Disclaimer : Detective Conan akan selalu menjadi milik Aoyama Gosho, namun fic ini[SUE] milik saya.

Warning : Pair di sini mungkin akan ribet, entahlah saya tak bisa berkata apa-apa, bisa jadi juga tidak. Beberapa karakter umurnya disesuaikan dengan cerita, dan hampir semuanya akan OOC. Untuk menuntaskan challenge dari Matsuyuki Oitamaru (yang dengar kabar udah ganti penname jadi mizuki yuu, maaf salah tulis) yang mungkin telah terlupakan.

Catatan Author : Halo semua~ perkenalkan, saya Ryuuka Mikan, author yang baru mampir ke fandom ini. Saya datang membawakan fic yang mudah-mudahan tidak mencemarkan nama baik fandom ini #ceilahbahasanya

Nanti di akhir cerita saya kasih tahu kenapa judulnya SUE. Di sini bukan berarti ada god-like-chara ya!

.

"Aku tak menyangka, musim dingin di Amsterdam benar-benar jauh lebih dingin dari pada di Tokyo."

Shinichi mengusap kedua telapak tangannya, dengan harapan bisa sedikit menghangatkan tubuhnya. Tapi yang terjadi adalah tubuhnya makin membeku dengan hawa dingin yang menusuk tulangnya.

Laki-laki berkacamata itu mendesah pelan, namun panjang dan terkesan dipaksakan.

"Andai saja ... Ran masih ada ... mungkin..."

"Oi Shinichi! Lupa bawa jaket lagi kan?! Lain kali bawa, jadi demam begini. Siapa yang repot? Aku! Siapa yang kesal? Aku juga!"

"Tapi kau tetap mencintai pacarmu yang menyebalkan ini bukan?"

"Eeee ... ituuu..."

Mengingat itu, Shinichi mau tak mau terkekeh.

Oh Tuhan, kenapa Kau harus mengambil wanita sebaik dan sehebat dia? Apa lagi tepat di depan altar pernikahan, tinggal mengucapkan janji suci.

"Mouri Ran, apa Anda bersedia untuk selalu bersama dengan Shinichi Kudo baik dalam suka mau pun duka?"

"A-Ak-Ak-Akuu..."

Wajah Ran terlihat memucat.

"S-Si-Si—"

Ran ambruk tepat di badan Shinichi.

"R-Ran? Oi! Bangun Ran!"

Semua hadirin histeris.

Shinichi menepuk-nepuk pipi Ran, berusaha menyadarkan gadis yang nyaris menyandang status sebaga istrinya. Terlihat jelas bahwa Shinichi panik.

Akhirnya Shinichi berlari sambil menggendong Ran dari gereja menuju rumah sakit. Sesampainya di sana, yang ia dapat hanyalah sebuah kabar buruk dan kesedihan yang mendalam.

"Kami sudah melaksanakan semampu kami, namun Nona Mouri tidak dapat diselamatkan. Ia mengalami gagal jantung yang kira-kira sudah diidapnya sejak lama."

Kalau Kau tak menakdirkan kami menikah, Kau bisa melakukannya, tapi jangan mengambil nyawanya, batin Shinichi sendu.

Shinichi membuka ponselnya. Terdapat wallpaper yang menunjukkan ia dan Ran sedang bergandengan tangan di bawah pohon sakura.

Oh, ada satu pesan masuk. Kenapa ponselnya tidak berbunyi ya?

Ah iya, ia sudah menyetel profilnya menjadi diam tadi. Shinichi menepuk keningnya.

Hoi!

Shinichi! Kau masih ingat aku? Ini aku, Kaito! Kita sudah tidak bertemu tiga tahun sejak kematian Nona Mouri!

Emm, maaf, bukan maksudku mengingatkanmu akan hal itu.

Apa kau sampai sekarang masih di Amsterdam? Kenapa tak pernah mengabari aku dan teman-teman? Aku mendapatkan nomor teleponmu yang baru ini dari anak rekan kerja ayahku. Apa kau kenal? Namanya Hattori Heiji. Dia juga orang Jepang.

Kembalilah ke Tokyo! Barangkali kau bisa 'menjenguk' Ran, hm?

-Kaito

Reply this message

Shinichi terdiam. Lama sekali.

Salju mendadak terasa turun lebih lambat dari pada biasanya. Hatinya menghangat. Sebuah kurva tipis terbentuk di wajahnya.

Aku harus bertemu Ran!

Ia bertekad untuk membeli tiket pesawat, saat ini juga. Dan mungkin saat di Tokyo, dia akan menemukan cinta barunya. Pengganti Mouri Ran.

Mungkinkah dengan hati yang masih mencintai Ran...?

To be continued