Summary : Apa yang akan terjadi apabila seorang Kepala Sekolah mencintai murid nya sendiri?
Pairing : AkaKuro (AoKise lewat(?))
Disini Akashi dalam sifat Bokushi dan tidak akan berubah dalam sifat Oreshi. Ke-Absolut-an akan hadir dalam cerita ini. SadoMaso akan tercipta seiring berjalan nya cerita(?) /abaikan/
Bad summary. Hope you like my story *bows*
Umur Kuroko disini 19 tahun. Dan umur Akashi disini 23 tahun.
.
.
.
Pemuda berparas cantik bak boneka porselen yang baru di lap ini tengah berjalan santai memasuki kawasan sebuah Universitas yang cukup besar bagi orang mungil seperti diri nya. Tidak jauh dari pemuda itu nampak kerumunan manusia sedang mengamati sebuah papan mading yang menurut sebagian orang dapat menyebabkan penyakit jantung ringan. Penasaran akan apa yang dilihat oleh mereka, pemuda mungil ini pun mencoba mendekat. Namun sayang, karena faktor tinggi badan nya yang pas-pasan, ia pun tidak bisa melihat apa yang mereka lihat.
Dengan rasa kecewa ia meninggalkan kerumunan tadi dan mulai memasuki salah satu gedung di Universitas itu, dan mencari ruangan yang bertuliskan Kepala Sekolah. Sulit memang bagi seorang pendatang untuk mencari sebuah ruangan pada gedung yang lumayan besar seperti ini. Menoleh ke kiri dan ke kanan, melihat papan-papan nama yang tergantung di tiap pintu yang ia lewati. Hingga tanpa sadar ia ditabrak oleh seseorang sampai badan nya terdorong ke belakang.
"Ah−Maafkan aku. Sungguh aku minta maaf." Kuroko membungkukkan badan nya dengan sedikit kaku.
"Ck." Decakan kecil keluar dari mulut seorang pemuda bersurai merah lalu diikuti oleh langkah kaki yang berlalu meninggalkan Kuroko.
Ia tak membuang-buang waktu nya untuk terus menatap heran pemuda yang telah pergi tersebut. Ia harus dengan segera menemukan ruangan Kepala Sekolah. Dan tak perlu waktu yang lama. Pemuda ini berhasil menemukan ruangan itu. Pintu ia ketukan 3kali menunggu jawaban dari sang penguasa yang berada di dalam ruangan itu.
"Ano masuk saja pintu tidak dikunci." Dengan hati-hati ia membuka pintu itu, takut sesosok monster muncul dari balik pintu seperti di film yang pernah ia tonton.
"Permisi. Saya Kuroko Tetsuya." Dan ternyata hanya seorang wanita berparas ayu yang ada disana, bukan monster yang ada di film itu.
"Ah iya. Aku Momoi Satsuki, wakil kepala sekolah. Dan aku meminta maaf dengan sangat kalau Akashi-san sedang keluar. Akashi-san ialah−"
"Kepala sekolah. Saya tahu, dan maafkan saya telah datang di waktu yang tidak tepat" Kuroko kembali membungkukkan badan nya dan keluar dari ruangan itu. Harus kah saya besok datang kembali ke sekolah ini?−batin nya.
Pemuda cilik yang minim ekspresi ini bergelut bersama pikiran nya dan kembali menabrak pada orang yang sama. Kali ini tabrakan nya lebih kuat hingga membuat nya jatuh tersungkur ke belakang. Sakit. Itu lah rasa yang harus ia rasakan saat pantat mulus nya harus berciuman dengan keras nya lantai.
"Ah!"
"Kau lagi. Apa mau mu menabrak ku dua kali dalam sehari?" Tatapan yang tajam keluar dari dua bola mata yang berbeda warna.
"Maaf. Saya tidak bermaksud menabrak anda dalam dua kali sehari. Kejadian ini benar-benar tanpa sengaja." Kuroko mencoba berdiri. Namun kaki nya yang terlanjur ketakutan akan aura seram pemuda di hadapan nya membuat pria mungil ini terduduk manis di lantai.
"Kalau sampai nanti kau menabrakku lagi untuk yang ketiga kali nya. Kepala mu akan ku hilangkan dari tempat nya." Tatapan nya kini semakin menajam. Nyali pemuda bersurai biru ini semakin menciut.
"Baiklah." Pemuda mungil ini mengerahkan seluruh keberanian nya untuk bangkit dari posisi duduk nya dan berlari keluar gedung ini. Saya harus mengingat ini bahwa pria bersurai merah dan bermata beda warna harus dijauhi−begitu ucap Kuroko dalam hati seraya membukakan pintu mobil Sedan nya.
