Warn : Typo is the style of my life. Karya pertama tentang Harry Potter fanfiction *harap dimaklumin, nggih^^
.
.
Disclaimer : Tante J.K Rowling
Cast :
Scorpius Hyperion Malfoy
Rose Alicia Weasley
Hermonie Malfoy and her husband, Draco Lucius Malfoy
Ronald Bilius Weasley and his wife and Son, Lavender Brown and Hugo Dominic Weasley
Albus Severus Potter and his brother, James
.
.
"Aku tidak mau berteman denganmu lagi."
Masih terngiang satu kalimat itu dibenak Scorpius. Dirinya yang tidak pernah ditolak oleh perempuan manapun buktinya mendapat penolakan mentah-mentah oleh sepupu sahabatnya sendiri, Albus. Namanya Rose Alicia Weasley, perempuan berambut merah keturunan Ronald Weasley dan Lavender Brown. Anak sulung dari 2 bersaudara. Orang yang telah mempermalukan Scorpius dikelas terakhir sebelum liburan musim dingin tiba. Kelas yang berisi Gryffindor dan Slytherin.
"Sudah jangan dipikirkan lagi perkataan Rose. Dia memang agak sinting." Kata Albus saat mereka berada di kompartemen kereta, kepulangan pertama mereka untuk libur musim dingin.
"Salahku memang apa, sih? Sampai dia tidak mau berteman denganku lagi?" Tanya Scorpius dengan lesu. Jujur saja ia sakit hati dengan penolakan Rose. Selama hampir setahun gadis itu tidak pernah mau berbicara dengannya. Walaupun seringkali Rose menemani Albus saat bersama Scorpius, tapi perempuan itu berusaha mengindari percakapan yang Scorpius akan mulai dengannya. Dan anehnya semua itu bermula saat mereka menjadi murid di Sekolah Sihir Hogwarts. Sebelumnya baik ia, Albus, Rose, James dan saudara-saudara mereka yang lain berteman baik.
Lagipula siapa yang tidak mengenal persahabatan orang tua mereka. Harry Potter, Ronald Weasley, dan Hermione Jean Granger, ibunya. Atau yang sudah berganti nama belakang menjadi Malfoy.
"Entahlah, dari pertama aku mencarimu saat di Kings Cross, Rose memang terlihat tidak suka denganmu sejak saat itu." Jawab Albus Severus Potter dengan Pastel Labu yang masih berada dimulutnya.
"Aku pernah mendengar dad menyebut-nyebut soal keluargamu saat berbicara dengan Rose." Kini giliran Hugo, kembaran Rose, sibungsu dikeluarga Ronald Weasley yang menjawab.
"Kenapa?" Tanya Scorpius penasaran. Kali ini ia benar-benar tidak tahu apa yang uncle Ron katakan mengenai keluarganya. Karena sebenarnya, sejarah keluarganya pun sudah ia ketahui seluk beluknya. Mulai dari ayahnya yang mantan seorang death eater, dan sikap menyebalkan ibunya yang sok-tahu saat berada di sekolah. Jadi, apalagi yang ia tidak tahu?
"Sesuatu seperti hmm ayahmu mengambil ibumu dari daddyku, mungkin?" Perkataan Hugo lebih terdengar seperti pertanyaan, tidak pasti dan Scorpius pun menjadi bingung. Ia baru mendengar yang satu ini.
"Ah aku ingat, kata daddy, uncle Ron dan aunty Mione memang pernah pacaran sebelumnya. Sampai entah bagaimana uncle Draco tiba-tiba melamar aunty Mione dan diterima." Celetuk Albus tiba-tiba.
"Ugh, kau yakin, mate?" tanya Scorpius yang masih tidak yakin. Ia masih bergidik ngeri membayangkan jika mommynya berakhir dengan uncle Ron.
"Coba saja tanya orangtuamu."
