Disclaimer : Kurobasu bukan milik saya. Milik Fujimaki Tadatoshi.

Warning : Mpreg. Shounen-ai. OOC?. Abal-abal. (Sepertinya) Kise Ryouta's PoV. Penjelasan biologi yang failure. Tidak sesuai Eyd (saya tidak pintar dalam bahasa Indonesia /plak) Un-beta-ed.

Pair : KiseKuro (mention HyuuRi)

A/N : Multi-chap pertama. Mohon bantuannya~ :D

.

.

.

Aku adalah Kise Ryouta. Mantan model remaja yang sekarang bekerja sebagai pilot. Aku memiliki seseorang yang sangat spesial di dalam hidupku. Dia adalah Kuroko Tetsuya, seorang guru taman kanak-kanak. Atau bolehkah kusebut Kise Tetsuya sekarang? Hehe.

Aku mendapat libur seminggu setelah melayani penerbangan internasional selama sebulan. Hari ini adalah hari ketiga aku berada di rumah. Dan saat itu, aku mendapat kabar yang sangat tidak terduga.

.

"Ryouta-kun... A-aku hamil..."

Eh? A-aku tidak salah dengar kan...?

.


.

Chapter 1 : Kise Tetsuya's Pregnancy

.

"Dokter bilang... Itu... A-aku tidak tahu kalau, ternyata... Aku memiliki organ wanita didalam tubuhku & sepertinya... Dia bereaksi dengan Ryou- Ngh...!" Tetsuyacchi itu langsung menutup bibirnya dengan tangan & berlari menuju kamar kecil

"U-uwa! Tetsuyacchi!" Aku langsung mengejarnya.

Panik.

Satu kata yang bisa kukatakan sekarang.

"Hah... Hah..." Sepertinya mualnya sudah berhenti.

"Tetsuyacchi... Air..." Aku menyodorkan gelas berisi air putih.

"Terima kasih, Ryouta-kun." Tetsuyacchi tersenyum lemah.

Hamil.

Aku tidak kuat melihat Tetsuyacchi sakit seperti tadi... Awal kehamilan akan dipenuhi dengan morning sickness. Lalu moodswing. Tidak lupa saat mengidamkan sesuatu yang aneh. Kesakitan saat akan melahirkan. Tidak! A-aku tidak kuat melihatnya kesakitan-ssu!

Bayi.

Tetsuyacchi menyukai anak kecil dari dulu. Dari sorot matanya, aku bisa melihat bahwa dia ingin mempunyai anak. Itu artinya... Ini kabar gembira kan?

"Tetsuyacchi... Istirahat saja ya?" Aku menggendongnya dari kamar kecil hingga sampai di ranjang.

"A-aku tidak apa-ap... Kh...!"

"Apa perlu ke toilet lagi-ssu...?" Aku menurunkannya dengan lembut ke ranjang milik kami.

"Ti-tidak. A-aku akan istirahat saja." Tetsuyacchi menggeleng & menarik selimutnya.

"Perlu kupanggilkan dokter? Tetsuyacchi hamil kan? Artinya butuh perhatian ekstra.."

Ekstra. Aku tersadar dengan ucapanku sendiri. Bagaimana ini...?! A-aku harus minta cuti! Mana mungkin aku meninggalkan Tetsuyacchi dalam jangka waktu lama!

"Ryouta-kun... Jangan ambil cuti. Masih banyak orang yang membutuhkanmu." Tangannya menyentuh lembut pipiku.

"A-aku tidak mungkin meninggalkanmu di keadaan seperti ini-ssu!" Aku menggenggam kedua tangannya. Dingin. "Aku takut Tetsuyacchi & anak kita kenapa-kenapa-ssu!"

"A-ah. Anak kita ya..." Tetsuyacchi tersenyum lembut lalu menuntun tanganku menuju perutnya "Anak kita akan bertumbuh disini kan..."

"Tetsuyacchi..." Aku beranjak untuk memeluknya. "Aku akan meminta untuk melayani penerbangan domestik saja... Ta-tapi apa Tetsuyacchi..." Aku merasa ingin menangis. Takut. Bagaimana kalau terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan?

