Hope you like this fiction :)


20 Years Ago

"Ayo Sehun! Jalan lurus terus!" Teriak Nyonya Oh.

"Chan jalan yang benar! Jangan hanya duduk disitu!" Nyonya Park berteriak frustasi karena anaknya malah duduk disana.

"Jongin mau kemana? Jalan ke arah Ibu bukan ke Ayah! Jongin!" Sementara Nyonya Kim malah sibuk mengejar anaknya yang lari keluar lintasan.

Awal mereka bertemu disebuah family gathering karena kebetulan Ayah mereka bekerja di kantor yang sama. Bermula dari sana Ibu mereka pun secara rutin bertemu, sehingga mereka sudah berteman jauh sebelum mereka bisa mengingat.


16 Years Ago

"Itu kan mainan Jongin!" Jongin berusaha mengambil haknya.

"Mainanmu kan banyak, main yang lain saja. Aku pinjam yang ini dulu." Chanyeol berkata santai.

Jongin menghela nafas kesal, sambil melihat sekelilingnya. Dia sudah bosan dengan mainannya yang lain. Sampai akhirnya matanya jatuh pada Sehun yang sedang menyusun lego sendirian dekat dengan ibu mereka yang sedang mengobrol, dengan semangat Jongin menghampiri Sehun, "Ayo main bersama Sehun!" Kata Jongin sambil duduk disebelah Sehun.

Sehun tersenyum senang, dia tidak suka main mobil-mobilan, makanya dia tidak ikut bermain dengan Chanyeol dan Jongin tadi. "Jongin mau buat apa? Aku sedang menyusun kantornya."

Jongin terlihat bingung mau menjawab apa sampai Chanyeol menghampiri mereka dan berkata "Aku buat rumahnya ya Hun."

Jongin kesal karena Chanyeol bergabung dengan mereka, kan tadi dia yang mengambil mobilnya Jongin, "Jangan menggangguku dan Sehun, kau kan tadi mau bermain mobil-mobilan itu."

"Kenapa kau yang marah, aku kan bicara pada Sehun?" Chanyeol tak mau kalah.

Sehun menghela nafasnya lelah, "Jongin menyusun supermarketnya, aku yang bikin kantornya, lalu Chanyeol yang bikin rumahnya, bagaimana? Legonya cukup kok untuk dimainkan bertiga."

Jongin tetap menatap Chanyeol tajam walaupun akhirnya menuruti omongan Sehun.

"Kalau nanti sudah berpisah Sehun akan bermain dengan siapa lagi?" Bisik Nyonya Oh.

Nyonya Park tak kalah sedih, "Anakmu baik begitu, temannya pasti banyak. Chanyeol ini sudah keras kepala, tak mau kalah, bisa jadi preman dia nanti."

"Sama saja dengan Jongin masih kecil saja sudah marah-marah terus." Nyonya Kim menghela nafas.

Sebenarnya pertemuan ini semacam perpisahan mereka karena Tuan Park dan Tuan Oh akan dipindahkan ke kantor cabang yang berbeda sedangkan Tuan Kim akan bertugas di kantor pusat.


3 Years Ago

Oh Sehun

"Kau mau jadi apa lagi setelah gagal menjadi atlet?" Ayah Sehun bertanya.

Sehun terdiam. Sejak masuk sekolah dasar dia sudah tahu mau jadi apa, dia merencanakan mau masuk sekolah atlet habis ini. Lalu berlatih dan berlatih agar dia bisa menjadi pemain basket professional. Bahkan dia menolak permintaan Ayahnya untuk fokus belajar tentang industri dan akuntansi.

Tapi manusia hanya bisa berencana. Sudah tiga hari Sehun terbaring di rumah sakit karena cedera di tulang belakangnya. Masih ada kemungkinannya untuk bisa berjalan, walaupun tidak banyak. Tapi harapan dokter tinggi karena umur Sehun yang masih muda.

Sehun menggelengkan kepalanya, "Aku belum tahu Yah."

Ayah Sehun menghela nafas, "Kali ini giliranmu yang mengikuti rencanaku."

Detik itu Sehun tahu dia akan menjalani hidup seperti Ayahnya, sekolah, kuliah, bekerja, menikah. Tentu saja semua akan dilaksanakan sesuai rencana Ayahnya.


