Title : I'm sorry…

Cast : – Lee Ji Eun

- Do Kyung Soo

- Park Hye Rin

Genre : Romance, Sad

Author : Fahmil Annisa Audita

FF ini milik saya, masing-masing cast punya Tuhan . FF ini terilhami dari beberapa ff yang pernah saya baca dan saya gabung menjadi satu. maaf jika ada kesaaman alur/tokoh

"Apa?! Dijodohkan?!" Do Kyung Soo melemas ketika mendengar orangtuanya akan menjodohkannya dengan seorang gadis.

"Dia gadis yang baik Kyung Soo-ah…" kata ibunya.

"Tapi eomma…"

"Tidak ada tapi-tapian… pokoknya kau harus menikah dengan gadis itu… kalau tidak kau keluar dari rumah ini dan anggap kami bukan orang tuamu lagi!" bentak ayahnya.

Kyung Soo langsung ke kamarnya. Membanting pintu dengan kasar. Kemudian ibunya memasuki kamarnya.

"Kyung Soo-ah… maafkan eomma dan appa… ini sudah menjadi wasiat dari kakekmu dari dulu… dan ayah gadis itu adalah partner perusahaan yang paling besar. Kau tahu, kondisi ayahmu sedang memburuk. Tolong mengerti…" kemudian ibunya keluar dari kamarnya.

Kyung Soo termenung di kamarnya. Lalu dia mengambil handphonenya.

"Hye-rin-ah… bisa bertemu sekarang? Baiklah… aku segera kesana.."

Sesampai di tempat yang dijanjikan, disana sudah ada Park Hye Rin.

"oppa… ada apa? Tumben sekali mengajak bertemu jam seperti ini…"

"Hye Rin-ah… mari kita putus…" kata Kyung Soo dengan suara berat.

"Ne? Oppa… kau ini bicara apa…" kata Hye Rin mengira Kyung Soo hanya bercanda padanya

"Aku serius… mian… aku dijodohkan…"

"Apa?" kata Hye Rin terperangah. "Kau lebih memilih gadis itu daripada aku?"

"Bukan… bukan itu Hye Rin ah… kau tahu… ayahku sakit-sakitan sekarang… jika aku tidak menikah dengan gadis itu ayahku akan mengusirku dari rumah…"

Hye Rin mulai mengeluarkan air matanya. Kyung Soo kehabisan kata-kata untuk bicara.

"Hye Rin ah.. jangan menangis…"

"Kau jahat Do Kyung Soo!" teriak Hye Rin kemudian meninggalkan Kyung Soo sendirian di cafe.

Keesokan harinya, Kyung Soo dipertemukan dengan gadis yang akan menjadi istrinya.

Keluarga Do pun ke rumah keluarga Lee. Mereka disambut dengan baik dengan Lee Jong Sik dan istrinya.

"Ji Eun kami sedang ada di kamarnya. Sebentar lagi dia akan turun." Kata istrinya.

"Memang seperti apa sih gadis itu? Se istimewa apa dia?" batin Kyung Soo.

Gadis itu pun turun ke ruang tamu rumah itu. Dia mengenakan dress selutut. Wajahnya sangat natural. Tidak ada make up sekalipun dan dia terlihat cantik. Tapi dimata Kyung Soo dia terlihat biasa saja dibanding dengan Hye Rin yang sempurna dimatanya.

Kyung Soo's POV

Aku penasaran seperti apa gadis itu. Seistimewa apa dia. Rasanya aku ingin pergi saja dari tempat ini.

Tiba-tiba gadis itu datang. Dia datang mengenakan dress selutut berwarna putih. Kuakui parasnya memang cantik. Tapi dimataku Hye Rin lah yang paling sempurna.

"Perkenalkan dirimu nak…" kata ibunya.

"Annyeonghaseyo, Lee Ji Eun imnida. Senang bertemu dengan anda paman, bibi." Kata gadis yang bernama Lee Ji Eun itu sambil menundukkan badannya.

"Ahhh… jangan panggil aku bibi. Panggil saja ibu. Sebentar lagi aku akan menjadi ibu mertuamu…" sanggah ibuku tersenyum. Arrrgggkkk aku muak mendengarnya.

"Hm… iya ibu.." katanya.

"Oh iya, ini Do Kyung Soo. Putra kami satu-satunya." Kata ayahku memintaku memperkenalkan diri. Dengan hati berat akhirnya aku bangun.