"Tidak apa Ryouta-kun. Kantoku. Uh, maksudku, Riko-senpai & Hyuuga-senpai tinggal disekitar sini. Dan mereka sudah mempunyai anak. Aku bisa menanyai beberapa hal kepada mereka" Tetsuyacchi tidak mau menjadi beban untukku ya...

"Ah. Momocchi, Aominecchi & Kagamicchi dapat diminta untuk menjagamu juga. Ah! Midorimacchi juga untuk menjaga kesehatanmu!" Aku harus memikirkan siapa saja yang dapat diminta tolong.

"Ryouta-kun." Genggaman tangannya menguat.

"Apa kau bahagia mengetahui aku hamil?"

"Tentu bahagia-ssu! Aku akan menjadi ayah yang baik-ssu!" Aku menangis. Tangisan bahagia. Tangisan terharu.

"Hei. Jangan menangis sekarang Ryouta-kun!" Jemari Tetsuya yang kecil menyapu airmataku, "Terima kasih sudah menjagaku dengan baik, Ryouta-kun." Kecupan manis dari Tetsuya diberikan tepat di bibirku.

.

Pada malam itu juga. Aku bermimpi. Tetsuyacchi menuntun seorang anak.

Siapa?

Anak itu...

Berambut pirang & bermata biru.

Dia tersenyum padaku.

Aku merasa familiar. Dan aku langsung terbangun.

Kulihat jam di ponselku. Jam 6 pagi...

Aku merasa aneh. Aku ingat aku memeluk Tetsuyacchi tadi malam.

Namun.

Sekarang terasa kosong.

"Tetsuyacchi...?" Aku yang masih setengah tertidur memanggil namanya.

"Ryouta-kun..." Terdengar suara lemah Tetsuyacchi dari kamar mandi.

"Hah?! Tetsuyacchi?!" Mataku langsung terbuka lebar & aku langsung berlari.

"Air!" Tak lupa membawa segelas air hangat.

"Terima kasih Ryouta-kun..."

"Tetsuyacchi..." Aku ingin menangis-ssu!

"Ryouta-kun jangan menangis! Aku tidak apa-apa" Tetsuyacchi mengelus kepalaku. Seharusnya aku yang menenangkannya...

"Tetsuyacchi... Kupanggilkan Midorimacchi ya...?"

.


.

"Kuroko... Ah. Aku lupa-nodayo..."

"Tidak apa, Midorima-kun."

"Tubuhmu tidak kuat untuk mengandung. Apa kau yakin bisa meneruskan?" Midorimacchi memperbaiki kacamatanya. Tetsuyacchi mengangguk.

"Ini adalah buah cintaku & Ryouta-kun..." Tetsuyacchi mengelus lembut perutnya. Mendengar perkataannya membuatku ingin menangis lagi.

"Baiklah kalau begitu. Setiap hari aku akan datang kesini." Kata Midorimacchi sambil beranjak dari tempatnya.

"Midorimacchi... Arigatou-ssu..."

"Aku datang kesini hanya karena formalitas dokter." Katanya sambil memperbaiki kacamatanya.

Midorimacchi tetap tsundere ternyata.

"Ah. Kise. Mungkin ini bisa membantu" Midorimacchi memberikanku beberapa buku petunjuk tentang kehamilan, "Jangan salah paham. Aku memberikannya agar kau tidak menyusahkanku lagi." Tambahnya.

Dasar tsundere tingkat akut.

"Ahahaha. Ya ya, arigatou, Midorimacchi!"

.


.

Hari ini, hari ketujuh aku berada dirumah.

Hari terakhir untuk "berlibur".

Aku memutuskan untuk cuti lebih lama. Karena aku sangat khawatir dengan keadaan Tetsuyacchi yang makin lama makin memprihatinkan.

Aku rasa hamil dengan fisik laki-laki itu menyakitkan...

Piiiiiip. Piiiiiiip. Piiiiiiip. Piiiiiip.

Shiiiit! Kenapa tidak ada yang menjawab telepon?! Aku harus cepat izin sebelum Tetsuyacchi bangun...

"Ryouta-kun sedang menelepon siapa?"

DEG.

"Te-Te-Te-Tetsuyacchi?!" Aku melompat kaget dan hingga menjatuhkan ponselku.

"Kenapa Ryouta-kun sangat terkejut? Dan siapa yang Ryouta-kun..."