Jadi, sekembalinya dari perjalanan pulangnya menaiki Hogwarts Express dan sampai ke Malfoy Manor, Scorpius Hyperion Malfoy, anak lelaki itu langsung menyimpan barang-barangnya, lebih tepatnya menyerahkan tugas itu pada peri rumah mereka, Homus, dan langsung menghampiri orangtuanya yang sudah menunggunya di ruang keluarga.
Hermione dan Draco tidak menjemput Scorpius, anak itu memaksa bahwa ia dapat mandiri tanpa dijemput dihari pertama kepulangannya.
"Welcome home, Scorpy." Hermione langsung memeluk Scorpius saat anak lelakinya datang menghampirinya.
"Ugh mum, bisa lepaskan? Aku sesak nafas." Ujar Scorpius pelan.
"Sorry, dear. Bagaimana kabarmu? Kau makan teratur kan di Hogwarts? Apa Piti mengajarimu yang tidak-tidak? Terus bagaimana-"
"Sayang, biarkan Scorpius menjawab dulu. Lihat wajahnya, sudah seperti ingin memakan mom-nya sendiri." Hermione baru berhenti saat didengarnya perkataan Draco yang sekarang berada disebelahnya dengan tangan yang melingkar dipinggangnya. Scorpius baru saja selesai menyapa daddynya itu.
"Aku hanya mengkhawatirkan anakku, pirang!"
"Mum, kalau kau lupa, aku juga pirang."
"Bukan kau, Scorpy, tapi daddymu ini menyebalkan," Hermione mengerucutkan bibirnya dan menarik lengan Scorpius agar dapat duduk didekatnya. "Jadi Mommy ulang, kau baik-baik saja kan disana?"
"Aku baik, mom. Tidak ada yang berani menjahili anak Draco Malfoy dan Hermione Malfoy." Mendengar jawaban Scorpius, Draco menyeringai bangga.
"Piti juga tidak mengajarimu untuk menjahili yang lain, kan?"
"Namanya Peter, sayang." Draco mengingatkan pada sang istri.
"Piti nama yang lucu, Draco. Zabini seharusnya menamakan anaknya yang lain agar aku tidak teringat tikus milik Ron."
Mendengar ibunya menyebut nama uncle Ron, mengingatkan Scorpius dengan pembicaraan yang tadi Albus dan Hugo katakan. Tapi setelahnya ia memutuskan untuk menanyakannya nanti, bukan sekarang.
"Tidak, mum. Peter tidak melakukan itu, dia justru menjadikanku Seeker Slytherin."
"Iya mum sudah tahu. Kau membicarakannya didalam suratmu, Scorpy." Jawab Hermione yang sedikit sebal. Sebenarnya ia tidak menyetujui anaknya bermain Quidditch seperti Draco. Membahayakan, katanya.
"Anakku memang sudah seharusnya masuk anggota tim inti Quidditch Slytherin, Mione." Draco menatap istrinya yang masih cemberut. Teringat dibenaknya saat pertama kali Scorpius mengirim surat kepada mereka tentang asrama yang dimasukinya. Slytherin.
Hermione mogok bicara dengan Draco selama 2 hari, ia beranggapan bahwa Draco tidak adil. Menurunkan gennya pada Scorpius, menurunkan gaya bicaranya juga senyumnya yang menawan, bahkan sampai asrama yang Scorpius masuki pun menurun dari Draco. Hampir dapat dikatakan 97% apa yang ada di Draco tercetak rapi di diri Scorpius. Menyisakan 3% hanya untuk Hermione. Karena selain kepintarannya, Scorpius menurunkan kegemaran membacanya juga kebaikan hatinya. Untung saja yang terakhir juga termasuk keramahan Hermione, sehingga Scorpius tidak harus memilih-milih teman seperti Draco dulu.
Tapi setelah Hermione mencoba menerima itu semua, tidak lama setelahnya, kurang lebih sebulan kemudian Scorpius mengabarkan lagi bahwa ia masuk tim Quidditch. Dan lengkap sudah jiplakan Draco terbentuk. Kembali membuatnya mogok bicara dengan suaminya selama seminggu.
