My Troublesome Life

CrossOver:

Naruto & Infinite Stratos

Rated:

Mature (Untuk konten di dalamnya)

Pairing:

Naruto x ?

Genre:

Adventure, Action, Comedy(Maybe), Drama, Sci-Fi and etc.

Summary:

Hidup ini memang sangat merepotkan sampai-sampai diriku sudah bosan untuk menjalaninya, tapi terkadang hal yang tak terduga sering kali membuat hidup ini lebih seru. Terkadang pula aku bingung dengan jalan pemikiranku sendiri.

...

...

...

Strank!

Percikan bunga api berhamburan seiring kedua besi yang kokoh itu saling mengikis satu sama lain, dari mata seorang pengamat, mungkin pertarungan itu sama sekali tak seimbang dimana seorang manusia melawan sebuah robot yang 2 kali lebih tinggi dari manusia tersebut. Hanya dengan bermodalkan sebuah tombak, manusia itu berusaha menahan sisi tajam kapak yang dipakai oleh robot tersebut.

Sepasang mata biru langit memandang kearah tangan lain milik robot tersebut yang sudah menyiapkan pukulan super kuat yang dimilikinya...

Trank!

...tanpa pikir panjang, manusia itu mendorong kapak itu sekuat tenaga agar memberinya celah untuk menghindari pukulan dari tangan robot yang lain itu dengan melompat ke belakang dari tempat berdirinya saat itu.

Bragh!

Tanah yang dipijak oleh manusia itu sebelumnya sudah membentuk cekungan dengan retakan mirip jaring laba-laba setelah dihantam keras oleh tangan robot yang terbuat dari besi tersebut membuat debu-debu dari tanah berhamburan di sekitar robot tersebut.

Tap!

Manusia itu mendarat dengan selamat dengan jarak yang agak jauh dari tempat berdiri robot yang sedang di lawannya, tangannya yang terampil menggunakan senjata apapun memutar tombak itu dengan lihainya kemudian menghentakan pangkal tombak yang tidak tajam itu ke tanah menimbulkan suara nyaring di sekitarnya "Ternyata IS (Infinite Stratos) ini bisa membuatku terpojok juga, tapi jangan mengira aku akan membiarkanmu menang ya," ucap manusia tersebut sambil kembali menghunuskan ujung tajam mata tombaknya kearah robot tersebut dengan kuda-kuda bertarungnya.

Krak!

Kedua kakinya yang dibalut dengan sepatu khusus itu membuat retakan di tanah yang dipijaknya setelah dirinya mendorong tubuhnya sekuat tenaga kearah robot tersebut tanpa kenal takut sedikit pun, namun robot itu juga tak tinggal diam, dia mengangkat senjatanya yang berupa kapak bermata dua untuk menghalau terjangan dari manusia yang merupakan targetnya.

Shrink!

Grak!

Sebuah garis lurus berkilau melewati pinggang dari robot tersebut membuat besi di bagian pinggang robot itu mengalami goresan karena ujung mata tombak dari manusia yang menjadi lawannya, meskipun dirinya menurunkan kapak itu sekuat tenaga tepat setelah manusia itu ada dalam jangkauan serangannya, tetap saja manusia itu sama sekali tak bisa ia gores sedikitpun.

"Simulasi selesai! Pemenangnya Uzumaki Naruto!"

Manusia bernama Uzumaki Naruto itu tersenyum puas karena usahanya kali ini, dia berbalik dan menatap sang robot yang sudah tak bergerak dari posisi sebelumnya menandakan jika aktivasinya sudah dinon-aktifkan.

"Yatta! Naruto-chan memang sangat hebat sampai-sampai bisa mengimbang pergerakan Prototype IS Generasi ke-empat," perempuan berambut ungu muda itu masuk ke dalam arena yang dikhususkan untuk melakukan percobaan terhadap IS yang dibuat itu tanpa permisi, memakai pakaian one-piece dengan rok panjang dia memutar tubuhnya seperti anak kecil sebelum akhirnya sampai di tempat orang yang dipanggil Naruto itu berdiri.

"Karena itu Prototype yang setara dengan IS generasi ketiga yang telah disempurnakan, jadi itu bukan masalah bagiku. Lagipula masih banyak kekurangan dan celah untuk Prototype itu, Tabane-nee," tanggap pemuda bersurai pirang itu sambil menggaruk kepalanya karena canggung, siapa yang tak canggung berhadapan dengan perempuan yang menciptakan IS selama beberapa tahun ini meskipun dirinya sudah lama bersama perempuan itu.

Shinonono Tabane tersenyum mendengarnya "Naruto-chan ini seorang laki-laki yang bisa mengimbang pergerakan IS hanya dengan peralatan seperti itu. Lihat otot-ototmu itu juga, Naruto-chan sudah seperti binaragawan saja. Kamu yakin tak mau kubuatkan IS khusus?" bando berbentuk telinga kelinci mekanik itu bergerak naik-turun seolah membujuk agar laki-laki itu mau dengan sesuatu yang ia tawarkan.

Garukan yang dilakukan oleh pemuda itu berpindah pada pipinya yang dihiasi tiga goresan tipis "Tidak terima kasih, lagipula IS hanya dikhususkan untuk perempuan dan juga peralatanku ini masih terbilang bagus untuk digunakan," dia hanya tak mau merepotkan perempuan itu saja, sudah beberapa tahun dirinya berada di dalam naungan perempuan itu. Sudah sepantasnya dia membalas budi dan tidak membuat perempuan itu lebih repot lagi.

Telinga kelinci mekanik itu turun ketika mendengar jawaban dari Naruto "Naruto-chan selalu begitu sih, padahal aku berniat membuatkanmu satu," ucap Tabane yang memasang ekspresi sedih di wajahnya.

"Lebih baik Tabane-nee membuatkan IS itu untuk adikmu saja, dia pasti akan senang mendapatkan IS pribadi buatan kakaknya."

"Ah, benar juga. Houki-chan pasti akan sangat senang sekali, idemu memang sangat cemerlang, Naruto-chan."

Naruto hanya menghela napasnya lega setelah perempuan itu menyetujui idenya –yang sebenarnya ia khususkan agar perempuan itu tidak menawarinya untuk dibuatkan IS pribadi lagi. Sarung tangan besi yang membalut kedua tangannya dan sepatu besi yang membalut kedua kakinya mulai menghilang dari tempatnya termasuk tombak yang dipakai sebelumnya.

