Little detective
Minyoon/Yoonmin
Jimin x Yoongi
A/n : Cerita ini remake dari Komik detective conan –dan ada sedikit perubahan.
Dua pemuda lengkap dengan seragam high schoolnya berjalan di tengah pohon pohon sakura yang mekar dengan indah dan sempurna. Dan juga di lengkapi oleh satu persatu bunga sakura yang berguguran.
"Wah.. indah sekali ya.." Ucap salah satu dari pemuda itu –Kim seokjin. Temannya yaitu Min yoongi pun menganggukan kepalanya sembari mendongakkan kepala melihat sekitar yang penuh oleh warna Pink yang cerah.
"Mereka mekar dengan sempurna" Seokjin kembali berujar.
Yoongi mengambil satu kelopak bunga sakura yang berguguran, lalu menyunggingkan seulas senyuman dari bibirnya yang bagaikan dua kelopak bunga sakura.
"melihat bunga sakura membuat aku teringat sesuatu"
Seokjin menatap kearah sahabatnya, "Pasti jimin tak tau.." –ah jimin, dia adalah orang yang di sukai yoongi. Tapi yoongi dan jimin belum berpacaran.
"Jika waktu itu aku sangat membencinya.." Yoongi kembali melanjutkan ucapannya sembari menambahkan senyuman manis di akhir ucapannya.
.
.
10 TAHUN YANG LALU . .
.
"Suamiku" Seorang wanita dengan paras cantik berjalan bersama putra kecilnya yang manis dan menghampiri suaminya yang tengah memakai sepatu dan lengkap dengan pakaian kerjanya.
"Kau melihat name tag sekolah Yoongi?" Yoongi kecil dengan pakaian Taman kanak kanaknya itu menatap kearah ayahnya. "oh itu, tadi aku melihatnya di atas meja dapur"
"Itu nametag kelompok tulip tahun lalu!" ibunya menghela nafas. "Mulai hari ini Yoongi masuk kelompok sakura!" Yoongi berseru dengan ceria.
"Karena mau aku pasangkan saat yoongi berangkat sekolah, aku menaruhnya di kotak sandal. Kau tak melihatnya?" ayahnya menoleh menatap ibunya. "Ah, saat tadi aku mau mengambil pengait sepatu di atas kotak sandal rasanya ada sesuatu yang jatuh—"
Lalu terdengar sesuatu –seperti benda yang retak di bawah sepatu Ayah yoongi. Ayahnya lalu menatap kebawah, "ah.. Gawat terinjak!" berseru dengan panik.
"EEEHH?!" Yoongi juga teriak karena itu.
"Astaga, itu pasti hancur!" –oh ibunya juga.
Ayahnya tersenyum kikuk dan menggaruk pipinya dengan telunjuk, "M-maaf.. pasti bisa di perbaiki dengan lem kan?"
"ini rusak parah, tak mungkin bisa di perbaiki dengan lem" ibunya mengambil retakan nametag itu dan menatap kerusakan yang sangat parah –hancur berkeping keping.
"Y-ya yasudah hari ini aku ada dinas kantor jadi.." ayahnya segera membuka pintu dan pergi keluar— "Ah! Tung—" –sebelum istrinya mengamuk.
"Huh dasar" ibunya menghela nafas pelan melihat tingkah suaminya itu. Lalu berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan yoongi. "tenang saja, ibu akan membuat name tag yang baru" –dan menyunggingkan senyuman yang sama persis seperti anaknya. "Bisa tolong ambilkan kertas origami dan karton?"
Yoongi menganggukan kepalanya "Baik!" dia pun menyunggingkan senyuman pada ibunya.
.
.
.
Dan di sisi lain, gedung besar ini di penuhi oleh banyak orang karena sedang di adakan konferensi pers dari seorang penulis terkenal. "Aku sangat terharu Tuan park!" ucap salah satu penggemar dengan rasa kagumnya.
"kalimat 'karena tidak ada batas waktu untuk mengulang kembali' membuatku merinding. Itu seperti di tujukan untukku" Tuan park tersenyum lebar, "ahaha terima kasih"
"kalau tidak salah kau juga datang di pembagian tanda tangan yang di adakan di Apgujeong"
"Anda mengingatnya?! Wah, terimakasih" Ujar penggemar itu dengan semangat.
Lalu tiba tiba dering handphonenya berbunyi, "ah, maaf tunggu sebentar" Tuan park lalu mengangkat telfon tersebut.
"Ah iya istriku?" –itu telfon dari istrinya tercinta.
"Eh? Name tag sekolah Jimin?" dia bertanya dengan bingung.
