"… mana ada gadis yang mau dengan seorang pemuda ketus tanpa ekspresi sepertimu?"
.
.
Title: Be Your Self, Babe.
Rated: T
Character(s): Kim JongIn, Oh SeHun, Xi LuHan, Kim MinSeok a.k.a XiuMin, and 'lil bit Park ChanYeol & Byun BaekHyun.
Pair: Kim JongIn & Oh SeHun.
Genre(s): Drama, Humor, Romance, Alternatif Universe [AU].
Disclaimer: SMTown – EXO belongs to God and their family.
Warning: Out Of Character, Typo(s) maybe, Hancur, Gantung, Gak nyambung sama judul, Freak, OneShot.
.
.
"Aku mencintaimu, maukah kau menjadi kekasihku?" Datar, tanpa ada ekspresi apapun di wajah pemuda pucat itu. Bahkan jika dilihat dari sikapnya; kedua tangannya berada di saku celananya, dan tatapan yang terlihat sangat malas, dia tidak benar-benar menyatakan perasaannya dengan jujur. Pemuda berkulit tan eksotis yang menjadi sasaran penembakan itu hanya bisa menganga tidak percaya, kemudian tertawa. Ia menaruh buku-buku di atas mejanya, ke dalam tasnya, kemudian berdiri dan menatap pemuda di depan mejanya. Ia meneliti pemuda pucat itu dari ujung kaki hingga pucuk kepala.
"Apa yang kau lakukan, dude?—kalah dalam permainan?" kekehnya, seraya melirik kerumunan pemuda-pemudi di depan kelasnya. Tch! Childish.
Pemuda pucat itu memalingkan wajahnya, dan mendengus pelan, "Berisik! Jawab saja pernyataanku tadi, mau atau tidak?" ketusnya. Lagi-lagi pemuda tan itu hanya membalas keketusan si pemuda pucat dengan tawa renyah. "Wo! Easy, boy!—apa seperti itu cara menembak seseorang? Tck! Mungkin kalau aku perempuan, aku akan menolakmu dengan mentah-mentah. Oh c'mon! mana ada gadis yang mau dengan seorang pemuda ketus tanpa ekspresi sepertimu?"
Rahang pemuda pucat itu mengeras, ia menatap intens pemuda tan tersebut, namun lagi-lagi kembali memalingkan wajahnya, "Cepatlah! Aku tidak ada waktu!"
"Eum… menurutmu, apa yang musti kupilih? Iya atau tidak?—mana yang lebih bagus?" sahutnya berbasa basi. Sebenarnya ia juga tidak tahu harus mengatakan apa, ini baru pertama kalinya di tembak oleh seorang pemuda—jangan tanya berapa banyak ia ditembak oleh gadis-gadis di luar sana; apalagi mengetahui seseorang itu adalah Oh SeHun—ice prince—targetnya dari dulu.
Lalu apa yang kau tunggu, Kim JongIn?
Oh-ho! Tapi ini adalah kesempatan langka, guys! Of course, dirinya tidak akan membuang kesempatan ini dengan cuma-cuma. Sedikit main-main tidak apa-apa kan? Lagipula, ia ingin tahu, apakah benar ice prince ini tidak mempunyai mimik lain selain bermodal tampang datar seperti itu.
Terdengar decakan kesal dari pemuda kelewat putih itu. JongIn terkikik sebentar, sebelum mengangguk-anggukkan kepalanya—seakan-akan berhasil memecahkan masalah rumah tangga tetangganya—kemudian mendekati pemuda itu dengan senyum cerah; sedikit out of character tidak apa-apalah.
"Baiklah, aku mau…" Baru saja JongIn mengatakan "aku mau," tangannya sudah ditarik Si Oh-ice-prince-SeHun. JongIn menggeleng-gelengkan kepalanya, ia menahan tangan itu menarik-narik tangannya sesuka SeHun. "—Bersabarlah, Tuan Es! Tidak mudah untuk meminta jawaban 'iya' dariku, tanpa sebuah syarat. Aku akan menjadi kekasihmu, tapi kau harus mau melakukan semua hal yang kuperintahkan, mengerti?"
Tampak SeHun ingin meluncurkan protesnya, namun dia menganggukkan kepalanya. Setuju. JongIn melepaskan pegangan tangan SeHun dari pergelangannya, lalu menelusupkan jari-jarinya ke dalam jari-jari SeHun, "See? Sepasang kekasih akan saling menggenggamkan tangannya seperti ini, bukan menarik-narik pergelangannya dengan tidak jelas."