Perhatian Tabane teralihkan pada benda bulat berwarna jingga yang terpasang tepat di tengah-tengah dada milik Naruto, dibalik kekuatan besar yang dimiliki laki-laki itu terdapat satu kelemahan yang tidak bisa disembunyikan olehnya.

"Apa benar alat itu bisa bertahan sampai 100 tahun, Naruto-chan?" tanya Tabane yang penasaran.

"Ya, perkiraannya sih seperti itu. Tapi aku sendiri yakin core ini bisa bertahan selama itu," jawab Naruto yang mengetuk bulatan di dadanya secara perlahan.

Semenjak dirinya terlahir ke dunia yang kejam ini, dia memang memiliki masalah dengan jantungnya yang membuatnya malah terlihat berbeda dengan anak yang lainnya. Jantungnya yang lemah membuatnya tak bisa melakukan suatu pekerjaan yang membuat jantungnya bekerja sangat keras, jika dipaksakan akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Kelemahan itu sama sekali tak diterima dalam keluarganya yang membuat dirinya malah menjadi anak yang terbuang dari keluarganya, beberapa tahun dirinya berusaha untuk tegar menghadapi keluarga tersebut. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk pergi meninggalkan keluarga tersebut karena perbedaan hak yang terlihat sangat tidak adil.

Ketika dirinya ingin menyerah untuk hidupnya karena jantungnya sendiri sudah mencapai batasnya, seseorang yang bagaikan sesosok malaikat di matanya memberikan alat itu dan memasangkannya tepat di dadanya. Orang itu bilang jika alat itu bisa mendukung jantungnya hingga 100 tahun lamanya, itu artinya dia bisa hidup hingga 100 tahun lamanya.

Tentunya, itu menjadi sebuah kenangan yang akan selalu teringat selama jantungnya berdetak.

"Naruto-chan, kamu melamun ya?"

Laki-laki bersurai pirang itu langsung tersadar sambil menunjukan cengirannya pada perempuan yang sedari tadi memperhatikannya "Maaf, maaf. Pertanyaan Tabane-nee tadi mengingatkanku akan sesuatu," jawabnya.

"Tak apa-apa sih kalau cuma mengingat, tapi sudah saatnya Naruto-chan meninggalkan semua kenangan buruk itu," ujar Tabane yang memberikan masukan pada pemuda tersebut tapi yang didapatnya hanyalah cengiran lebar "Lalu apa yang akan Naruto-chan lakukan sekarang?" tanya Tabane yang antusias.

"Hmm... Mandi, makan dan beristirahat. Ini hari yang cukup melelahkan, dattebayo," jawab Naruto sambil mengangkat kedua tangannya setinggi mungkin membuat tulangnya mengeluarkan suara.

"Ah, bisakah Naruto-chan datang ke ruanganku sebelum beristirahat nanti? Aku ingin mempertemukanmu dengan seseorang," pinta Tabane dengan telinga kelinci mekaniknya yang sudah naik turun.

"Tentu saja bisa," jawab Naruto dengan cengirannya yang sudah berubah menjadi senyuman ramah yang membuat perempuan mana saja bisa terpikat olehnya "Bolehkan aku pergi sekarang?" tanya Naruto yang meminta ijin pada Tabane.

"Ya, silahkan."

Setelah Tabane mengijinkan, Naruto berjalan kearah pintu keluar dari arena tersebut menuju kamar pribadinya yang juga disediakan oleh perempuan itu disana. Menguji setiap benda yang diciptakan oleh Tabane adalah satu-satunya cara untuk membalas budi pada perempuan itu.

Dia hanya berpikir, apakah dirinya akan terus berada disini sampai akhirnya alat yang mendukung kerja jantungnya itu berhenti? Tak ada yang tahu, setidaknya itulah yang ada di dalam otaknya sekarang.

...

...

...

Csssh!

Pintu besi itu terbuka secara otomatis ketika laki-laki berambut pirang itu berdiri di dekatnya, terlihatlah ruangan yang kurang sekali dengan pencahayaan namun memiliki kegunaannya sendiri. Laki-laki itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan tersebut dan mencari sosok yang memintanya untuk datang ke ruangan tersebut.

"Naruto-chan, sini, sini!"

Sepasang mata yang senada dengan langit siang yang sangat cerah itu menatap kearah perempuan yang sudah melambaikan tangannya supaya mendekat kearahnya dan dihadapan perempuan itu juga sudah ada proyektor yang lumayan besar dengan menampilkan seseorang di layar tersebut.

Naruto melangkahkan kakinya mendekat sambil menatap kearah proyektor itu dengan seksama dan memilih untuk berdiri tepat disamping Tabane yang juga sudah memperhatikan kearah layar proyektor.

"Oh, jadi ini orang yang kau maksud itu, Tabane? Dia terlihat biasa-biasa saja, menurutku."

Tabane hanya berkacak pinggang dengan dada sedikit dibusungkan disertai suara tawa yang terdengar meremehkan atas pernyataan yang keluar dari perempuan yang menjadi lawan bicaranya melalui proyektor tersebut "Chi-chan, meskipun dia ini terlihat seperti biasa-biasa saja, tapi kemampuannya melebihi siapapun dalam mengalahkan IS tanpa mengendarai IS sekalipun. Aku yakin dia laki-laki yang bisa diandalkan," ujar Tabane yang sangat bangga ketika memperkenalkan Naruto pada teman semasa kecilnya yang sekarang menjadi pengajar di Akademi IS yang terkenal di seluruh dunia itu.

"Aku tak tahu kenapa kau sampai-sampai merekomendasikan pemuda itu untuk bersekolah di Akademi IS, tapi sepertinya aku menemukan hal yang menarik nantinya."

"Tentu saja, sudah saatnya aku memperkenalkan seorang laki-laki yang bisa mengalahkan IS tanpa mengendarai IS ini pada dunia," ucap Tabane yang masih dengan nada bangganya.

"Eh?" Naruto yang sedari tadi hanya tutup mulut dan menanggapi percakapan itu dengan seksama, sekarang mulai membuka suaranya dengan mengeluarkan nada yang cukup aneh "Apa maksudnya ini? Apa Tabane-nee berniat mengirimku ke Akademi IS yang ada di Jepang itu?" tanya Naruto yang sudah mengerti kemana alur percakapan tersebut.