Scorpius baru akan berbicara namun ia urungkan setelah melihat ayahnya yang memegang dagu ibunya, mencoba menatap sepasang hazel kecoklatan yang Scorpius suka dari ibunya itu. Tatapan ayahnya seakan penuh cinta, dan tidak butuh waktu lama untuk Scorpius melihat rona kemerahan samar dikedua pipi ibunya. Mereka berdua seperti masih remaja saja.
"Hm, mum, dad, sepertinya aku harus kembali kekamar. Perjalanan kesini cukup lelah. Aku tidak bisa tidur karena Hugo mengajakku terus bermain catur sepanjang perjalanan." Ujar Scorpius berusaha keluar dari situasi yang canggung untuk ia lihat.
"Ah, i-iya, mum akan mengantarmu, sayang." Jawab Hermione yang sepertinya tersadar bahwa tidak hanya ada dia dan Draco diruangan itu.
Hermione sudah akan keluar dari kamar Scorpius namun langkahnya terhenti saat melihat tatapan Scorpius padanya. Hermione kembali mendekati Scorpius dan duduk diranjang anak lelakinya itu.
"Apa ada yang ingin kau tanyakan?" tanya Hermione lembut, tangannya ia gunakan untuk mengusap kening Scorpius yang teralingkan oleh rambut pirang turunan Malfoy.
"Bagaimana dad dan mum bisa jatuh cinta?" tanya Scorpius ragu, ia memejamkan matanya. Usapan ibunya mampu menenangkannya hingga mengantuk.
"Itu cerita yang panjang, sayang. Tidak cukup untuk dongeng sebelum tidur." Jawab Hermione.
"Tapi dad tidak merebut mum dari uncle Ron, kan?" Hermione terkejut saat mendapat pertanyaan itu keluar dari mulut anaknya.
"Siapa yang bilang seperti itu?" tanya Hermione sedikit tergagap.
"Rose tidak mau berteman denganku lagi. Kata Hugo ia mendengar uncle Ron berbicara dengan Rose tentang keluarga kita. Dan kata Albus, uncle Harry bercerita dulunya mommy pacaran dengan uncle Ron." Scorpius menjelaskan.
"Tidak, sweetheart. Daddymu tidak merebut mommy dari siapapun, daddymu orang baik, dan mommy yang memutuskan sendiri untuk bersama daddymu itu, jadi-"
"Jadi, kau harus segera tidur, Scorpius. Besok kau harus menemani daddy ke Diagon Alley." Draco datang dan beralih mengambil Hermione agar bangkit membiarkan anaknya beristirahat.
Hermione mengecup kening Scorpius membisikan bahwa ia menyayangi anak lelaki itu.
"Kau yang akan menjelaskan cerita kita padanya kan, Draco?" tanya Hermione setelah mereka sampai dikamar mereka sendiri. Pandangannya mengarah kedanau hitam dibelakang Malfoy Manor. Danau yang sudah disulap Draco sedikit lebih hidup tidak suram seperti pertama kali kedatangan Hermione ketempat ini.
"Pembicaraan laki-laki, tentu saja, love. Aku yang akan menjelaskannya. Tugasmu hanya percaya padaku." Draco memeluk Hermione dari belakang. Kepalanya sudah menyusup di tengkuk Hermione yang selalu menguarkan harum yang ia sukai. Vanilli dengan kelembutan strawberry.
"Aku kesal bagaimana Ron menceritakan tentang kita pada Rose, anak itu pasti salah paham."
"Jangan dipikirkan lagi, Rose adalah urusan Scorpius, wife." Hermione membalikkan badannya. Berdiri menghadap Draco membuat lelaki itu menghentikan kecupannya pada lehernya.
"Urusan Scorpy juga menjadi urusan kita, Draco."
