-Amnesia-
Disclaimer: J.K. Rowling's
Summary: Hermione jatuh cinta pada Draco karena amnesia.
Timeline: Umm, mungkin tahun 7 \(^^)/
WARNING: OOC, Gaje, Jelek, Misstypo(s), dsb
RnR please :D
oooOOOoooooOOOOooooOOOOooooOO
Seorang gadis berumur sekitar 17 atau 18 tahun terbangun dari tidurnya yang lelap.
Ia memegang kepalanya yang terasa berat.
Rambutnya yang dulu kusut seperti semak belukar sekarang sudah rapi terurai.
'Apa ini?' batinnya heran ketika melihat dinding batu tua berwarna cokelat dan tempat tidur bertirai yang empuk.
Ia memandang ke sekeliling.
Terlihat fotonya ketika masih berumur 7 tahun bersama ayah dan ibunya.
Baju seragam, 'Eh? Seragam?'
Perempuan bermata cokelat madu itu mengambil seragam yang tergantung di kenop pintu.
'Sweater, kemeja, dasi, jubah,' ia membatin heran.
Gadis itu menelusuri kantung-kantung jubahnya dan, "Tongkat?" bisiknya tak percaya.
Dahinya mengkerut. Ia mengetuk-ngetukan tongkat itu lalu keluar sejumput bunga anggrek berwarna violet.
Ia terperangah kaget.
"Apa maksudnya ini?" Gadis itu menggigit bibir bawahnya gugup.
"Aku Hermione Granger yang tinggal bersama Jean Granger dan Mr. Granger yang merupakan seorang dokter gigi. Aku hanya gadis remaja yang mempunyai nilai akademik tinggi di sekolahku," Hermione – itulah namanya – berusaha untuk membuat dirinya tenang dengan mengucapkan fakta-fakta tentang dirinya.
"Lagipula, tempat apa ini?" Tanya Hermione pada dirinya sendiri.
Perempuan berambut cokelat itu membuka gorden jendela lebar-lebar dan menemukan bahwa ia sedang berada di tempat yang tinggi.
"Tinggi. Menara? Mungkinkah aku di menara?" Keingintahuannya semakin membesar. Ia melihat semua murid berpakaian sama sepertinya.
Namun ada yang berbeda.
"Emblem," ujarnya yakin, "Semua murid memakai emblem yang berbeda. Mungkin asrama atau yah.."
Hermione kembali memperhatikan emblem yang tertera di bagian dada sebelah kiri pada jubah itu.
Ia membacanya, "Gry… Gryffin… Gryffindor. Gryffindor?"
Sekilas ia merasa bahwa tak ada yang unik dengan kata Gryffindor.
Namun ia salah karena kata itu mengingatkan sesuatu pada dirinya.
Hermione menjatuhkan seragamnya tak sengaja.
Ia terduduk di lantai sambil meringkuk.
Kepalanya terasa sakit sekali.
Seperti banyak buku yang harus dibawanya di atas kepala.
Telinganya berdengung hebat.
"Kyaaaaa..!" Serunya frustasi sambil merengut kepalanya.
Nafasnya tersengal-sengal.
Darahnya berdesir cepat.
Jantungnya berdetak cepat.
Keringat menetes dari dahinya lalu turun ke pipinya yang berwarna merah jambu itu.
Hermione lalu berdiri dengan tegap, menyeka keringat yang ia produksi lalu berjalan kea rah pintu.
Ia merasa ragu.
'Aku harus membukanya atau tidak?'
'Apa yang ada di balik pintu kayu tua ini?'
'Apa ini akan berbahaya?'
'Namun aku ingin tahu..'
Karena keingintahuannya yang merajalela, dengan ragu ia memutar kenop pintu dan membuka pintu tersebut sedikit demi sedikit sampai ia yakin tak ada yang mengawasinya.
"Fiuh," ia menghela nafas lega.
Dengan kaki yang gemetar, ia berjalan turun melalui tangga batu tua dan celingukan ke sana kemari.
Lalu pandangannya terkunci pada satu pintu putih yang sedang bergerak menutup.
Berlari, ia langsung menuju pintu itu.
'Di dalam ada siapa, ya?' batinnya.
Sekali lagi ia gugup.
Telapak tangannya basah, di bibir bawahnya sudah terdapat bekas gigitan giginya yang terlalu mendalam.
Sekali lagi keingintahuannya merajalela.
Hermione membuka pintu putih tersebut.
CKREK…
Hermione mendapati seorang pemuda yang lumayan – well – sangat tampan sedang meminum kopi? Atau hot chocolate? Yah, seperti itu.
Pemuda itu berambut pirang platinum.
Matanya berwarna kelabu.
Dan meskipun tampan, ini menurut Hermione, matanya langsung menjadi tajam ketika melihat Hermione yang membuka pintunya.
Tatapannya langsung berubah menjadi dingin.
Hermione tak tahu ingin membalas apa, jadi ia hanya tersenyum.
Sang pemuda mahakarya itu mengerutkan keningnya lalu berjalan menuju Hermione.
Gadis itu mematung.
Tak pernah ia merasa segugup ini.
Pemuda itu mendekat dan mendekat.
Sampai-sampai menyisakan jarak 5 sentimeter dari Hermione.
Gadis itu dapat merasakan harum mint yang keluar dari tubuh pemuda itu.
Sementara Sang Mahakarya hanya menatapnya dengan tatapan heran pada Hermione yang senyumnya semakin manis.
"Kau kenapa, Granger? Terpesona olehku?" Seringainya jahil.
Hermione langsung salah tingkah, "E-eh? Tidak..! Aku tidak terpesona olehmu..!"
Ia merasa semburat merah di pipinya sudah terlihat jelas.
Sang pemuda meletakkan gelasnya di meja, "Oh, ya? Lalu mengapa ada semburat merah yang keluar dari pipimu?"
Hermione memalingkan wajahnya.
Ia tak sanggup untuk menatap pemuda tampan itu.
Pemuda itu lalu berjalan mendekat ke arah Hermione lalu mengangkat dagu Hermione lembut.
Sang pemuda tersenyum lembut.
'Padahal, baru kulihat ia menatap tajam ke arahku,' batin Hermione.
'Oh, Tuhan. Jangan biarkan ini terjadi. Jangan sampai ia mencuri ciuman pertamaku dengan pemuda yang belum kukenal,' batin Hermione keras.
Laki-laki berambut pirang platinum yang licin itu memaksa Hermione halus untuk menatapnya.
Hermione pasrah.
Gadis itu tak lagi tersenyum.
Ia mengaitkan jari tengahnya ke jari telunjuknya untuk meminta keberuntungan.
Sang-Pemuda-tak-dikenal itu lalu tersenyum manis dan lembut.
Ini benar-benar membuat Hermione tambah salah tingkah.
Laki-laki itu membelai rambut Hermione halus dan…
TBC
Author say: Jelek, ya? Gak nerima flame..! Aku tau, kok, ini jelek. Kritik? Saran? Feedback? No flame..!