"Sudah saatnya Naruto-chan kembali melihat dunia luar, lagipula Naruto-chan sudah membantu sampai generasi ke-empat ini," jawab Tabane sambil menatap kearah Naruto dengan lekat, memang sudah saatnya pemuda itu merasakan atmosfir di luar ruangan tertutup itu.

"Generasi ke-empat? Apa yang kau bicarakan ini IS, Tabane?"

Tabane menganggukan kepalanya sambil mengalihkan pandangannya kearah layar proyektor "Itu baru prototype-nya saja, Chi-chan. Naruto-chan juga bisa menanganinya dengan baik dan berkat dari sarannya, aku bisa membuatnya lebih baik lagi," ujar Tabane.

"Apa Tabane-nee sendiri tidak keberatan jika aku pergi ke Akademi itu?"

"Tidak sama sekali, sudah saatnya Naruto-chan merasakan pertarungan dengan pengguna IS sungguhan, bukan dengan AI lagi. Bukankah Naruto-chan ingin dunia mengakui kekuatanmu itu? Kurasa ini kesempatan yang bagus untukmu."

Jawaban yang terlontar dari mulut perempuan berambut ungu itu memang ada benarnya, dia tak akan bisa menunjukan apapun jika dirinya terus berdiam diri di tempat ini. Kebimbangan dalam hatinya muncul perlahan membuat dirinya bingung untuk mengambil keputusan, daripada disuruh memilih seperti ini, lebih baik dirinya bertarung dengan IS.

"Adikku juga ada disana, jadi tolong jaga dia ya," tambah Tabane yang membuat Naruto sedikit terperanjat.

Jika kata-kata seperti itu sudah keluar, sia-sia saja untuk menolak permintaan perempuan itu "Yah, apa boleh buat. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi," ucap Naruto yang sudah sweatdrop.

"Kau selalu saja membuatku repot, Tabane."

Perempuan itu membentuk huruf 'V' dengan jari di kedua tangannya sebagai balasan dan itu menandakan jika dirinya sangat senang dengan jawaban yang diberikan oleh Naruto.

...

...

...

Laki-laki bersurai pirang jabrik acak-acakan itu tengah berdiri sambil menenteng tas berukuran besarnya menggunakan tangan kanannya, matanya yang seindah samudra yang luas dan dalam itu sedang memperhatikan bangunan yang sangat besar di hadapannya. Siapa sangka jika Akademi IS yang terkenal di seluruh dunia itu berdiri diatas pulau pribadi yang sangat luas dan memiliki bangunan yang sangat besar serta tinggi, sekolah unggulan memang tak bisa diremehkan.

"Ini bukan sekolah, tapi kandang macan," gumam laki-laki tersebut pada dirinya sendiri setelah tahu jika di sekolah itu hanya di tempati oleh perempuan saja yang notabenenya bisa mengendarai IS, dia mendengar berita jika ada laki-laki pertama yang bisa menggerakan IS. Rasanya tidak mungkin jika sekumpulan besi yang disusun sedemikian rupa itu mengalami evolusi hingga aktivasinya bisa dilakukan oleh laki-laki, tapi di dunia ini tak ada yang tidak mungkin terjadi.

Pertama yang harus ia lakukan disini adalah mengurus administrasi masuknya dirinya ke Akademi IS ini, meskipun Tabane sudah mengirimkan semua data lengkap tentang dirinya. Setelah sampai di Akademi ini, dirinya sendiri yang harus mengurus kebenaran data tersebut.

"Merepotkan sekali," keluh laki-laki tersebut sambil melangkahkan kakinya menuju ruang administrasi di dalam bangunan besar yang ada di hadapannya.

Keberuntungan memang sedang berpihak kepadanya, bangunan yang tengah ia masuki ini terlihat sangat sepi dan kemungkinan besar kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Papan hologram dengan tulisan 'Ruang Administratif' itu menyita perhatiannya berarti dirinya mengikuti petunjuk itu dengan benar.

Seessshh!

Yang ia lihat setelah pintu otomatis itu bergeser adalah ruangan yang cukup besar dengan didominasi oleh warna putih serta diisi dengan beberapa rak buku dan lemari, sofa dengan ukuran memanjang, sebuah meja dan kursi dan dua orang perempuan yang lebih tua darinya. Naruto ingat betul jika salah satu dari perempuan itu adalah orang yang menghubungi Tabane beberapa hari yang lalu.

"Oh, datang juga kau akhirnya," ucap perempuan berambut hitam panjang dengan memakai pakaia seragam serta hitam yang menunjukan jika dirinya adalah seorang pengajar di sekolah IS tersebut.

Naruto menganggukan kepalanya "Yah, aku datang kesini atas perintah dari Tabane-nee. Tidak kurang dan tidak lebih," ujarnya sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan tersebut membuat jaraknya dengan kedua perempuan itu menipis.

"Jadi dia'kah laki-laki yang dikirim oleh pembuat IS itu? Cukup tampan dan manis ya," ucap perempuan yang tengah duduk di kursi ruangan tersebut, dia merupakan staf administratif di sekolah IS tersebut.

"Sudah, jangan menggodanya seperti itu. Ingat umurmu, kau terlalu tua untuknya," tegur perempuan berpakaian hitam itu sambil menatap perempuan yang tengah duduk di kursi.

"Kau jahat sekali! Siapa tahu saja dia lebih suka perempuan yang lebih tua darinya."

Naruto tengah sweatdrop mendengar percakapan yang baru saja di dengarnya, dia tahu mereka itu sedang bercanda tapi dia rasa ini terlalu berlebihan. Dia memilih untuk bungkam di tempat berdirinya, berdiri diantara dua perempuan memang membuatnya sedikit dilupakan.

"Lebih baik cepat urus administrasinya, aku punya kelas yang harus diurusi," ucap perempuan berpakaian hitam itu dengan sedikit tegas.

"Iya, iya, Chifuyu-sensei."

Setelah itu, beberapa pertanyaan dilayangkan pada Naruto untuk memastikan jika data yang diberikan oleh Shinonono Tabane itu memang benar-benar akurat.

...

...

...

"Jadi, benar jika Tabane sekarang sedang memulai pembuatan IS generasi ke-empat?"

Pertanyaan tiba-tiba yang diberikan oleh perempuan bernama Orimura Chifuyu membuat Naruto yang tengah sedikit melamun dalam perjalanannya menjadi tersadar, tatapannya terarah pada Chifuyu yang tengah menatap dirinya melalui sudut matanya.