"Annyeonghaseyo. Do Kyung Soo imnida." Kataku.

"Wah.. tampan sekali kau nak…" kata ibu Ji Eun.

"Ah… gamsahamnida" jawabku kikuk. Entah mengapa jadi seperti itu.

"Ji Eun-ah… antarkan Kyung Soo sshi berkeliling taman." Perintah ibunya.

"Baiklah…" akhirnya aku dan Ji Eun sshi keluar meninggalkan mereka di ruang tamu.

"berapa umurmu, Lee Ji Eun sshi?" tanyaku ketika kami berjalan mengelilingi taman rumahnya.

"21 tahun. Kau?"

"25 tahun. Kita berbeda 4 tahun, kan Lee Ji Eun sshi?"

"Ne… jangan panggil aku seformal itu. Panggil saja Ji Eun." Jawabnya. Tutur katanya sangat halus. Sangat berbeda dengan Hye Rin yang sembarangan. Astaga kenapa aku jadi seperti ini?

"Kau masih kuliah?" tanyaku.

"Masih. Semester 4. Kau pasti sudah bekerja. Di perusahaan ayahmu?"

"Iya. Minggu depan aku sudah menggantikannya sebagai presdir."

"Hah? Presdir? Chukkae Kyung Soo sshi…"

"Gomawo…"

"…."

Terjadi kecanggungan sesaat diantara kami. Disaat kami tidak tahu apa yang harus kami bicarakan. Entah mengapa otakku sangat kosong. Dan akhirnya dia angkat bicara.

"Kyung Soo sshi…"

"Ne?"

"Tidak peduli bahwa kau menolak atau menyetujui pernikahan ini. Aku tahu kau pasti menolaknya. Aku juga tertekan. Karirku masih panjang. Aku bahkan belum merampungkan kuliahku. Aku TIDAK menyetujui perjodohan ini. Jadi, jangan salahkan aku bila kau menyesal nanti menikah denganku. Aku tahu inilah jalan satu-satunya. Keputusan kakek kita memang menjengkelkan. Tidak ada jalan lain kecuali ada pihak yang terluka." Kata-kata gadis itu mengejutkanku. Bagaimana dengan ekspresi wajah datar seperti itu dan dia mengucapkannya tanpa nada marah. Tutur bahasanya sangat indah.

Aku tertegun. Dia jadi salah tingkah. Mungkin dia menyesal mengatakannya.

"Kyung Soo sshi… lebih baik kita kembali. Sepertinya kita berjalan sudah terlalu jauh." Ajaknya.

Aku tersadar dan reflek menggandeng tangannya. "Ayo."

Dia masih menatapku bingung. Apa ada yang salah?

"Ne.. ayo.."

Sesampainya di ruang tamu rumah Ji Eun. Orangtua kami sangat terkejut.

"Do Kyung Soo?" tanya ibuku.

"Kenapa menatapku seperti itu?" tanyaku bingung

"Kau memegang tangannya?"

"Ne? Oh.." aku langsung melepaskan tangan Ji Eun. Kami berdua salah tingkah.

"Sudah malam. Sebaiknya kami pulang." Kata ayahku akhirnya.

"Ne. Sampai jumpa. Terima kasih sudah datang." Jawab Lee Jong Sik

Seminggu kemudian sudah ditetapkan tanggal pernikahanku dengan Lee Ji Eun. Ibuku pun menyuruhku fitting baju bersama Ji Eun.

Aku menjemputnya di kampusnya. Dia gadis yang sangat baik. Melihatnya dengan teman-temannya, terlihat dia gadis yang cerdas. Aku pun menelponnya.

"Ji Eun-ah… aku sudah janji menjemputmu kan? Aku sudah ada di depan kampusmu. Datang cepat."

Dia pun meninggalkan teman-temannya dan menghampiri mobilku.

"Kau lambat sekali."

"Mian. Aku tidak terbiasa berjalan cepat."

Sesampainya di tempat kami fitting baju. Kami pun memilih baju yang akan kami kenakan di hari pernikahan.

"Kau ingin baju seperti apa? Kau hanya memandanginya?" kataku tidak sabar karena dia hanya mengamati baju-baju yang terpajang.

"Aku bingung. Semuanya cantik."