Apakah seorang Kim JongIn tengah mengajarkannya 'Cara menjadi kekasih yang baik'?
"—Kalau kau masih menarik-narik pergelangan seseorang tidak jelas seperti itu, maka kau akan menjadi perjaka tua selamanya…" SeHun memutar bola matanya malas. Dirinya tidak berpikir bahwa seorang Kim JongIn—yang katanya—perfect itu secerewet ini; sungguh disayangkan apabila gadis yang menjadi kekasihnya akan terkalahkan dengan kecerewetannya.
Setelah menunggu beberapa detik –atau jangan-jangan telah bermenit-menit? Tidak ada suara lagi yang keluar dari bibir tebalnya. SeHun menolehkan kepalanya, dan menaikkan sebelah alisnya ketika melihat JongIn menatapnya serius. "Apa?" JongIn memalingkan wajahnya, dan pergi meninggalkan SeHun sendirian di kelas—tidak lupa melepas genggaman tangan mereka, dan suara desas-desus siswa siswi di kelasnya. SeHun mengernyit bingung. Sebenarnya apa yang dia inginkan, aneh sekali. Tapi SeHun mengendikkan bahunya tidak peduli, yang penting dia sudah mendapat jawaban 'iya' dari JongIn, jadi untuk apa dirinya harus mengejar pemuda coklat itu?
SeHun memasukkan kembali kedua tangannya ke dalam saku celana, kemudian meninggalkan kelas JongIn. Selama perjalanan menuju parkir sekolah, SeHun berusaha menghiraukan bisikan orang-orang; yang memperebutkan atau menangisi pemuda idaman mereka telah memiliki kekasih berjenis sama. Tak jarang juga, SeHun mendengar makian oleh beberapa siswa terhadapnya. Tetapi, apa pedulinya sih? Diakan ice prince. Sampai seseorang memanggil namanya dengan suara familiar, "Hey! Oh SeHun!"
Ia memicingkan matanya, dan menghela napas. SeHun mendekati pemuda itu, "Ada apa? Aku sudah tidak memiliki tanggungan lagi kepadamu." Pemuda bersurai caramel itu terkekeh, ia merangkul pundak SeHun, "O-o! sayangnya belum. Kau terlalu bersemangat, jadi kau tidak memperhatikan instruksiku dengan benar. Aku mengatakan bahwa, 'Jadikan seorang Kim JongIn kekasihmu, dan buatlah dia jatuh cinta padamu,' tapi kenapa kau meninggalkannya, dude?—"
"—Dia yang meninggalkanku."
"Sama saja! Itu artinya kau belum benar-benar terlepas dari kutukan permainan truth or dare itu." SeHun melipat kedua tangannya, lalu memandang pemuda caramel yang lebih tua beberapa tahun darinya itu, "Lalu apa yang harus aku lakukan?" LuHan tertawa, ia melambaikan tangannya ke arah pemuda chubby yang berlari menghampiri mereka. Pemuda chubby itu tersenyum lucu. LuHan buru-buru melepaskan rangkulannya dari pundak SeHun, dan memeluk baozinya.
MinSeok melirik SeHun—masih dengan wajah kertasnya. Ia mendekati SeHun dan menyentil dahinya, membuat SeHun mengerutkan dahi tidak suka. Kebiasaan buruk MinSeok, jika bertemu SeHun. Tidak tahu kapan kebiasaan itu bisa hilang, mungkin setelah sadar dahi mulus SeHun berlubang. Grawh! Whatever!
"He, Mr. Poker face!—kapan kau menyeting tema wajahmu itu? Aku bosan tahu. Ah-ya! Kudengar tadi kau menembak JongIn itu? Apakah itu serius? Atau hanya permainan?"
LuHan menarik pinggang MinSeok; menaruh kepalanya diatas kepala MinSeok, "Dia kalah bermain denganku, jadi aku memintanya untuk menembak JongIn. Aku hanya ingin tahu, kalau gadis-gadis saja ditolak mentah-mentah olehnya, bagaimana dengan Si-Perfect-Kim-JongIn? Apakah dia berhasil melelehkan wajah SeHun." MinSeok mengangguk mengerti, namun ia menoleh ke arah rusanya, "Kau yakin bermain dengan SeHun? Memangnya apa yang kalian mainkan? Setahuku kau selalu malas bermain truth or dare dengan SeHun?—diakan tidak pernah menanggapimu?"
