibunya dicegah oleh ayahnya.

"Tidak! Ayah sudah keterlaluan! Jika ayah membiarkan ibu pergi, maka aku akan ikut juga dengan ibu!" Bentak Sasuke pada ayahnya, Fugaku memberikan kode pada pengawalnya untuk menahan Sasuke pergi. Kedua lengan Sasuke telah digenggam erat oleh kedua pengawal Fugaku, Sasuke berontak ingin dilepaskan. Namun usahanya hanya sia-sia, kekuatan kedua pengawal itu lebih besar darinya.

"Sasuke! Biarkan wanita kotor itu pergi dari rumah ini! Dan kau tetap tinggal disini!" Fugaku menatap sinis pada putra sulungnya dan punggung Mikoto yang sudah pergi semakin menjauh dari dalam rumah.

"JANGAN! Ibu… jangan pergi! Lepaskan aku! Lepasss…!"

BUAGH.

Kepala Sasuke terasa berkunang-kunang, badannya terasa berat, dan ia sudah lelah. Sasuke terjatuh pingsan setelah mendapatkan pukulan keras dari pengawal sang ayah. Kini ibunya telah meninggalkan kediamanan keluarga Uchiha, sedangkan ayahnya merasakan sesak pada pernafasannya, kepalanya mulai terasa berat, detak jantungnya sudah tidak beraturan.

-000-

Seorang anak kecil berambut raven dan beririskan mata onyx sedang berlarian ditaman belakang rumah. Ia tidak sendiri, ia sedang bersama ibunya, seorang wanita muda yang mempunyai paras cantik dan awet muda. Mereka terlihat begitu bahagia, bercanda bersama.

'Sasuke-kun… nanti jika kau sudah besar kau ingin jadi apa?' Tanya Mikoto pada putra sulungnya yang masih berumur tujuh tahun.

'Aku ingin jadi seperti ayah! Ayah adalah orang terhebat yang pernah kutemui...' Ucap Sasuke dengan nada yang semangat.

'Oh ya? Apa kau yakin?'

'Uhm…' Sasuke hanya mengangguk pasti dan matanya sangat berbinar-binar. Menunjukkan betapa seriusnnya ia ingin menjadi seperti ayahnya.

'ya, semoga kelak kau bisa menjadi seperti ayahmu, dan kuharap kau bisa lebih hebat dari ayah.'

Sasuke mulai terbangun dari tidurnya. Kepala Sasuke terasa berat, pengelihatannya sedikit memburam, namun ia berusaha untuk menahan rasa sakit itu. Sasuke mencoba mengingat-ingat kejadian yang semalam terjadi. Hatinya terasa sesak saat mengingat-ingat kejadian tersebut.

Seorang yang amat ia sayangi sudah pergi dari rumahnya. Meninggalkan beribu kenangan dan meninggalkan Sasuke sendirian. Sendiri. Pertama, ia kehilangan kebahagiaan dalam hidupnya. Kedua, ia harus ditinggal oleh kakakknya yang bernama Uchiha Itachi, saat itu Itachi sudah dewasa jadi ia bisa bertindak semaunya, Itachi sudah muak melihat kedua orang tuanya seperti itu terus . Sebenarnya, Itachi tidak ingin meninggalkan Sasuke didalam sebuah keluarga yang rusak, namun ia tetap lebih memilih untuk meninggalkan keluarganya. Dan sekarang, Sasuke harus kehilangan Ibunya, sebenarnya Sasuke masih ingin bersama ibunya, karena hanya ibunya lah yang memberikan pencerahan terhadap hidupnya. Kehangatan dan ketulusan selalu ia terima hanya dari ibunya seorang. Dan sekarang? Siapa lagi yang akan memberikan semua itu padanya. Cahayanya sudah sepenuhnya menjadi gelap sekarang.

Sasuke menjadi geram memikirkan semua hal itu. Itu semua akibat ayahnya. Semuanya. Kebahagiaan, keluarga, kebersamaan. Semuanya direnggut oleh sang ayah. Dengan emosi yang memuncak, Sasuke bangun dari atas ranjangnya, berjalan keluar dari kamarnya dan membanting pintunya dengan keras.

"Hei Fugaku dimana kau! KELUAR!" Teriak Sasuke ditengah-tengah ruang tamu.

Ia berteriak-teriak dengan memutar-mutar tubuhnnya mencari keberadaan Fugaku. Ia terlihat seperti orang yang frustasi. Para pelayan melihatnya dengan tatapan ngeri, tidak ada yang berani mendekati sang tuan muda apalagi jika berada dalam kondisi yang seperti itu.

"DIMANA KAU FUGAKU! KELUAR KAU! DASAR BERENGSEK!"

-000-


(TBC)

Huahh cukup sudah fict. Yang saya buat. Aneh? Ancur? Silahkan dikomen ^^

Ada pertanyaan? Boleh tanya lewat kontak review kok. ^^

Read n Review please