"iya, yang berbentuk bunga sakura. Soalnya, mulai hari ini chimchim mulai masuk sekolah. Semalam aku menuliskan nama dan menyimpannya di atas meja. Kau lihat?
lalu tuan park merogoh tasnya, dan menemukan satu nametag berbentuk bunga sakura. "ah apa ini?"
"ternyata memang dibawa olehmu ya!"
"habisnya kamu menaruh di meja ruang baca" jika ini komik, tuan park sudah mengeluarkan sweatdrop nya.
"karena kebetulan saat itu ada pena disitu! Kalau begitu aku akan segera kesana"
"kalau kau kemari jangan lupa untuk memakai tapi dan kacamata. Soalnya, pasti akan ribut jika mengetahui kamu kemari" –ohya, perlu di ketahui. Ibunya Jimin itu adalah mantan artis terkenal. Dia berhenti menjadi artis dan hanya menjadi ibu rumah tangga untuk anak dan suaminya sekarang.
.
"Ok!" wanita itu menekan tombol merah di handphonenya, "Nah chimie ayo segera—" ucapannya terpotong karena tak melihat anaknya yang sedari tadi berdiri di sampingnya. "Jimin?"
.
"Eh, name tag apa itu Yoongi?" Seokjin kecil bertanya sembari melihat kearah name tag yang dipakai sahabatnya. "Papan namaku rusak, dan ini dibuatkan oleh ibuku!" yoongi berucap dengan ceria dan bangga.
"Kereeen, ini terlihat sangat mirip!"
"di belakangnya di pasang peniti, jadi bisa di lepas pasang dengan mudah!" yoongi lalu melepas name tagnya dan memberikannya pada Seokjin. "Wah iya! Mama Yoongi memang sangat jenius!" Seokjin membalik balikan name tag tersebut.
"Apa ini? Kertas kan?" Seorang anak lelaki yang nakal lalu merebut name tag dari seokjin.
"Yang pakai kertas ini bukan teman kita!"
"Benar! Benar!"
"Harus di kucilkan!"
Yoongi lalu memundurkan tubuhnya ke belakang tubuh seokjin dengan takut. Seokjin berkacak pinggang, "Hei! Ayo kembalikan!" Seokjin lalu berujar dengan nada tinggi.
"nggak mau!"
"KEMBALIKAN!" lalu terjadilah tarik menarik antara seokjin dengan anak nakal tadi.
"S-seokjin" Yoongi bercicit pelan.
"ayo kalian berjabat tangan" Terlihat seokjin dengan ekspresi garangnya berkacak pinggang dengan satu tangan dan anak lelaki nakal tadi menangis dengan wajah yang lebam. Mereka lalu berjabat tangan, "Nah, dengan begini kalian sudah berbaikan"
"kurasa name tag baru Yoongi akan selesai Minggu depan. Jadi tolong bersabar ya" ujar guru pria itu. Yoongi lalu menganggukkan kepalanya mengeti dan menunjukan eyesmilenya, "iya!"
Seokjin lalu memperlihatkan name tag yoongi yang tadi di pakainya, sekarang name tag nya sudah rusak karena adegan tarik menarik tadi. "M-maaf ya.." ucap seokjin pelan.
"Padahal aku ingin mengambilnya kembali, tapi malah jadi seperti ini"
"nggak apa!" Yoongi menunjukan eyesmile dan senyum lebarnya. "Soalnya aku sudah melihat cara ibuku membuatnya!"
.
.
.
Jam tidur siang tiba, semua murid di taman kanak kanak pun tertidur di ruang tidur yang sudah disediakan sekolah.
Yoongi yang berada di jajaran kelompok sakura ternyata belum tidur. Dia menyibakkan selimutnya pelan dan mengubah posisi menjadi telungkup.
Yoongi lalu mencoba membuat name tag barunya, 'ng.. kalau nggak salah.. awalnya di lipat separuh. Lalu pinggiran yang ini.. terus' dia terus berucap dalam hati selagi membuat name tag barunya. Airmatanya menetes satu persatu.
'berjuanglah.. tinggal sedikit lagi..' Airmatanya semakin banyak berlomba keluar dari mata sipitnya.
'Tinggal sedikit lagi.. bagian ini digarisi.. seperti ini' dan tangannya terus menerus melipat kertas origami berwarna merah muda tersebut.
'selanjutnya tinggal digunting..' dia lalu menggunting bagian origami yang digarisinya. 'Jadi!' ekspresinya berubah menjadi ceria.