SLAP!
Sebuah cengiran lebar LuHan lukiskan. Jangan sampai MinSeok tahu bahwa SeHun diancam olehnya—kalau tidak menuruti perintahnya. MinSeok memang mempunyai hobby buruk untuk SeHun, tapi ia sudah menganggap SeHun adik kandungnya sendiri; yang patut dia jaga dan sayangi. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu menarik pergi MinSeok dari parkiran itu. Dilambaikannya tangannya itu kepada SeHun, diikuti sebuah smirk tanpa sepengetahuan MinSeok.
SeHun menghembuskan napasnya lewat mulut, kemudian memasuki mobil sportnya. LuHan itu sepupunya, dan dia jauh lebih freak daripada dirinya—yang memiliki julukan 'ice prince'. Sebenarnya bisa saja ia menolak atau mengabaikan ancaman LuHan, tapi tidak dengan ancaman menyita semua barang pribadinya –termasuk pakaian dalam favoritnya. Oh! Lupakan.
.
.
Keesokan harinya, suasana di sekolah kembali seperti semula; seolah tidak ada peristiwa mari-menyaksikan-penembakan-Kim-JongIn. SeHun memejamkan matanya di atas lipatan tanganya di meja, dengan kedua headphone bertengger di telinganya. Tetapi itu tidak berlangsung lama, saat sebuah jari menusuk-tusuk pipinya. Tck! Siapa yang berani membangunkannya!—lagipula ini jam kosong, para seonsaengnim sedang mengadakan rapat, so tidak mungkin seonsaengnimnya. SeHun melepaskan headphonenya; mendongak, menatap seseorang yang tengah menusuk pipinya.
Seorang pemuda berkulit mewah berdiri di sampingnya. Oh, dia. Tak ada yang berubah dengan penampilannya. Masih gelap seperti biasa. Tapi, eh-oh! Apa itu? Wajahnya tidak seramah kemarin.
JongIn mendudukan tubuhnya di samping SeHun, setelah berhasil mengusir teman bangkunya. Dia menopang dagu ke arah samping, menatap setiap lekuk wajah indah itu. Di sunggingkannya senyum kecil, "Dude, tahukah kau? Bahwa sebenarnya kau itu manis?—"
BRAK!
"—Whoa! Apa-apaan ini!"
SeHun tidak memperdulikan pekikan JongIn sekarang. Ia menarik JongIn pergi dari kelasnya—yang hancur akibat perbuatannya; apapun yang berada di depannya, tidak segan akan di lewatinya. SeHun terus menarik tangannya erat, hingga sampai di atap sekolah. Ia menatap tajam JongIn, seolah ingin mengulitinya sekarang juga.
"Jangan pernah panggil aku manis!"
Alih-alih ketakutan, JongIn justru tertawa, "Idiot!—kau sadar tidak, semua orang yang mengatakan kau adalah 'ice prince' itu, sedikit miring. Buktinya, baru saja kau marah kan?"
Tuhan, bolehkah dirinya mengkuliti pemuda ini?
Shit! Kenapa setiap ia ingin berbicara sesuatu kepada pemuda Kim JongIn ini, selalu saja lidahnya mendadak kelu? Ada yang salah dengan tubuhnya. JongIn menjulurkan tangannya, dan memainkan jarinya dengan surai brunette SeHun. "Lagipula, apa yang salah jika aku mengatakan kau manis. Walaupun kau memiliki gelar ice prince sekalipun, itu tidak berarti dimataku. Bagiku kau tetap Oh SeHun—dengan wajah menarik."
Apakah ini yang dikatakan orang-orang? Tentang JongIn yang memiliki 2 kepribadian?—setahunya JongIn bukan berbintang gemini. –Tunggu! Bagaimana dirinya bisa tahu? Feeling, mungkin?
SeHun memalingkan wajahnya—baik, yang sedikit merona. Darimana JongIn mendapatkan kata-kata puitis-kampungan seperti itu?
