Jaejoong duduk dengan wajah yang berlipat-lipat. Awalnya tidak seperti itu tetapi di pertengahan jalan sang adik yang berusia tiga tahun menangis minta pipis. Ibunya yang lupa bawa popok, berhenti di supermarket terdekat. Appa dan Jaejoong diminta untuk pergi membeli. Sesampainya di kasir, bocah lima tahun itu terpesona pada gantungan ponsel gajah yang menggantung di samping permen payung. Ia merengek tetapi tak digubris. Sebuah jeweran ditelingalah yang ia dapat. Jaejoong kesal. Akhirnya sepanjang jalan ia cemberut.

Lima menit kemudian, mobil mereka sampai di sebuah rumah mewah di puncak bukit. Rumah itu sangat besar. Kalau kalian bertanya pada bocah lima tahun itu, ia akan menjawab 'besaaaar.' Sambil membuat lingkaran sebesar-besarnya dengan kedua tangan. Kata appa Jaejoong yang bekerja di sebuah perusaahaan real estet, rumah ini adalah rumah bosnya. Bos besar. Pemilik 60% aset perusahaan.

Orang yang menjadi tukang perintah, kata appa Jejoong saat Jaejoong bertanya arti dari bos itu sendiri. Jaejoong mengangguk sok paham. Di rumah yang menjadi bosnya adalah umma tetapi kenapa umma tidak tinggal ditempat ini, pikir bocah berambut lurus itu.

Appa Jaejoong memberikan kartu undangan kepada Ajhusi berpakaian hitam kemudian mereka diizinkan masuk. Jaejoong membulatkan matanya semakin besar. Disana banyak kue-kue enak yang tersedia. Bocah itu langsung berlari menuju meja terdekat. Lalu mencomot kue berbentuk beruang di meja sayangnya umma langsung memukul tangan bocah kecil itu. Kembali jaejoong merengut kesal. Bibir bawahnya yang memerah maju ke depan.

"Tidak sopan!" Marah umma Jaejoong. Jaejoong hanya menundukkan kepala. Ummanya langsung menariknya entah kemana. Jaejoong kembali menoleh kebelakang melihat meja tempat kue beruang itu diletakkan. Appanya sekarang ada di sana sambil menggendong Kibum, adiknya. Kibum menunjuk pada kue beruang disana. Appa langsung saja memberikan kue itu pada Kibum. Jaejoong menangis sambil terseguk-seguk. Ia tidak ingin lengannya biru karena dicubit. Umma tidak suka jika ia menangis.

Appa dan Umma Jaejoong membawa mereka pada paman dan bibi bersepatu mengkilap. Jaejoong masih menunduk karena itu ia hanya melihat dari bawah.

"Selamat atas ulang tahun pernikahan kalian." Suara Ummanya terdengar.

Jaejoong masih terus menangisi kue beruang tadi. Ia ingin makan kue sampai tidak menyadari ternyata paman dan bibi bersepatu mengkilap mengajaknya berbicara.

Ummanya langsung mencubit lengannya. Wajahnya langsung terangkat dengan lelehan air mata yang menganak sungai. Mata bulatnya terlihat sangat sedih.

Umma Jaejoong langsung gelagapan. Tidak menyangka Jaejoong akan menangis padahal ia tidak mencubit anak itu dengan keras. Ia pun jadi malu pada kedua pasangan suami istri di depannya.

Seorang bocah laki-laki menghampiri Jaejoong. Bocah itu lebih tinggi darinya. Jaejoong kemudian ditarik menjauhi pesta.

Di bawah pohon tidak jauh dari pesta berlangsung. Jaejoong terus menangis. Bocah laki-laki dihadapannya hanya menghembuskan nafasnya sambil sesekali melihat sang ibu yang memperhatikan mereka dari acara pesta. Kalau bukan kode dari ibunya yang menyuruh ia mengajak maik bocah perempuan itu, ia tidak akan mau bermain dengan perempuan.

Perempuan tidak bisa diajak main perang-perangan menurutnya.

"Jangan nangis lagi. Apa tidak bosan nangis terus." Ujar bocah laki-laki itu menirukan perkataan ibunya padanya dalam keadaan yang sama.