"Iya, aku tahu. Makanya besok akan kuajarkan bagaimana mengurusnya, sayang, jadi jangan cemberut saja," Draco memegang dagu Hermione. Mengembalikan pandangan Hermione yang tadinya berpaling kembali menghadapnya. "Trust me like our wedding's promise, my Juliet." Draco mengecup bibir istrinya dengan lembut.
Membiarkan Hermione merasakan bibirnya yang terasa mint dengan aroma musk yang tajam.
"I trust to you, my Romeo."
Scorpius kira Draco hanya berbasa-basi mengajaknya pergi ke Diagon Alley. Ternyata ia benar-benar kesana keesokan harinya.
Tempat yang pertama mereka datangi lagi-lagi diluar perkiraan Scorpius. Mereka masuk ke Florean Fortescue's Ice Cream Parlour yang sekarang diambil alih oleh keturunan Bones, sepupu jauh Mr Fortescue, pendiri tempat ini.
"Aku bukan anak kecil lagi, dad." Ujar Scorpius didepan tempat pemesanan.
"Katamu ingin tahu sejarah bagaimana dad dan mum saling mencintai. Jadi kau pesan eskrim yang kau mau setelah itu baru kau akan tahu." Jawab Draco.
"Eskrimnya disihir? Apa terkandung ramuan semacam itu?"
"Pesan saja, son."
"Aku mau eskrim vanilla, dicampur Greentea, ah tambahkan kacang polong juga irisan pastel labu." kata Scorpius setelah giliran pasangan ayah dan anak itu tiba.
"Sizenya?"
"Jumbo. Dengan piala timah, ah tidak, tembaga saja." entah kenapa Scorpius menjadi bersemangat.
Setelah pesanan mereka selesai, Scorpius memilih tempat duduk didalam, dekat jendela. Ia berasalan tidak ingin duduk diluar karena ia tahu ayahnya dan mungkin saja dirinya akan menjadi tontonan para penyihir wanita yang lewat.
"Enak?" tanya Draco saat Scorpius menyendok suapan eskrim pertamanya.
"Apa disini pertama kali kalian berkencan?" tanya Scorpius tidak sabar. Draco menggeleng.
"Disini tempat pertama kali kami bertemu, dan kemudian ibumu melempar wajahku dengan eskrim saus terong setelah itu." Scorpius terbatuk. Mendelik pada ayahnya tidak percaya. "Aku mengejeknya mudblood. Menjelekkan kakek dan nenekmu yang saat itu terlihat kikuk berada diantara penyihir-penyihir lain."
Scorpius menghela napasnya panjang, "Sudah kuduga dad memang pantas dilempar eskrim itu."
"Kali kedua kami bertemu yaitu saat berada di kereta, Hogwarts Express. Kau tahu kan bagaimana rambut ibumu saat itu?" Scorpius mengangguk semangat lagi kemudian terkikik pelan.
Ia tahu dari foto yang dimiliki kakeknya, saat itu rambut ibunya seperti singa Gryffindor yang ada di spanduk asrama Rose. Dan karena itu juga setiap kali melihat spanduk itu terpajang, Scorpius jadi merindukan wanita yang paling disayanginya itu.
"Saat itu aku dan Goyle sedang bermain lempar tangkap angsa terbang. Dan milik Goyle tersangkut dirambut ibumu. Dia tiba-tiba datang ke kompartemen kami ingin menanyakan kodok milik Longbottom." Scorpius mau tidak mau tertawa untuk yang satu ini.
"Lalu bagaimana kalian bisa dekat?" tanya Scorpius yang sudah bisa mengendalikan dirinya.
"Well, jika dekat yang kau maksud itu secara wajar, sebagai teman, itu baru dimulai saat kami berdua menjadi ketua murid."
"Setelah perang?" Draco mengangguk.
"Dan bagaimana mum bisa putus dengan uncle Ron?"
"Pesona ayahmu tidak bisa terbantahkan, son." Jawab Draco santai.
"I'm serious, dad."
"Kau Scorpius, nak."
"Daddy?"