"Kau memang memiliki ekspresi yang monoton, tapi aku yakin itu hanyalah topengmu. Kau hanya tidak ingin dianggap remeh, bukan?—kalau kau bertanya, darimana aku tahu semua itu? Maka jawabannya satu." JongIn menunjuk dadanya dengan tersenyum manis –tidak!—sangat—manis. "Hatikulah yang merasakannya. Berlari setiap saat ketika mendapatimu di ruangan yang sama; sekalipun itu kantin. Mengamati setiap pergerakanmu, ekspresimu, oh! Bahkan aku masih mengingat betul, kau tersenyum ketika melihat tingkah konyol ChanYeol untuk mendapatkan hati BaekHyun—walaupun sangat tipis. Dan dari situlah aku sadar, kau tidak sepenuhnya Tuan Es."
"Kau hanya mengada-ada," dustanya terlalu kentara. JongIn mengusap pipi SeHun; menghentikan penolakan tangan SeHun dengan tangan satunya. Di rengkuhnya tubuh itu ke dalam dekapannya. Kali ini tidak ada penolakan dari SeHun. Biarkanlah hari ini menjadi hari tenang bagi pasangan baru itu. JongIn mengeratkan pelukannya , "Kadang ada kalanya kita menjadi orang lain, dan orang lain menjadi kita."
Diraihnya kedua pundak SeHun, JongIn menelusuri setiap kerapuhan SeHun dari mata coklatnya itu. Di kecupnya dahi SeHun lembut, "Ini adalah syarat yang kumaksud, ikuti semua perintahku. Jadilah dirimu yang sesungguhnya."
Pertahanan SeHun runtuh saat itu juga, semua ego yang selama ini dipertahankannya hilang entah kemana. Dengan ragu, ia membalas pelukan JongIn di tubuhnya—walau ekspresinya masih sedikit datar, tapi setidaknya wajahnya melunak. Apakah ini alasan lidahnya selalu kelu, ketika bersama JongIn? Entahlah, tapi itu bisa jadi.
"Aku mencintaimu, ice prince."
SeHun membenamkan kepalanya semakin dalam, agar meredam suaranya ketika mengatakan, "Aku juga, Mr. Perfect."
Suara tepuk tangan riuh mengepung pendengaran mereka berdua. SeHun melepaskan pelukan JongIn ketika melihat—hampir—seluruh siswa siswi berkumpul di sekitarnya. "Ada apa ini?"
LuHan mendekati SeHun dan JongIn, ia bertepuk tangan paling keras tadinya, "Sebenarnya kami semua sudah merencanakan ini semua, kau ingat ketika aku menyuruhmu menembak JongIn dan setelah kau menembaknya, JongIn pergi meninggalkanmu begitu saja. Dia pergi kepadaku, dan mengatakan rencananya untuk membuatmu meluluhkan es pada dirimu. Kebetulan sekali, aku juga sudah bosan melihat wajahmu yang itu-itu saja, jadi aku menyetujuinya. Dan alasan kenapa aku menyuruhmu menembaknya, oh ayolah! Aku bukanlah orang yang buta akan pandangan cinta. Aku juga pernah merasakannya, hanya saja ketika kau melihat JongIn, kau selalu menyangkalnya."
"Jadi aku menyuruhmu untuk menembaknya, yeah—walaupun sedikit mengancammu. Sekarang, Tada!—benar-benar luar biasa. Esmu benar-benar meleleh dalam dekapan Kim JongIn."
Rahang SeHun mengeras, baru akan menyemprotkan amarahnya, sebuah tangan menepuk kepalanya. SeHun menoleh, dan melihat senyum malaikat JongIn; membuatnya lupa akan amarahnya. Untuk kali ini, seorang ice prince Oh SeHun tersenyum pertama kalinya.
Tapi tiba-tiba moment bahagia itu memudar akibat aura hitam di sekitar MinSeok, dia tersenyum miring ke arah LuHan, dan mencium pipinya; nyaris menggigit pipi LuHan, "Jadi kau mengancam adikku ini?" LuHan menelan salivanya kasar, dan menggeleng, "T-tidak, MinSeokie."
"Oh ya?" Seperti yang pernah SeHun katakan, LuHan itu sedikit freak, tapi MinSeok jauh lebih freak-mendekati-psycopath. Hah! Pasangan yang aneh. Dan terjadilah peristiwa kejar-mengejar di dalam momen bahagia JongIn dan SeHun.
.The End.
Apa yang saya buat? asdfjljlk;piouutt
Tapi yasudahlah, Saya nge-stuck sama fanfic. Gak tau kenapa tiba-tiba ada virus WB.
Jadi beginilah fanfic OS nya.
gimana, mind to review?
Regards,
-Arcoffire-redhair-
