pairings: kaixsehun, chanyeolxsehun, kaixluhan
length: ?
(!): mpreg, adegan kekerasan.
.
.
.
.
.
When the Love Falls
Prologue
April. Di awal musim gugur ini daun-daun maple berjatuhan, suhu udara pun menurun—tidak terlalu drastis tapi cukup dingin untuk membuat Sehun harus memakai dua lapis jaket; yang satu telah ia pakai sejak meninggalkan rumah, sedang satu lagi milik anak lelaki bertubuh atletis di sampingnya. Sehun dan Chanyeol berjalan berdampingan, membuat beberapa orang di sekitar ada yang berbisik-bisik, ada pula yang berbisik-bisik lalu terkekeh geli setelah nya hanya untuk memperlihatkan perasaan iri pada pasangan yang terlihat mesra itu.
Memang sungguh mesra. Oh, andaikan saja apa yang orang-orang di sekitar mereka asumsikan itu benar, mungkin Chanyeol akan menjadi pria yang paling bahagia di muka bumi ini.
"Sejak kapan kau tumbuh lebih tinggi dariku?" tanya Sehun yang sedang memeluk Chanyeol dari samping sambil sesekali mendesis kesakitan. Ia mengeratkan dekapan pada tubuh pria jangkung di sampingnya saat dirasa mulai telah kehilangan keseimbangan.
"Entahlah. Mungkin sejak setelah aku pindah ke Beijing. Mereka memiliki makanan yang terbaik!" sahut Chanyeol penuh keceriaan yang diakhiri dengan komentar darinya mengenai Beijing. Tempat tinggal ayahnya.
Sehun pun tersenyum sebagai jawaban, raut wajah gembira berusaha untuk menutupi ekspresi kesakitannya ketika setiap kaki kiri dipijak ke tanah. Semoga Jongin tidak benar-benar marah, ia berdoa kepada Tuhan di dalam hati. Sehun tidak ingin orang yang paling dicintainya itu merasa kesal. Hal mengenai Jongin yang marah kepadanya sedang menjadi pengganggu pikiran Sehun. Bahkan Chanyeol pun segera menyadari ini.
"Hey," Chanyeol mengembalikan kesadaran Sehun. Ia memperlambat langkah mereka agar Sehun dapat lebih merasa nyaman. "Apa yang terjadi pada kakimu?"
Mereka kini sedang berjalan hati-hati menuju di mana rumah Chanyeol terletak. Chanyeol berusaha sekuat tenaga untuk membuat pria yang sedang dirangkulnya tidak terlalu banyak melangkahkan kaki; takut akan menyakiti orang yang terlihat rapuh itu karena ia selalu memperlakukan Sehun lembut.
"Hm?" gumam Sehun dengan nada tanya untuk mengulur waktu karena sedang memikirkan jawaban yang akan ia beri pada Chanyeol.
"Kakimu," ulangnya. Ia menoleh ke samping, menatap Sehun di manik mata, "apa yang terjadi pada kaki kirimu?"
Sekilas di dalam matanya terdapat keraguan ketika Sehun menjawab pertanyaan tersebut dengan, "Ini kecelakaan biasa."
Tidak mungkin, pikir Chanyeol dengan kening yang berkerut. Tidak mungkin luka dalam di telapak kaki Sehun itu hanya berasal dari sebuah kecelakaan. Lantas ia pun mengulang kembali pertanyaan yang sama karena ingin mendapatkan jawaban yang sebenarnya. "Apa yang terjadi pada kakimu?" kali ini lebih tegas, membuat tubuh kecil yang sedang dirangkulnya sedikit bergetar ketakutan.
"A-aku terjatuh—"
"Jongin lagi?" dan ia menyesal membawa topik pembicaraan yang sama setiap harinya pada Sehun. Tidak seharusnya ia menyebutkan nama terlarang itu apalagi ketika melihat yang ditanyai memaksakan sebuah senyum sebagai jawaban. "Maafkan aku, mungkin kita harus membahas yang lain." Lanjut Chanyeol sembari memikirkan kemungkinan hal menarik lain yang lebih baik untuk dibicarakan.
"Tidak apa-apa, kau benar," ucap Sehun lalu tersenyum miris. Ia melebarkan senyumnya sehingga membuat kedua kelopak mata hampir tertutup dan terlihat seperti ikut tersenyum. "Ini semua memang selalu karena Jongin."
Ingin rasanya Chanyeol mengatakan untuk tidak terlalu memikirkan Jongin. Tidak usah memedulikan pria kurang ajar itu dan bercerai. Kalau perlu Chanyeol akan membunuh Jongin agar kehidupan Sehun dapat terasa tenang kembali seperti sediakala.
Kim Jongin merupakan salah satu orang yang paling dihormati di kantor tempat Chanyeol bekerja (juga sekaligus tempat Sehun dahulu pernah bekerja, menjalani karier baik hingga menemukan seorang pria yang diasumsikannya sebagai sang cinta sejati—Jongin). Ia termasuk ke dalam sepuluh pengusaha muda tersukses se-Eropa yang memiliki nilai tambahan spesial tersendiri seperti wajah tampan, prestasi baik segudang, keahliannya dalam bermain golf, keramahannya terhadap sesama, dan lain-lain.
Tetapi itu dulu. Jauh sebelum ketika kedua orangtuanya dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Sejak memori menyedihkan itu, Sehunlah yang menjadi sasaran atas perasaan ketidakterimaan Jongin pada takdir. Dan siksaan fisik merupakan yang paling rutin dilakukannya.
Chanyeol tidak seharusnya berpikir seperti ini tapi, ia merasa senang ketika Sehun sedang mengalami kesulitan dan hanya dirinyalah yang menjadi sandaran untuk bertahan. Sudah hampir lebih dari tiga tahun ia menjadi seseorang yang selalu ada di saat Sehun menangis, berada dalam kesulitan, ataupun meminta pertolongan tepat seperti saat ini.
"Maaf, aku selalu menyusahkanmu."
"Tidak apa-apa," Chanyeol tersenyum untuk meyakinkan, "aku senang kau baik-baik saja." lalu mengusap lengan Sehun untuk mengakhiri pembicaraan mengenai Jongin di hari itu.
Kemudian mereka pun asyik dalam pikiran masing-masing. Chanyeol sibuk memikirkan upaya apa lagi yang harus dilakukan agar Jongin dapat berhenti menyakiti Sehun. Mereka masih sedang menikmati lamunan sendiri, namun terusik ketika Sehun terlepas dari dekapannya.
"Sehun—"
"Ah!" dan yang disebut namanya itu hanya merintih kesakitan sambil tetap berusaha berdiri seimbang ketika lengannya ditarik kasar secara paksa oleh seseorang.
Seseorang itu bernama Kim Jongin.
tbc?
.
.
.
.
thank u for reading, mind to leave a review? :)