"Buatkan juga untukku, dong"
Yoongi mendongakkan kepalanya pada seoarang anak lelaki yang berdiri dengan kedua tangan yang masuk kedalam saku. "itu sakura, 'kan?"
"I-iya sih.. kok, kamu bisa tahu?"
Anak lelaki itu lalu berjongkok di depan yoongi, "Kok kamu bisa tahu? Kamu membodohiku ya"
"Name tag yang terpasang di baju yang berlipat rapi di atas kepala ini.. semuanya berbentuk sakura" Yoongi mendudukan tubuhnya dan mengikuti arah pandang yang di tunjuk anak lelaki di depannya.
"Sedangkan papan nama yang berada di bawahmu itu semuanya tulip" Yoongi kembali mengikuti pandangan yang di tunjuknya lalu kembali menolehkan kepalanya menatap anak lelaki itu.
"Tapi, bagaimana kamu bisa tahu aku membuat sakura hanya dengan seperti itu?"
"Karena hanya bajumu yang nggak ada name tagnya"
Anak itu lalu mengambil lipatan origami yoongi. "selain itu, ini kertas segi empat yang dilipat menjadi 10 dengan ukuran yang sama. Dan dibuka, pastilah akan jadi bentuk sakura!"
Yoongi menatap anak itu dengan kagum karena analisisnya yang tepat.
"Makanya aku bisa tahu!" Anak itu kembali berdiri dan memasukan tangannya pada saku celananya. "Kamu kehilangan name tag sakura dan membuat sakura sembari menangis.. dasar cengeng!" –dan menunjukan ekspresi sok dewasanya.
Namun tiba tiba, "Waaah!" Semua murid terbangun dengan rasa kagum, "Kamu hebat! Kamu hebat seperti Esper!" ucap seokjin yang berada di samping Yoongi.
"Bodoh, aku bukan esper!" Masih dengan flat dan sok dewasanya dia menjawab.
"Dan aku juga enggak cengeng!" Yoongi lalu berujar dengan nada tinggi, "tapi tadi kan kamu menangis"
"Enggak nangis!"
"Nangis!"
Lalu tiba tiba pintu dibuka dengan tergesa gesa dan keras, "AH! CHIMCHIM TERNYATA KAU ADA DI SINI! DASAR! JANGAN KABUR SAAT MAMA SEDANG MENGURUS PROSEDUR MASUKMU DONG!" dan itu ibunya berteriak dengan garang.
"M-Mama.." Jimin sedikit terkesiap melihat ibunya.
Lalu ibunya menghampirinya dan melihat name tag anaknya yang tak ada di dadanya. "Hei! Mana name tagmu?! Bukankah tadi masih menempel di dadamu?!" masih dengan nada tinggi ibunya bertanya.
Dan jimin hanya menunjukan ekspresi datarnya, "Sudah hilang entah kemana" dan menjawab dengan datar dan tenang.
"Bohong, 'kan?! Padahal sudah sengaja kuambilkan sampai tempat pembagian tanda tangan!" ibunya berkacak pinggang.
'cewek mata mata?!' Itu suara hati seokjin yang menatap horror ibunya jimin karena pasalnya ibunya jimin masuk ruangan dengan topi hitam dan kacamata hitam.
"makanya aku meminta tolong anak ini untuk membuatkan aku name tag" Jimin menunjuk kearah Yoongi.
Ibunya lalu melihat kearah anak yang di tunjuk jimin, "Ah.. kamu, jangan jangan.."
Ibunya lalu mendekati yoongi, "Yoongi anaknya Chaerin 'kan?" yoongi sedikit terkejut karena ditanya tiba tiba, "I, iya.."
"Ternyata sekolahnya sama!" ujar ibu jimin dengan ceria.
"Name tag barunya akan siap minggu depan, jadi.." Suara pak guru menginstrupsi dan ibu jimin kembali menegakkan tubuhnya, "Ah, begitu.."
"Akan ku berikan ini kalau kau mau sakura" Jimin kembali menatap kearah yoongi yang berucap padanya. "Juga, akan aku tuliskan namamu. Siapa namamu?" Yoongi lalu mengambil penanya.
"Ji.. Jimin Park, kelompok sakura"
Yoongi lalu mulai menuliskan namanya, "Jimin Park"
"Te-terima kasih ya" Walau dia berterima kasih tapi suaranya masih tetap datar tanpa emosi.
"Sudah jadi!"
"Itu untukmu, tapi berjanjilah.. Jimin"
"Aku bukan anak cengeng!" walau dia bersikeras tetap saja airmatanya itu terlihat memupuk di kelopak matanya.