Jaejoong perlahan menghentikan tangisannya. Ia pun cape menangis. Suaranya jadi serak. "Kau siapa?" Tanya Jaejoong dengan suara yang serak. Ia baru menyadari kehadiran bocah laki-laki itu.

"Aku Jung Yunho. Umur enam tahun. Sekolah di Cassiopea School."

Jaejoong mengangguk, sok paham. "Aku Jaejoong, belum sekolah."

"Kau sudah berhenti menangis. Ayo kembali." Ajak bocah laki-laki itu sambil menggandeng tangan Jaejoong. Sayang Jaejoong enggan kembali. "Kenapa?"

"Aku mau kue beruang. Apa kau bisa mengambilkannya?" Tanya Jaejoong. Ia masih mengingat kue beruang yang tidak boleh ia ambil.

"Kau ingin kue beruang. Kenapa tidak ambil sendiri? Malas itu tidak baik." Ujar bocah laki-laki itu.

Jaejoong menundukkan kepalanya. Ia takut jika tangannya akan dipukul lagi oleh ummanya. "Kata umma tidak sopan. Aku takut tanganku dipukul umma." Ujar Jaejoong.

Yunho mengerutkan alisnya tidak mengerti. "Ya sudah. Kita minta izin saja pada ummamu." Ujarnya.

Jaejoong langsung tersenyum cerah. Ia mengangguk antusias. Ia pun menarik Yunho kembali ke tempat pesta dengan antusias.

Sesampainya di depan umma Jaejoong. Jaejoong langsung bersembunyi di balik Yunho. Yunho pun langsung gugup ketika ditamengkan. Umma Jaejoong terlihat bingung mendapati anak bos suaminya sedang menghadap dengan Jaejoong yang bersembunyi dibelakang bocah itu.

"Ada apa?"

Bibir Yunho langsung bergetar gugup. Seketika tubuhnya mematung. Lama sekali mereka dalam posisi itu sampai ibu Yunho yang sejak tadi memperhatikan langsung menghampiri.

"Ada apa?" Tanya bibi bersepatu mengkilap. Jaejoong semakin gugup tanpa sadar semakin bersembunyi di balik Yunho.

Melihat hal itu, umma Jaejoong merasa tidak enak. Ia pun memanggil Jeajoong untuk menghampiri. Jaejoong yang takut dicubit kembali merasa enggan menuruti perintah ummanya.

"Yunho. Anak laki-laki tidak boleh penakut." Ujar ibu Yunho dengan suaranya yang lembut.

Yunho kemudian memberanikan diri. "Aku hanya ingin meminta izin pada umma Jaejoong." Ujar Yunho.

"Izin apa?" Tanya ibu Yunho.

"Tolong jangan pukul Jaejoong dan izinkan ia mengambil kue beruang." Ujar Yunho. Umma Jaejoong terlihat malu mendengarnya. Ia merasa malu kalau ibu Yunho menyangka bahwa ia suka melakukan kekerasan pada anaknya.

Setelah mendapat izin, Jaejoong langsung berlari sambil menarik Yunho kemeja terdekat dan menikmati kue beruang dengan rakus takut jika nanti tidak bisa memakannya. Yunho pun ia jejali kue itu sebagai ucapan terima kasih.

Melihat Jaejoong yang sepertinya sangat suka dengan kue beruang. Ia secara pribadi membungkusnya untuk Jaejoong bawa pulang. Umma Jaejoong malu tidak terkira tetapi tidak bisa berbuat apa-apa takut muncul pikiran negatif ibu Yunho padanya. Ia pun melampiaskannya seteleh pulang dari pesta. Umma Jaejoong tidak berhenti mengomelinya sepanjang perjalanan pulang. Jaejoong hanya menunduk sambil mengeratkan sekantong penuh kue beruang hadiah ibu Yunho padanya takut jika sang umma akan mengambil kue itu darinya sebagai hukuman.

Jaejoong tidak akan membiarkan siapapun merebut kue beruang ditangannya walaupun itu ummanya sendiri.