"Ya, begitulah. Meskipun itu generasi ke-empat, tapi masih banyak kekurangan supaya bisa melebihi IS generasi ke-tiga yang sudah disempurnakan. Aku yakin Tabane-nee bisa menyempurnakan Prototype IS generasi ke-empat ini dalam waktu dekat," jawab Naruto.

"Begitu," ucap Chifuyu yang menerima jawaban dari laki-laki tersebut "Lalu berapa lama kau mengenal Tabane?"

"Sekitar sepuluh tahunan lebih, setidaknya itu yang kutahu. Sudah banyak yang ia ajarkan padaku tentang IS meskipun pada kenyataannya aku sama sekali tak bisa mengendarainya," jawab Naruto lagi dengan nada yang sedikit kecewa, sebenarnya dia ingin lebih membanggakan perempuan itu lebih dari ini.

Chifuyu yang tiba-tiba saja berhenti membuat Naruto juga menghentikan langkahnya, kepalanya mengadah menatap papan hologram yang terpasang di atas pintu tak jauh darinya dengan tulisan 'Kelas 1-1'.

"Kau tunggu sebentar disini, kau boleh masuk setelah kupanggil, mengerti?" titah Chifuyu membuat Naruto menganggukan kepalanya dengan kaku "Bagus kalau begitu."

Seeessshh!

Pintu kelas tersebut terbuka sebentar lalu tertutup kembali setelah Chifuyu masuk ke dalam ruangan tersebut, ia bisa mendengar jika perempuan itu sedang menjelaskan sesuatu kepada murid-murid yang ada di kelas tersebut tentang dirinya. Sementara dirinya yakin jika kelas tersebut berisi banyak murid perempuan, ini seperti akhir dari dunianya.

Dia bisa mendengar jika perempuan tadi memanggil namanya dengan cukup keras, dengan menarik napasnya dalam-dalam, dia mulai berdiri di depan pintu otomatis itu dan membiarkannya terbuka. Atmosfir yang ia rasakan ketika masuk ke dalam kelas tersebut sangat tidak enak, penuh dengan keingin tahuan serta tatapan yang sulit diartikan.

'Ini benar-benar kandang macan,' ucap Naruto dalam hatinya lalu menghadapkan dirinya kearah sekian banyak mudir yang didominasi dengan murid perempuan dan dia hanya melihat satu orang laki-laki saja disana.

"Perkenalkan dirimu!" perintah Chifuyu pada Naruto.

"Baik!" balas Naruto, namun dia merasakan jika tatapan itu semakin menguat setiap detiknya seperti serangan psikis "Uzumaki Naruto, yang kusukai adalah ramen dan pengetahuan tentang IS, yang tidak kusukai... kurasa tak perlu disebutkan dan untuk cita-cita masih belum terpikirkan sampai sekarang. Salam kenal dan mohon bantuan untuk kedepannya," ujarnya diakhiri dengan membungkukan tubuhnya.

Dia bisa melihat dan merasakan tatapan aneh yang berasal dari hampir semua murid perempuan yang ada di kelas itu, namun sudut matanya menemukan sesuatu yang menarik dimana adik dari Shinonono Tabane, Shinonono Houki ada di kelas tersebut.

Dia menahan mulutnya agar tidak memberikan sapaan pada perempuan itu, dia masih ingat bagaimana hubungan antara mereka berdua dulu yang sama sekali tak berjalan baik. Mungkin perempuan itu masih membencinya, siapa yang tidak benci jika kakak satu-satunya malah menyayangi orang lain?

Itu bukan keinginannya, keinginannya hanya ingin mengetahui teknologi IS tersebut bukan merebut sebuah kasih sayang dari orang lain. Cukup hanya ia saja yang kekurangan kasih sayang, dia merasa lega jika Houki dititipkan pada bibinya, setidaknya masih ada keluarga yang peduli padanya.

"Jika tak ada yang ingin bertanya, kau bisa duduk di bangku yang ada di sebelah Orimura-kun," ucap perempuan berkacamata yang memiliki surai berwarna hijau yang dipotong pendek dengan memakai pakaian yang serba kuning.

"Baik, Sensei!" Naruto mendekati bangku yang berada di barisan paling depan itu dan menyimpan tas besarnya itu di samping bangkunya, ketika dia mendudukan bokongnya di kursi tersebut, dia merasakan jika hidupnya akan terasa merepotkan sekarang.

'Setidaknya tak ada yang perlu dikhawatirkan sekarang, kemampuanku sendiri sudah sebanding dengan pengendara IS ini. Tapi yang benar saja selama tiga tahun aku harus hidup di lingkungan yang seperti ini,' batinnya yang seakan tak terima dengan kenyataan yang ada, ini tak pernah ia rencanakan dalam hidupnya.

"Baiklah! Kita lanjutkan kembali pelajaran teorinya!" ujar perempuan bernama Yamada Maya yang merupakan asisten guru pembimbing di kelas 1-1 ini.

"Baik, Sensei!"

...

...

...

"Aaaah...! Tak kusangka jika pelajaran teori akan selama ini," ucap laki-laki pirang itu sambil merenggangkan tubuhnya satu tangannya ditarik kuat keatas sementara tangan yang lain memegangi sikutnya, dia tak terbiasa duduk dalam waktu yang lama.

"Aku juga setuju denganmu, Uzumaki-san. Banyak sekali teori yang aku tidak mengerti selama penjelasan tadi," tanggap laki-laki berambut hitam yang duduk tepat di sebelahnya, IS memang rentetan teknologi rumit yang sangat tidak dimengerti untuk otaknya yang pas-pas-an.

"Panggil saja Naruto, rasanya aneh kalau dipanggil dengan nama marga," ucap Naruto yang sudah menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang ada di belakangnya, sebagai sesama laki-laki yang bersekolah di Akademi IS yang notabenenya dikhususkan untuk perempuan mendoronga untuk lebih akrab lagi.

"Kalau begitu panggil aku juga Ichika dan mungkin kau juga sudah tahu margaku," balas Ichika disertai dengan senyuman ramahnya.

"Orimura ya? Jangan-jangan... kau ini adik dari perempuan garang tadi," tebak Naruto yang berusaha menahan kekagetannya.