"Baiklah, maafkan aku. Itu karena Hermione menyadari cintanya bukan untuk Ron. Aku kecelakaan saat membeli bunga untuk ibumu."
"Dan bagaimana kau bisa kecelakaan?"
"Aku mengambil mawar-" Scorpius masih menanti apa yang ayahnya akan ucapkan, "Dan aku tidak tahu ditoko bunga itu ada anjing peliharaan muggle. Benar-benar menyeramkan. Kau tahu kan mitos anjing dapat melihat hal gaib? Ia akan menggonggong saat hal-hal yang berkaitan seperti itu mendekat dan karena itu di dunia kita jarang yang memiliki anjing."
Iya, Scorpius tahu. Ibunya pernah memberitahunya. Walaupun mereka bukanlah makhluk gaib, tapi dapat dikatakan mereka sejenis seperti itu. Penyihir bukanlah manusia biasa.
"Aku dikejar, dengan membawa bunga mawar yang sudah kubeli, tapi saat didekat rumah kakekmu, aku tertabrak. Didepan para muggle. Aku tidak bisa berbuat apa-apa dengan sihir. Dan jujur saja aku tidak tahu cerita selanjutnya tapi saat aku sadar, Hermione sedang tertidur disampingku, di Malfoy Manor. Katanya aku pingsan selama 4 jam. 4 jam waktu untuk mengurus kepindahanku dari dunia muggle ke Manor." Scorpius antara ingin mencemooh ayahnya atau menertawakan kebodohan pria itu, ia tidak tahu.
Jadi intinya mereka berdua bersatu karena kebodohan ayahnya yang dikejar anjing hingga tertabrak. Sungguh tidak elegan untuk seorang Malfoy.
"Jadi, son. Intinya adalah kau harus meyakinkan Rose jika itu yang membuatmu tenang. Hadapi saja, bagaimana kedepannya harapkan yang terbaik."
"Meskipun aku dipatuk Elliot?"
"Burung hantu Weasley tidak ada apa-apanya dibanding anjing buldog yang mengejarmu, little man," Scorpius pun akhirnya tersenyum. Ia kembali mendapatkan kepercayaan dirinya. "Bagus. Jadi angkat kepalamu dan tunjukan kau seorang Malfoy." kata Draco yang mengetahui anaknya kembali seperti sedia kala. Tidak ada keraguan dimatanya.
Rose mengernyitkan keningnya saat burung hantu berwarna cokelat kehitaman datang, Casper -nama burung hantu itu- membawa surat bergelung dengan tanda M besar didepannya. Logo M mewah bernuansa hijau keperakan, logo yang sudah ia hapal diluar kepala karena dulu sebelum masuk ke Hogwarts, ia dan salah satu anggota keluarga itu hampir setiap minggu bertukar pesan.
Dengan langkah ragu dan juga bimbang akhirnya Rose pun memutuskan untuk membuka surat itu.
dear Rosie Weasley,
Aku tidak bisa seperti ayahku yang mempertaruhkan harga dirinya dikejar anjing hanya karena membeli mawar untuk mum. Tapi aku berjanji, aku akan berjuang mengajari Elliot menangkap snicther jika kau juga berjanji akan memaafkanku.
Will you be my Juliet, rose?
Note: Tidak perlu memberi bunga mawar lagi, karena aku sudah punya Rose-ku sendiri.
Pertanda, Scorpy Poo-mu
Senyum Rose mengembang. Hatinya kembali hangat. Ternyata ia memang tidak bisa bertahan dari pesona anak itu. Dan memutuskan walaupun harus berjuang melawan egonya sendiri, Rose akan kembali ke Scorpius Malfoy.
.
.
-END-
Next Chapter diceritain lewat point of view tentang Rose.
A/n : Jangan lupa tinggalkan review^^ aku masih butuh masukan buat cerita-cerita selanjutnya
*entah itu Naruhina, Sasuhina, Nakz EXO, atau yang lainnya*