"Coba yang itu." Kataku sambil menunjuk sebuah gaun putih yang menurutku lumayan. Pelayan pun mengambilkan baju yang kumaksud.

"Pakailah…"

Dia pun keluar dari ruang ganti. Oh! Apakah aku salah lihat? Seorang gadis yang berdiri di depanku ini bak bidadari.

"Jelek?" katanya canggung dengan pakaiannya.

"Tidak. Lumayan. Ambil yang ini saja."

Setelah selesai fitting pakaian. Aku mengantarnya ke rumah.

"Gomawo. Maafkan aku." Itu kata-kata Ji Eun sebelum turun dari mobilku.

Aku pergi ke kamarku. Duduk di tepi tempatku. Merenungi kejadian yang akhir-akhir ini menimpaku. Orangtuaku menjodohkanku, aku putus dengan Hyerin dan Hyerin tidak mau bertemu denganku lagi, calon istriku yang ternyata masih kuliah dan sebenarnya juga menolak perjodohan ini. Aku pikir ini memang jalan terbaik. Daripada aku harus keluar dari rumah ini dan tidak dianggap oleh kedua orangtua ku. Dan untuk Hye Rin. Aku bisa bercerai dengan Ji Eun. Aku bisa saja memaksanya untuk menandatangani surat perceraian kami. Gadis itu tidak bisa apa-apa.

Kyung Soo's POV END

Ji Eun's POV

"Gomawo. Maafkan aku." Hanya itu yang bisa aku ucapkan padanya. Aku tidak sanggup. Rasanya aku ingin mati saja. Perjodohan ini sangat menyakitiku. Apa boleh buat? kakek kami yang membuat ini semua. Haruskah aku melawan kedua orangtuaku?

Kuakui, aku memang tertarik pada pria yang bernama Do Kyung Soo itu. Aku melangkahkan kakiku dengan lemas. Menenteng sebuah tas berisi gaun pernikahan ku. Ibuku menyambutku dengan gembira. Aku tersenyum kecil. Lalu ke kamarku.

Aku menatap gaun itu dengan tatapan kosong. Aku akan memakainya bulan depan. Aku akan berjalan di depan altar bersama ayahku. Dan mengucapkan janji suci pernikahan bersama Kyung Soo. Tapi akhirnya aku tahu kami akan bercerai. Karena dia tidak pernah mencintaiku. Dan kalaupun kami tidak bercerai. Dia akan hanya menganggapku boneka kehidupannya. Yang bisa dia mainkan seenaknya. Tapi aku berjanji akan belajar mencintainya mulai dari sekarang.

Di hari pernikahan ku. Aku bahkan tidak bisa tidur semalaman. Dan disaat perias merias wajahku pun aku masih tidak bisa menstabilkan diri. Aku begitu frustasi.

Di gedung pernikahan. Banyak sekali tamu yang datang. Kyung Soo mengenakan jas yang dibelinya kemarin. Orangtuanya sibuk menerima tamu mereka. Kyung Soo menghampiriku.

"Siap?"

"Ne." Jawabku.

Sejam kemudian acara dimulai. Aku dan ayahku berjalan di altar. Akhirnya aku bisa menstabilkan diriku. Semua mata penonton tertuju padaku. Ya tuhan aku sangat gugup. Aku tidak sengaja melihat seorang wanita muda menangis menatap Kyung Soo yang sudah berada di depan sana. Aku tidak tahu apa hubungan mereka.

Akhirnya aku sampai di sebelah Kyung Soo. Pendeta memulai sumpah kami.

"Do Kyung Soo, apakah kau bersedia mencintai, menjaga serta melindungi istrimu, Lee Ji Eun sampai akhir hayatmu?"

"Ne. Aku berjanji."

"Lee Ji Eun, apakah kau bersedia mencintai suamimu, Do Kyung Soo sampai akhir hayatmu?"

"Ne. Aku berjanji."

"Apakah kalian berjanji saling mencintai sampai akhir hayat kalian? Sampai maut memisahkan kalian?"

"Ne. Saya berjanji." Jawab kami bersamaan.

Kemudian Kyung Soo memakaikan cincin di jari manisku. Kemudian sebaliknya aku memakaikan cincin di jari manis Kyung Soo. Kami resmi menjadi suami istri.

Ji Eun's POV END

Kyung Soo's POV

Hye Rin datang. Dia menangis. Sial. Kenapa dia harus datang? Pasti Dong Hyuk sudah mengirimkan undangan padanya.