"Yah, tidak aneh sih kalau kau kaget seperti itu," jawab Ichika sambil tertawa hambar ketika mendengar julukan yang diberikan oleh Naruto kepada kakaknya itu.

"Tidak, bukan seperti itu. Sikap kalian begitu berbeda, layaknya api dan air. Pasti menyusahkan ya memiliki kakak seperti itu," ucap Naruto sambil menengadahkan kepalanya seolah sedang merawang sesuatu di langit-langit kelas tersebut.

Ichika tersenyum lembut sebagai balasannya "Walaupun begitu, hanya Chifuyu-nee, keluarga yang aku punya di dunia ini setelah kedua orang tuaku membuang kami," ucapnya.

"Setidaknya kau harus bersyukur masih memiliki keluarga yang menyayangimu," ujar Naruto dengan kedua kelopak matanya yang terpejam, disaat yang seperti ini dia malah teringat dengan masa lalunya.

"Naruto sendiri, apa masih memiliki keluarga?"

Laki-laki pirang itu sedikit bingung untuk memilah jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh Ichika, mungkin saat ini dia belum bisa bercerita kepada siapapun tentang masa lalunya itu "Aku punya seorang paman yang sudah mengurusku semenjak kecil, dia satu-satunya keluarga yang kupunya. Sebelum aku bisa membuatnya bangga, Kami-sama malah memanggilnya terlebih dahulu," jawab Naruto dengan sedikit bumbu kebohongan.

"Lalu kedua orang tuamu, Naruto?" tanya Ichika lagi.

"Entahlah, aku tidak tahu tentang mereka," jawab Naruto bohong lagi.

"Begitu ya."

Keheningan menyelimuti keduanya, tak ada satupun dari mereka yang ingin membuka percakapan kembali. Mereka hanya bisa mendengar suara gaduh dari para perempuan yang ada di belakang mereka, suasana canggung semakin berkembang disana.

"Hey?"

"Ya?"

"Bukankah setelah istirahat ini kita ada latihan di lapangan?" tanya Naruto yang sudah berdiri dari bangkunya.

"Benar, lalu?" tanya balik Ichika.

"Disini hanya ada satu jenis ruang ganti, bukan?"

Setelah mengerti dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Naruto, Ichika terperangah kaget dan berdiri sesegera mungkin "Kita harus segera ke ruang ganti sebelum para perempuan itu memakainya, mereka tak akan mengalah sebelum semuanya selesai," ajak Ichika.

"Baiklah, tunjukan jalannya," salah satu tangan Naruto sudah menenteng tasnya di bahunya kembali, dia belum tahu betul setiap ruangan di Akademi ini. Jadi, ia membiarkan yang profesional yang memandunya.

"Ayo!"

Keduanya pun akhirnya berlari keluar dari kelas tersebut menuju ruang ganti untuk mengganti seragam mereka meninggalkan teriakan kekecewaan dari para murid perempuan yang ada di kelas tersebut maupun yang ada di luarnya.

"Yah, mereka pergi."

"Mereka berdua itu cepat sekali akrabnya, berbeda sekali jika dengan kita, para perempuan."

"Laki-laki memang sering canggung jika berada di dekat lawan jenisnya, itu menandakan jika laki-laki itu normal. Mungkin itu yang mereka rasakan."

"Aku bahkan belum berkenalan secara pribadi dengan laki-laki imut itu."

Tapi tidak dengan perempuan berambut hitam agak kecoklatan yang diikat ponytail yang posisinya ujung paling kiri bersebelahan dengan jendela, iris hitam itu hanya menatap kepergian kedua laki-laki itu dengan tatapan aneh, mungkin lebih tepatnya kearah laki-laki berambut pirang yang baru masuk ke dalam kelasnya.

Otaknya berusaha untuk mengasumsikan alasan kedatangan laki-laki pirang itu ke Akademi IS ini, apa masih ada hubungannya dengan Nee-chan-nya yang sibuk itu? Tapi apa tujuannya harus mengirim laki-laki itu kesini? Itulah yang ada di dalam pikirannya sekarang.

Sikap laki-laki itu terhadapnya terasa sudah berbeda sekarang, meskipun mereka saling bertukar pandangan dalam waktu yang singkat, laki-laki itu sama sekali tak merespon apapun padanya. Dia tahu jika dirinya dulu sangat membencinya karena merebut perhatian kakaknya, tapi setelah dipikir-pikir laki-laki itu hanya ingin mengetahui tentang IS saja dan tidak bermaksud merusak hubungan seorang kakak kepada adiknya.

...

...

...

"Lapangannya luas juga ya."

Laki-laki pirang itu terkagum dengan luasnya lapangan latihan yang dimiliki oleh Akademi IS itu, jika diperkirakan mungkin dua kali ukuran lapangan sepak bola. Tekstur tanah lapangan yang dipijaknya juga sangat keras, jika seseorang jatuh dari ketinggian dan mendarat di tanah seperti ini, pasti akan terasa menyakitkan.

"Pastinya, lapangan ini digunakan untuk latihan menggunakan IS seperti terbang, berjalan ataupun bermanuver," jelas Ichika, rasanya tak ada batasan apapun diantara mereka. Berbeda jika dirinya mengobrol dengan seorang perempuan di kelasnya.

"Oh ya, Naruto-san. Apa kau juga bisa mengendarai IS?"

Naruto memasang pose berpikir setelah mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Ichika, ini Akademi khusus dimana lulusannya nanti akan menjadi pilot IS. Untuk apa seseorang yang tidak berbakat masuk ke dalam Akademi tersebut jika tak bisa mengendarai IS, itu sama saja dengan omong kosong.

"Tidak, aku bukan laki-laki sepertimu yang bisa menggerakan IS," jawab Naruto dengan terus terang, tak ada gunanya menyembunyikan sesuatu seperti itu "Tapi aku diminta datang kesini untuk mempelajari lebih jauh tentang IS dan merasakan pertarungan sesungguhnya dengan pengendara IS sungguhan," sambungnya.

"Bertarung sungguhan dengan pengendara IS sungguhan? Apa maksudnya itu?" tanya Ichika yang terlihat kebingungan.

"Mungkin lebih tepatnya duel dengan pengguna IS," sebenarnya Naruto bingung harus menjelaskan seperti apa dengan pertanyaan itu "Nanti juga kau tahu, Ichika," ucapnya sambil menepuk salah satu pundak Ichika.