Park Chanyeol

"Kalau mau masuk ke gank motor ini kalian tidak boleh lemah!" Kata Chanyeol sambil mengeluarkan ponselnya dan mengambil video saat teman-teman satu ganknya yang lain memukuli anak baru yang sedang mereka seleksi untuk masuk ke gank motor mereka.

Dari kejauhan terdengar suara sirine polisi. Dengan cepat teman-teman Chanyeol dan semua anak yang dipukuli tadi mengambil barang mereka dan menyalakan motornya untuk kabur.

"Chan!" Panggil salah satu temannya, "Cepat naik!"

Terlalu panik untuk kabur Chanyeol tidak sengaja menjatuhkan ponselnya.


"Kau ini berpikir dulu tidak sih sebelum bertindak?" Ayah Chanyeol bertanya pada Chanyeol, terlihat sekali menahan amarahnya.

"Sebelum masuk gank pun dulu aku diperlakukan begitu oleh seniorku." Chanyeol menjawab tenang.

"Bukan itu yang aku tanyakan!" Hilang sudah kesabaran Ayah Chanyeol. "Beruntung mukamu tidak ada di video itu." Chanyeol hanya mendengus. "Minggu depan kau akan pindah sekolah, dengan begitu Nenek akan lebih mudah menjagamu."

Chanyeol hanya mengangguk dan beranjak pergi. Sejak dia mengetahui Ayahnya mempunyai istri lain selain Ibunya, hidupnya berubah. Dia sudah tidak peduli kalau yang dilakukannya membuat malu Ayah atau Ibunya. Chanyeol sudah merasa malu duluan punya orang tua seperti mereka.


Kim Jongin

"Jong! Dipanggil Ayah!" Ibu Jongin berteriak dari ruang keluarga mereka.

Dengan malas Jongin pun menghampiri kedua orang tuanya di ruang keluarga. Jongin duduk dengan sopan dihadapan kedua orang tuanya, "Ayah bangga karena kau bisa masuk sekolah itu." Ayahnya memulai.

"Terima kasih Yah." Jongin menjawab pelan.

"Kau tahu orang seperti apa yang seharusnya kau jadikan teman dan mana yang harus kau jauhi kan?" Jongin mengangguk. "Ayah tidak mau kejadian kau membawa kekasih seperti itu ke hadapan Ayah terulang lagi. Kau pantas untuk mendapatkan yang lebih Jongin."

Jongin hanya mengangguk saat Ayahnya lanjut berbicara yang lain. Dari dulu hidupnya sudah seperti ini. Sejak Ayahnya menjadi CEO di kantornya semua berubah. Ayahnya mengharapkan Jongin untuk selalu menjadi yang terbaik di semua hal yang disukainya, olahraga, musik, pelajaran, semuanya. Jongin bahkan berhenti menyukai sesuatu sekarang karena dia tahu Ayahnya akan meminta minimal satu piala untuk satu hal yang disukainya.

Sampai akhirnya Jongin bereksperimen untuk mengenalkan teman dekatnya, Krystal, mereka bahkan belum menjadi kekasih. Tapi Ayahnya langsung menolak. Jadi Jongin berhenti mencoba, karena dia merasa sia-sia. Ayahnya sudah mempersiapkan semuanya. Dia tinggal menjalani saja.


Now

Tuan Kim menyelenggarakan family gathering kali ini dalam bentuk makan malam untuk para pegawai kepercayaannya. Di awal tahun ini Tuan Kim sengaja memindahkan sahabatnya, Tuan Park dan Tuan Oh untuk membuat suasana kerjanya lebih terkendali karena Tuan Kim sudah sangat mempercayai mereka. Dengan performa kerja yang tidak perlu diragukan lagi saat mereka di kantor cabang.

Jongin selalu datang kalau Ayahnya mengadakan acara seperti ini. Ayahnya bisa marah besar kalau dia tidak ada disana kan? Sementara untuk Chanyeol ini baru pertama kalinya dia datang. Ayahnya benar-benar memaksanya ikut kali ini, Chanyeol bahkan dipaksa berganti baju di mobil tadi. Sejak sampai bahkan Ayahnya Chanyeol tidak membiarkan Chanyeol lepas dari pengawasannya. Sehun sejak cedera yang di deritanya dulu membuat jalannya jadi timpang, jadi Sehun hanya duduk dan tidak berniat ikut Ayahnya berkeliling sampai Ayahnya memanggil dia.