Waktu makin cepat berlalu, sudah pukul 5 sore. Dan tanpa sadar pemuda mungil ini telah sampai kembali di dalam rumah yang aman dan tentram milik nya. Lelah dengan cepat menghampiri pemuda ini. Membuat mata yang tadi nya segar bugar kini harus redup dibuat nya. Dengan kesadaran yang seadanya ia berjalan menuju kamar pribadi dan membantingkan diri ke arah kasur berukuran Queen Size milik nya.
"Baru saja sehari saya keluar rumah, rasa letih sudah seperti disuruh berlari 1000 kali mengelilingi lapangan sepak bola." Pemuda ini mungkin sedikit err−alay. Tapi ya mau bagaimana lagi, kalimat itu lah yang muncul di pikiran nya dan harus ia keluarkan agar tak menjadi beban yang berat di kemudian hari.
'A~ Deatte yokatta-ssu'
Dering ponsel Kuroko membangunkan nya yang baru saja tidur nyenyak selama 8 jam. Ia melihat ke arah jam dinding yang terpajang indah di tembok kamar nya telah menunjukkan pukul 1 dini hari. Batin nya kini beragumen ria antara bangun atau tidak.
'Time machine ga nakutatte~'
Tak tahan dengan yang nama nya kebisingan. Dengan terpaksa ia bangun dari kasur dan mengangkat telepon yang berada di meja lampu tidur nya. Ponsel ia dekatkan ke telinga dan badan ia banting kan lagi ke kasur nya.
"Kuroko Tetsuya disini."
"Ah. Kise-kun ada apa?"
"Oh."
"Baiklah, tunggu sebentar."
Pemuda ini terpaksa bangkit dari kasur-san yang seperti nya telah memanggil-manggil nama Kuroko berkali-kali, namun ia hiraukan. Ia sadar bahwa seseorang yang berada di luar menunggu kehadiran nya lebih penting daripada kasur-san. Maaf ya, Kasur-san.
"Kise-kun, ada apa?" Kuroko membuka pintu. Tiba-tiba ia mendapati Kise yang tengah menggigil kedinginan sambil menggunakan jaket dengan kondisi basah untuk menutupi tubuh yang hampir seluruh nya basah kuyup. Karena tak tega, Kuroko pun mempersilahkan Kise masuk dan bahkan memberikan pria berambut blonde itu sebuah selimut yang cukup tebal.
"Ku-Kurokochi." Panggil Kise dengan suara nya yang masih menggigil.
"Ada apa, Kise-kun?"
"Izinkan aku menginap dirumah mu-ssu." Kise menutup mata nya sambil mengerat kan pelukan nya pada selimut tebal nya.
"Melihat keadaan mu yang seperti ini. Sudah daritadi saya mengizinkan mu untuk menginap di rumah saya, Kise-kun." Kise sedikit tak mengerti maksud ucapan Kuroko. Namun yang pasti, ia telah diizinkan oleh sang empu nya rumah untuk menginap.
"Terima kasih, Kurokochi."
"Sama-sama, Kise-kun."
Kini malam telah berganti pagi. Nyanyian para burung semakin meriah ditambah dengan suara pencetan bel pintu yang sudah dibunyikan berkali-kali dengan tempo yang cukup cepat. Tak selesai dengan pencetan bel. Seseorang diluar sana kini telah mengetuk pintu rumah dan hampir saja membuat pintu itu hancur apabila Kuroko tak segera membuka kan nya.
"Aomine-kun?"
"Dimana Kise?" Nafas yang tak beraturan. Kuroko tebak pria ini jauh-jauh kesini dengan berlari hanya untuk mencari Kise.
"Ada di dalam tengah tertidur pulas." Kuroko memberikan akses masuk Aomine ke dalam rumah nya. Dan kembali menutup pintu agar burung-burung yang bising tadi tak mengganggu suasana pagi ini.
"Kise." Aomine diam berdiri melihat Kise yang tengah tertidur pulas di sofa empuk Kuroko.
Kise terbangun mendengar panggilan seme nya. Ia mengucek mata nya untuk memastikan apakah dia telah terbangun atau masih bermimpi. Seingat ia, diri nya kemarin telah bertengkar dengan Aomine. Tapi kenapa disini sang seme malah datang menghampiri nya bukan menjauhi nya.
"A-Aominechi? Ada apa kemari-ssu?"
Kritik serta saran sangat diperlukan TvT *bows*
Bersambung di chapter 2
/TTD : Nekocchi14/