Sekarang mereka berdua memang sudah memakai seragam untuk latihan lapangan yang didominasi dengan warna biru gelap dan putih yang cukup ketat agar mereka bisa bergerak secara leluasa, yang mereka tunggu sekarang adalah guru pembimbing mereka dan juga para murid perempuan.

'Aku seperti merasakan sesuatu yang tak enak ya.'

Naruto hanya bisa menarik napasnya dengan perlahan mencoba untuk menenangkan dirinya, salah satu tangannya menyentuh bulatan yang ada di dadanya. Jika saja dia tak pernah memiliki benda itu, mungkin dia tak akan bisa sampai di tempat seperti ini.

"Ah, Uzumaki-kun dan Ichika-kun sudah disini rupanya."

Mendengar marganya dipanggil membuat kedua laki-laki itu menolehkan kepalanya kearah asal suara, Naruto hanya terkaget dengan apa yang dilihatnya sementara Ichika hanya terlihat biasa-biasa saja karena memang sudah terbiasa.

Naruto langsung berbalik dan merangkul bahu Ichika agar dirinya bisa membicarakan hal pribadi dengan laki-laki itu tanpa didengar oleh para perempuan yang ada di belakangnya "Y-yang benar saja? Mereka semua memakai seragam seketat itu untuk latihan lapangan?" tanya Naruto yang sama sekali tak percaya.

"Kenapa? Seragam latihan itu 'kan memang sudah menjadi pakaian standar di Akademi ini," jawab Ichika terus terang.

Seragam latihan itu memperlihatkan banyak sekali lekukan dan titik-titik yang membuat lawan jenisnya akan langsung tergoda seperti leher, lengan, dada, pinggul, panggul dan paha. Tapi sekolah ini masih menyebutnya seragam standar Akademi IS.

Mengingat dulunya Akademi IS ini memang hanya dikhususkan untuk perempuan, pihak Akademi sama sekali tak khawatir seragam seperti apa yang mereka terapkan di Akademi. Namun yang harus dipersalahkan adalah posisi kedua laki-laki itu di Akademi IS ini, mereka bisa melihat itu secara cuma-cuma.

"Aku benar-benar masuk ke kandang macan," gumam Naruto yang sudah sweatdrop di tempat.

"Hey, Uzumaki-kun?"

Naruto kembali berbalik dan melihat beberapa perempuan sudah mengelilinginya seperti gula yang didatangi beberapa semut, dia tersenyum gugup menanggapi panggilan tersebut "Apa kalian memerlukan sesuatu dariku?" tanya si pirang itu dengan ramah.

"Uzumaki-kun belum mengetahui nama kami, bukan? Jadi, kami ingin berkenalan secara pribadi denganmu. Bolehkan?" pinta salah satu perempuan yang ada disana sambil memasang ekspresi memohon pada Naruto.

Laki-laki pirang itu menggaruk kepala kuningnya yang tak gatal sama sekali "Y-ya, kurasa boleh-boleh saja. Lagipula kita ini berada di kelas yang sama, 'kan?" baru kali ini dia berinteraksi dengan perempuan selain dengan Tabane, rasanya memang sangat menegangkan.

"Benarkah, Uzumaki-kun?" hampir semua perempuan disana tak percaya dengan jawaban yang diberikan oleh Naruto.

Naruto mengangguk pelan agar meyakinkan para perempuan disana.

"Akhirnya..."

"Sudah kubilang 'kan dia tidak akan menolaknya."

"Ini kesempatan kita!"

Naruto hanya tertawa gugup dan mau tak mau meladeni perempuan-perempuan itu satu per satu, tapi melihat mereka tersenyum sesenang itu membuat Naruto juga tak sadar tersenyum. Ini memang tak seburuk yang dirinya bayangkan.

"Baiklah, kalian sudahi dulu perkenalannya! Sekarang, cepatlah berbaris!" ucap Chifuyu yang sudah memakai seragam instrukturnya.

Kedua laki-laki itu memutuskan untuk berdiri di barisan paling depan dan mereka rasa jika susunan barisan ini malah seperti susunan bangku di kelasnya, tapi itu tak terlalu penting untuk mereka.

"Seharusnya hari ini kita akan mempelajari tentang cara mengoperasikan IS, tapi karena ada yang harus aku jelaskan kepada kalian. Jadi, aku menundanya untuk besok," jelas Chifuyu dengan nada tegasnya "Uzumaki, maju!" titah wanita itu.

Naruto melangkahkan kakinya maju beberapa langkah dengan kebingungan yang berputar di kepalanya, sepertinya penjelasan ini sangat berhubungan sekali dengannya. Apa ini tentang dirinya yang tidak bisa mengendarai IS?

"Kalian mungkin berpikir jika Uzumaki Naruto ini bisa mengendarai IS seperti Orimura Ichika, aku tidak menyalahkan pemikiran itu tapi pemikiran itu juga tidaklah benar. Uzumaki Naruto hanyalah laki-laki biasa yang tak memiliki bakat untuk menggerakan apalagi mengendarai IS..."

Suasana di lapangan itu berubah menjadi gaduh ketika semuanya mendengar penjelasan dari guru pembimbing mereka, semua murid yang ada disana hanya bertanya-tanya. Jika seseorang yang tak memiliki bakat mengendarai IS, kenapa Naruto bisa masuk ke Akademi IS ini?

"Namun...!"

Suasana disana kembali hening setelah guru pembimbing mereka yang tegas itu kembali bersuara...

"Kemampuan yang dimilikinya bisa membuatnya sejajar dengan pilot IS yang mengendarai IS generasi ketiga sekarang ini, untuk membuktikannya kepada kalian, dia akan berduel dengan Orimura," sambungnya sambil menatap kearah Ichika.

"Eh? Aku?" tanya Ichika yang menunjuk dirinya sendiri.

"Sekarang aktifkan Byakushiki-mu," perintah yang diberikan oleh Chifuyu tentunya menjadi jawaban jika memang Ichika yang dimaksud.

"Baiklah, Chif... maksudku, Orimura-sensei," Ichika sedikit menjauhkan dirinya dari kerumunan barisan agar memberi ruang pada dirinya sendiri untuk mengaktifkan IS-nya yang bernama Byakushiki.

Dia memegang gelang yang melingkar di tangan kanannya "Byakushiki!" teriaknya sambil memikirkan cara mengaktivasikan IS-nya, namun tak ada reaksi apapun dari aktivasi tersebut "Eh? Kenapa tidak muncul?" dia memperhatikan gelangnya dengan perasaan bertanya-tanya.