Calling... Kasamatsu-senpai

"Oi, Kise? Kau bilang tadi di email ingin izin? Izin apa? Kise?! Oi Kise!" Suara Kasamatsu-senpai sangat keras!

Matimatimatimatimati.

Tetsuyacchi mendengarnya. Ba-bagaimana ini?!

"Ryouta-kun. Kau ingin izin apa?"

"A-ahaha itu. A-aku..." Aku mundur sedikit. Mengangkat kepalaku & menemukan Tetsuyacchi menatapku dengan mata bulatnya. Menatapku dengan sedih.

"Tetsuyacchi..." Aku merasa bersalah, "Aku ingin menjagamu baik-baik! Aku tidak bisa meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini!"

"Ryouta-kun. Aku tahu ini anak kita. Aku tahu kau ingin menjagaku. Tapi, kau juga harus bertanggung jawab dengan pekerjaan yang kau pilih!" Suara Tetsuyacchi meninggi. Matanya agak berkaca-kaca.

"Tetsuyacchi... Kumohon... A-aku tidak mau meninggalkanmu... Aku takut aku akan kehilanganmu..." Aku maju. Memeluknya. Erat.

Tubuhnya yang mungil, bergetar.

"Ry-Ryouta-kun..."

"Ya, Tetsuyacchi...?"

"Aku juga tidak mau berpisah dengan Ryouta-kun..." Suaranya bergetar. Seperti ingin menangis.

"Tetsuya... Jika kau ingin aku tidak pergi. Katakan. Aku akan melakukannya..." Bisikku lembut di telinganya. Kubelai rambut baby bluenya. Kueratkan pelukanku.

"*sob* Ryouta-kun. Aku *sob* tidak boleh egois... Kau *sob* harus tetap pergi..." Ucapnya dengan isakan diantara kata-katanya.

Apa ini moodswing?

Bukan waktunya untuk moodswing kan?!

"A-ah... Tetsuyacchi..." Aku makin tidak rela meninggalkannya, "Aku jadi ingin me'makan'mu, Tetsuyacchi..."

IGNITE PASS.

"Ukh..." Aku memegangi perutku yang di ignite Tetsuyacchi. As expected my waifu...

.


.

"*sob* *sob*"

Hari ini adalah hari dimana aku harus bekerja seperti biasa... Aku harus meninggalkan Jepang untuk beberapa hari, bahkan minggu atau bulan, untuk menjalani pekerjaan ini. Dan... Disinilah aku. Bandara Internasional Narita. Tetsuya juga ikut mengantarku sampai ke bandara. Tetapi...

"*sob* Ryo- *sob* Ryouta-kun..."

Dia tidak berhenti menangis semenjak kami berada di ruang tunggu.

"Tetsuyacchi... Aku jadi tidak ingin pergi..." Ucapku lirih.

"Mu-muri desu! *sob*" Dia masih bersikeras memaksaku bekerja meski dia pun (sepertinya) tidak mau aku pergi. Terdengar kompleks...

"Kise! Sebentar lagi kita harus menyiapkan pesawat!" Seru Kasamatsu-senpai dari sisi lain ruang tunggu.

"Baik-ssu!" Jawabku setengah berteriak. Berharap Kasamatsu-senpai bisa mendengarnya.

"Te-Tetsuyacchi... Aku usahakan aku akan pulang cepat. Jangan menangis..." Aku memegang pipinya & menghapus air matanya.

Tetsuyacchi akhirnya tenang. Memberi senyuman hangatnya. Dan, "Jangan terlambat ya, Ryouta-kun... Aku & dia menunggumu..." Ucapnya sambil memegangi perutnya.

BLUSH!

"Te-te-tentu aku tidak akan telat sama sekali-ssu! Demi Tetsuyacchi, aku akan melawan badai sekalipun!"

"Hahaha." Dia tertawa, "Ryouta-kun... Hati-hati di jalan. Mata nee..." Lalu, memelukku.

"Hai-ssu. Mata nee... Tetsuya..." Aku memberikan kecupan ringan di bibirnya dan mau tidak mau. Aku harus pergi menjalankan kewajibanku ini...

.


.

A/N : Shortie? Yes. Sorry. Haruskah ini dilanjutkan? Review? Saran yang membangun juga membantu :3