Keadaannya sungguh menyedihkan. Di usianya yang ke23. Dia sekarang seperti wanita berusia 30an. Aku sakit melihatnya.

Kyung Soo's POV END

Author POV

Lee Ji Eun memang hanya menjadi boneka hidup Kyung Soo. Yang melayaninya dengan sepenuh hati. Dan tidak berontak jika Kyung Soo menyiksanya. Bahkan di seminggu pernikahan mereka badan Ji Eun sudah penuh memar pukulan.

Dan sebulan setelah menikah. Orangtua Kyung Soo mengundang nya untuk makan siang bersama.

"Yeobseyo?"

"Ji Eun-ah… ayo makan siang bersama. Ke rumah kami."

"Ne? Hm… sepertinya aku sedang tidak enak badan, bu…"

"Kau menolaknya?"

"Bukan. Baiklah aku akan datang."

Ji Eun menghampiri Kyung Soo yang sedang duduk di depan TV.

"Hm…"

"Orangtuaku mengajak makan siang? Baiklah."

Setiba di rumah orangtua Kyung Soo. Orangtua Kyung Soo terkejut melihat pakaian mereka. Kyung Soo, memakai kaos dan celana selutut sementara Ji Eun memakai baju panjang dan celana panjang. Jelas-jelas sedang musim semi.

"Ji Eun-ah… apakah kau tidak salah memakai baju? Di musim semi seperti ini kau memakai baju seperti itu?" tanya ibu Kyung Soo.

"Bukan eomma. Aku hanya ingin memakai baju-baju seperti ini. Aku nyaman memakainya." Sanggah Ji Eun.

Namun Ji Eun ketahuan. Memar di wajahnya tidak bisa membohongi. Ibu Kyung Soo langsung mengajaknya ke kamar nya.

"Buka bajumu."

"Ne?"

"Buka bajumu sekarang."

"Ah.. aku tidak apa-apa eomma…"

Ibu Kyung Soo pun merobek lengan baju Ji Eun. Dan terpampanglah luka memar miliknya.

"Apa dia sering menyiksamu? Sejak kapan dia menyiksamu? Kau tidak berontak? Kau diam?"

"Bukan…"

"Tidak usah membelanya! Kau tidak pantas menerima ini."

Ibu Kyung Soo membawa Ji Eun ke ruang keluarga. Dan disana ada Kyung Soo dan ayahnya.

"Lihat Lee Jong Suk! Ini perbuatan anakmu! Lihat tubuh gadis ini! Anak kurang ajar! Siapa yang mengajarimu?! Aku dan ayahmu tidak pernah mengajarimu tentang ini! Apa ini balasan yang kami terima setelah mendidikmu selama 25 tahun?" kata ibu Kyung Soo emosi. Ji Eun hanya bisa menatap mertuanya itu dengan wajah ketakutan.

Lee Jong Suk menghela nafas. Lalu menyeret dengan kasar putra satu-satunya ke halaman belakang rumah mereka. "Ayo bicara sebagai lelaki!"

"Do Kyung Soo! Apa aku pernah mengajari cara menyiksa wanita? Apakah dia masih manusia di matamu? Kau anggap dia boneka? Yang menghiasi harimu tanpa memberontak sedikitpun?! Aku tahu, kau sudah punya kekasih saat itu. Tapi kau tidak memperhatikan keadaan ayah? Tolong Kyung Soo… dia wanita… wanita harus dilindungi bukan disakiti. Bukankah itu janji yang kau ucapkan saat hari sakral itu? Dia diam… dia sudah belajar untuk mencintaimu… dia membelamu… dia tidak sekalipun mengadu. Tapi ibumu yang menemukan keanehan itu. Sebagai ayah aku jelas kecewa padamu." Tegas Lee Jong Suk. Kyung Soo hanya diam mendengarnya. Dia mengaku salah. Dia merasa sangat berdosa. "Pulanglah bersamanya dan renungkan kesalahanmu."

Diperjalanan pulang, suasana dingin menyelimuti mobil mereka. Tidak ada suara. Yang ada hanya suara tangis tertahan milik Ji Eun.

"Menangislah."

Ji Eun menatap Kyung Soo bingung.

"Menangislah. Agar kau tenang. Dan maaf… aku salah.."

to be continued