"Cepatlah! Pilot ahli hanya membutuhkan kurang dari satu detik untuk mengaktivasikan IS," ucap Chifuyu dengan tegas, dia tidak bisa menyalahkan adiknya itu sepenuhnya karena baru kemarin dia mendapatkan IS pribadinya.

'Konsentrasi... konsentrasi... konsentrasi...' Ichika terus bergumam dalam hatinya seolah sedang membacakan sebuah mantra, dia mengangkat tangan kedua tangannya diatas kepalanya "Munculah, Byakushiki!"

Shiinnneee!

Tubuh Ichika mulai bersinar menandakan jika aktivasi IS itu berhasil dan dalam beberapa detik sebagian tubuhnya sudah ditutupi oleh IS yang didominasi oleh warna putih dan biru, itu adalah IS-nya, Byakushiki.

"Keluarkan semua kemampuanmu, Ichika," Naruto memejamkan matanya agar bisa berkonsentrasi memunculkan peralatan yang seringkali dipakainya, itu merupakan sarung tangan besi dan sepatu khusus untuk mendukung pergerakannya. Memang berbeda sekali dengan IS "Kau menginginkan jawaban dari maksudku sebelumnya, 'kan?"

Ichika hanya menganggukan kepalanya menandakan jika dirinya menyanggupi perkataan dari Naruto "Baiklah jika itu maumu, Naruto-san. Yukihira!" sebuah benda mirip sekali dengan pedang sudah berada dalam genggaman tangan kanan Ichika yang kemudian mengeluarkan sinar putih yang cukup panjang menandakan pedang itu sudah siap digunakan.

Naruto tersenyum melihatnya, ini memang terasa berbeda daripada berhadapan dengan IS yang digerakan oleh AI. Tangan kanannya terangkat ke samping menciptakan partikel yang mulai menyatu membentuk pedang yang cukup panjang berwarna kuning "Aku juga sudah siap," ujar Naruto yang mengarahkan ujung pedang lancipnya ke permukaan tanah.

"Baiklah! Peraturannya sederhana, siapapun yang terkena serangan terlebih dahulu, maka dia akan dinyatakan kalah. Apa kalian mengerti?" ucap Chifuyu dengan penuh ketegasan.

"Dimengerti!/Sangat!" jawab Ichika dan Naruto secara bersamaan.

"Mulai!"

Perkataan yang keluar dari mulut Chifuyu menjadi awal permulaan dari latihan pertarungan mereka, kedua laki-laki itu mulai mengikis jarak mereka menyiapkan serangan pembuka untuk pertarungan mereka. Semua murid perempuan yang ada disana terlihat terkagum melihat kedua laki-laki itu melakukan pertarungan dengan wajah serius, beberapa dari perempuan itu juga menyorakan nama mereka.

Traaank!

Meskipun kedua pedang itu terbuat dari cahaya yang dipadatkan dengan suhu yang sangat tinggi, tapi pedang cahaya itu layaknya pedang besi yang saling berbenturan menciptakan percikan bunga api. Mereka saling melewati satu sama lain...

Naruto langsung berbalik ketika menyadari jika Ichika masih ada di belakangnya dan menebaskan pedangnya secara diagonal dari arah bawah kanan, tapi tak disangka jika Ichika bisa menghindarinya dengan melompat ke belakang menjauhi tebasan itu mengenainya.

Naruto masih mempertahankan senyumannya "Seperti yang diharapkan dari Byakushiki," setelah mengatakan itu, Naruto kembali melesat kearah Ichika dan memberikan tebasan beruntun yang masih bisa diimbangi oleh Ichika beserta IS-nya.

Ichika terbang menjauh setelah tebasan horizontal yang hampir mengenai bagian kakinya, mungkin jika tanpa IS maka tebasan itu bisa mengenai pinggangnya 'Jadi ini yang dimaksudkannya tadi, dapat mengimbangi pilot IS tanpa menggunakan IS,' dia sangat kewalahan menghadapi Naruto, ini berbeda tingkatannya daripada ketika melawan wakil dari Inggris itu atau saat berlatih kendo dengan Houki.

"Jika ini pertarungan nyata, kau pasti akan kalah karena terus bertahan seperti itu," ujar Naruto yang menatap Ichika yang tengah melayang di langit dengan bantuan IS-nya.

"Seranganmu itu semuanya berbahaya, tahu! Aku tidak sempat membalas semua seranganmu," jawab Ichika yang terlihat kesal dengan perkataan Naruto sebelumnya, pegangan kedua tangan pada gagang pedang Yukihira-nya semakin mengerat.

[Booster: Online!]

"Serangan itu masih terlalu lemah untuk Byakushiki-mu."

Bwwuuush!

Dengan dorongan yang berasal dari sepatu khususnya, Naruto melesat kearah dimana Ichika tengah melayang. Pertarungan kembali berlanjut, cahaya yang memanjang dari kedua booster berbeda itu seakan-akan menari di langit karena penggunanya.

Traaank!

Traaank!

Traaank!

Setiap satu detik sekali, percikan bunga api disertai suara dua besi yang saling beradu satu sama lain terlihat semakin intens. Orang tanpa IS yang hanya menggunakan peralatan khusus itu terlihat mendominasi dalam duel sekarang ini.

"Orimura-sensei, apa tidak apa-apa membiarkan Orimura-kun seperti itu?" tanya Maya yang sudah menatap kearah Chifuyu yang tengah memperhatikan pertarungan tersebut.

"Tidak apa-apa, ini untuk menambah pengalamannya. Dengan adanya si Uzumaki ini, dia pasti bisa memberikan cara yang terbaik untuk mengendalikan Byakushiki pada anak itu. Aku tak menyangka jika dia bisa menekan Byakushiki semudah itu," jawab Chifuyu yang masih mengamati kedua laki-laki yang tengah berduel itu.

"Kalau begitu, Orimura-sensei sudah tahu siapa pemenangnya?"

Chifuyu menganggukan kepalanya perlahan "Ya, dan ini tak akan lama lagi," tambahnya.

Para murid perempuan yang tengah melihat pertarungan tersebut berteriak-teriak seperti orang kesetanan sambil meneriakan nama kedua laki-laki itu, mereka berdua memang terlihat gagah ketika bertarung satu sama lain.