"Sehun kau ingat tidak dengan Jongin dan Chanyeol? Mereka temanmu saat masih kecil dulu." Sehun memperhatikan kedua lelaki di depannya yang terlihat sekali awkward.

"Tentu aku ingat Yah." Jawab Sehun dengan senyumnya.

"Sudah ku kira, anak Tuan Oh pasti ingat." Tuan Kim berbicara, "Karena kalian akan masuk ke universitas tahun ini, kami memutuskan untuk membelikan apartemen untuk kalian tinggali. Hitung-hitung menjaga satu sama lain."

Karena dua lelaki lainnya hanya mengangguk, Sehun pun melakukan hal yang sama. Rumahnya bahkan hanya 30 menit dari kampus.

"Nah Chanyeol, coba kau ajak mereka cari udara segar. Obrolan anak muda pasti berbeda dengan kami kan." Chanyeol hanya mengangguk dan berbalik keluar.

Sehun agak kesulitan mengikuti jalan Chanyeol dan Jongin yang cepat walaupun sebisa mungkin dia mengikuti langkah lebar mereka. Chanyeol membawa mereka ke depan restoran tersebut, dimana mereka turun dari mobil mereka masing-masing tadi dan menyalakan rokok yang disembunyikan dari Ayahnya. "Kalian mau?" Chanyeol menawarkan pada Sehun dan Jongin. Jongin mengambil sebatang sedangkan Sehun menolak. "Masih berobsesi jadi atlet Sehun?"

Sehun hanya membuang wajahnya kesal.

"Jadi apa rencana untuk tinggal bersama nanti?" Tanya Jongin. "Aku tidak mungkin bisa menolak, Ayahku yang merencanakan."

"Aku tidak berusaha menolak, lagi pula lebih enak begini, kalau begini kan pasti mereka yang bayar. Aku yakin mereka pasti memberikan kita masing-masing satu kamar. Dengan begitu kita hanya perlu mengetahui kalau satu sama lain masih hidup. Aku tidak menyampuri urusan kalian, kalian pun begitu." Chanyeol berkata.

"Rumahku dekat dengan kampus, aku tidak mengerti kenapa Ayah menyuruhku ikut tinggal dengan kalian." Sehun berkata heran. Sementara Chanyeol dan Jongin tertawa mendengarnya, "Apa? Kenapa kalian tertawa?"

Jongin menghentikan tawanya dan berkata, "Jelas dari kita bertiga hanya kau yang paling benar, dari dulu pun begitu Sehun."

Sehun menggangguk mengerti, "Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan jauh dari rumah kalau begitu. Tapi kalian tidak akan berbuat macam-macam kan?"

"Aku sih tidak. Tapi Chanyeol sepertinya tidak bisa kalau tidak membuat masalah." Jongin kembali menghisap rokoknya.

Chanyeol mendengus, "Aku satu jurusan dengan kekasihku dan sepertinya aku akan sering membawanya ke tempat kita, jadi kalau kalian homophobic kalian bisa diluar sementara kekasihku disana."

Pipi Sehun memerah mendengarnya, bagaimana Chanyeol bisa semudah itu berbicara tentang hubungannya?

"Tidak masalah. Aku tidak akan sering di apartemen juga sepertinya." Jongin membalas.

"Buat grup chat saja. Karena sepertinya kita akan jarang bertemu walaupun tinggal ditempat yang sama." Sehun berkata. Jongin dan Chanyeol hanya mengangguk saja. Sehun menaikkan sebelah alisnya melihat mereka yang tidak melakukan apa-apa. Dengan kesal dia pun mengeluarkan ponselnya untuk menanyakan nomor ponsel teman-teman kecilnya ini.

Dalam hati Sehun hanya berharap mereka tidak akan macam-macam karena Ayahnya pasti akan sangat marah sekali dengannya kalau sesuatu terjadi. Sementara Chanyeol sudah menyusun apa saja yang akan dengan bebas dia lakukan tanpa pengawasan Ayahnya. Jongin sendiri tidak mengharapkan apa-apa. Dia hanya tinggal menuruti apa kata Ayahnya, it's always been that way.


How?

Should I continue this fiction or just delete it?