Traaank!

Mereka kembali saling menjauh setelah kedua pedang mereka berbenturan satu sama lain, kedua booster yang ada di bawah kaki kedua laki-laki tersebut membuat pemiliknya melayang di langit dengan tenangnya.

"Bagaimana kalau kita akhiri ini dengan satu serangan, Ichika? Mau bertaruh siapa yang akan menang?" tanya Naruto yang terlihat sangat tenang, dia melihat jika Ichika sudah kelelahan menahan semua serangan yang ditujukan padanya. Jika saja IS itu digerakan oleh AI, mungkin dia bisa menyerangnya habis-habisan.

Ichika menatap Pedang Yukihira 2 yang ada dalam genggaman tangannya dengan tubuh yang sudah sangat kelelahan, dia tak tahu jika dirinya masih lemah seperti ini. Mungkin dia bisa memakai serangan anti-perisai yang dimiliki pedang itu untuk taruhannya "Baiklah, aku menerimanya, Naruto-san," jawab Ichika dengan pasti.

"Berikan serangan terbaikmu karena aku juga tak akan menahan diri untuk ini," tantang Naruto.

Ichika mengangkat Pedang Yukihira-nya itu ke langit dengan disertai sinarnya yang mulai menguat lalu menurunkannya kembali "Aku siap kapanpun kau mau, Naruto-san."

Pedang Naruto juga sudah berubah warna menjadi warna merah menandakan kekuatan maksimum dari pedang itu sedang digunakan "Baiklah, Maju!" Naruto langsung melesat bagaikan petir yang menyambar.

Ichika juga tak mau kalah dengan Naruto, dia juga melesat secepat yang ia bisa kearah Naruto dengan pedang di salah satu tangannya. Hanya ini satu-satunya cara agar dirinya bisa menang dari Naruto.

"Hyaaa!/Haaaaa!"

Traaaank!

Blaaaaassst!

Benturan antara kedua pedang berkekuatan maksimum itu menciptakan sinar yang begitu terang sampai membutakan siapapun yang ada disana...

...

...

...

Sore itu, dimana matahari sudah mengeluarkan sinar kejinggaannya dari ufuk barat sana, di bangunan utama Akademi IS dimana para pilot IS belajar teori disana terdapat seorang perempuan berambut pirang panjang yang diikat ponytail hingga rambutnya hanya mencapai pinggangnya saja tengah mencari sesuatu di salah satu bangku kelas tersebut.

"Ah, ini dia!" peempuan itu terlihat sangat senang ketika salah satu tangannya menyentuh sesuatu yang ada di dalam kolong bangkunya, dia menariknya dan memperhatikan benda yang dipegangnya itu dengan seksama "Mou, kenapa bisa tertinggal sih?" tanya perempuan itu pada dirinya sendiri.

Dia mendekap buku yang dicarinya itu dengan erat kemudian berlari dengan terburu-buru dari dalam kelas tersebut memanfaatkan pintu bagian belakang kelasnya, suasana sekolah yang sangat sepi membuatnya berbuat semaunya tanpa memperhatikan sekitarnya.

Bruuk!

Baru saja dirinya berbelok keluar dari kelasnya, tiba-tiba saja tubuhnya menabrak sesuatu yang membuat dirinya tak bisa mempertahankan keseimbangan tubuhnya hingga dirinya tersungkur di lantai. Buku yang ada dalam dekapannya juga sudah jatuh entah dimana.

"M-maaf, kukira disini sudah tak ada orang. Jadi, aku tidak memperhatikan jalan dengan hati-hati. Apa kau baik-baik saja?"

Perempuan itu masih meringis kesakitan karena beberapa bagian tubuhnyamembentur lantai begitu keras "Ya, aku tak apa-apa kok. Aku juga sama tak memperhatikan jalan dengan baik," jawab perempuan itu tanpa memperhatikan lawan bicaranya.

"Mari! Aku bantu kau berdiri. Ah, bukumu juga jatuh."

Perempuan itu melihat kearah tangan yang terulur padanya dan tanpa pikir panjang dirinya pun menerima uluran tangan tersebut, tangan tersebut terasa sangat besar dan kasar bagi perempuan itu. Dia juga baru menyadari jika suara dari lawan bicaranya itu lebih seperti suara laki-laki, kepalanya menoleh kearah orang yang mengulurkan tangan padanya.

Iris mata biru milik perempuan itu melebar kaget ketika melihat laki-laki yang mengulurkan tangan padanya untuk membantunya berdiri, dia seolah berada di alam mimpi ketika melihat laki-laki tersebut "Na... ru... to..." gumam perempuan itu yang tanpa sengaja mengejakan sebuah nama.

Si laki-laki hanya memasang wajah bingung ketika mendengar namanya disebut oleh perempuan yang bertubrukan dengannya, dia juga tak pernah ingat jika pernah berkenalan atau bertemu dengan perempuan di depannya "Darimana kau tahu namaku? Ini bukumu," ucap laki-laki itu sambil menyerahkan buku yang tadi dibawa oleh perempuan tadi.

Perempuan itu mengambil buku yang diberikan kepadanya dan kembali menatap kearah laki-laki yang memiliki warna rambut yang sama dengannya dengan air mata yang sudah menumpuk di sekitar ujung kelopak matanya"A-aku..."

"Maaf, nona. Bisakah berkenalannya nanti saja? Orimura-sensei menyuruhku untuk mengambil nomor kamar asramaku darinya, aku bisa dihukum jika terlambat. Sekali lagi aku benar-benar minta maaf. Sampai jumpa!"

Perempuan itu berusaha untuk menahannya agar tidak pergi, tapi laki-laki itu sudah berlari menjauh dari tempat berdirinya sekarang. Perempuan itu malah beringsut seolah kehilangan kekuatannya untuk berdiri sambil menatap kepergian laki-laki tersebut.

"N-naru... hiks... a-apa kau tidak ingat... hiks... jika aku ini kakakmu? Hiks...," gumam perempuan itu sambil menangis serta mendekap bukunya dengan kuat di dadanya, laki-laki itu sama sekali tak mengenalinya tidak seperti dirinya yang langsung mengenali laki-laki tersebut.

Ini pasti akibat dari mereka yang terpisah sangat lama sekali...

"Naru... hiks... kakak tak akan melepaskanmu kali ini... kakak janji..."

Bersambung...