"Jadi jangan panggil aku cengeng!" yoongi berteriak di depan wajah jimin. Membuat jimin sedikit terkejut dan membulatkan matanya juga membuka mulutnya.
.
.
"Jangan panggil aku cengeng!"
"Kalau tak salah, kamu berteriak seperti itu kan? Sambil menatap tajam anak itu" Ucap seokjin.
"Habisnya, dia malah sok dewasa dan sombong sesame anak kecil. Dan kupikir mungkin anak ini menganggap semua anak selain dia itu bodoh, makanya aku jadi ingin membalas ucapannya"
"Selain itu aku kesal karena waktu itu tak tahu maksud sebenarnya Jimin menyuruhku membuatkan sakura"
"maksud sebenarnya?" Yoongi menolehkan kepalanya kearah jimin lalu menganggukan kepalanya pelan.
"Iya, sakura itu.."
"apa lihat lihat?" Jimin kecil melirik kearah gurunya dan berkata dengan nada tak suka.
"Eh?"
"kepalkan, lepaskan, tepuk tangan, kepalkan" –kalian bisa mengabaikan ini. Ini hanya intrupsi dari guru lainnya kepada para murid.
"Sedari tadi kamu melihat terus" Jimin berbicara ssembari melepaskan topinya.
"Apa maksudmu?" Guru tadi menautkan halisnya bingung.
"Anak ini, kan?" Jimin menunjuk yoongi yang berada disampingnya dengan ekspresi wajah yang menunjukan kebingungan karena di tunjuk tiba tiba oleh anak sok dewasa ini.
"Pak guru melihat kita semua karena di guru!" seokjin menyahuti jimin dengan nada tinggu. "oh ya?" dan jimin hanya menjawab dengan datar. "iya!" lalu suara yoongi yang membela seokjin.
"Jadi banyak sekali anak yang ingin jadi istri pak guru kalau sudah besar nanti" jelas seokjin sembari melihat kearah pak guru yang sedang bermain dengan anak anak lain.
"oh" jimin menjawab acuh tak acuh lalu menatap yoongi, "lalu, apa kamu juga suka?"
"Ke.. kenapa aku harus cerita ke jimin soal seperti itu?! Jangan membodohiku ya!" Yoongi berteriak di depan wajah datar jimin yang menyebalkan.
"begitu ya. Maaf deh" jimin lalu pergi menjauhi yoongi dan seokjin. Yoongi terus menatap punggung kecil jimin, "apa dia membenciku ya?"
"Biarkan saja deh. Soalnya omongan anak itu aneh terus"
.
"Semua! Mangerti kan? Angkat tangan ketika mnyebrangi penyebrangan!" Ucap pak guru, "Iyaaa!"
Yoongi berjalan paling depan dengan satu tangan yang terangkat dan tangan lainnya di genggam oleh tangan pak guru.
Yoongi lalu menolehkan kepalanya kebelakang –kearah Jimin. Jimin tidak mengangkat tangannya, "Hey jimin, ayo angkat tanganmu" Bukannya mengangkat tangan, jimin malah menunjukan ekspresi seperti –apa-apaan-itu kearah tangan yoongi yang di genggam oleh pak guru.
Murid murid itu sampai di taman. Ada yang bermain ayunan, serodotan dan bertengkar karena ingin maju duluan.
"Nah, selanjutnya Yoongi. Mau meluncur?" Pak guru menatap kearah yoongi yang tersenyum lebar, "Iya!" serunya dengan semangat.
Lalu pak guru mengangkat tubuh kecil yoongi dan meluncurkannya di serodotan membuat tawa anak berkulit putih pucat itu pecah.
"Ayo jimin juga meluncur! Menyenangkan lho!" Yoongi menatap kearah jimin yang berdiri di samping serodotan –seperti biasa dengan tangan yang dimasukan kedalam saku celana. Tapi, jimin mengacuhkan yoongi dan sibuk memperhatikan gurunya.
.
"Nah semua, sekarang saatnya tidur siang! Seperti biasa, tidur perkelompok ya"
Jimin mengangkat kasur lipatnya dan berjalan kearah bagian ujung dekat toilet, "eh maaf, maaf! Soalnya ini tempat Yoongi" Jimin mendongakkan kepalanya menatap gurunya.
Jimin lalu menjatuhkan kasur lipatnya, "Kenapa hanya dia yang tempat tidurnya di tentukan?"
"eh?"
"Selain kasur juga kamu punya tiga keanehan" jimin mengacungkan tiga jemari kecilnya.
"Ah, engga, itu.."
"ketika berjalan ke taman.. kenapa hanya tangan yoongi yang di gandeng?" Jimin menunjuk yoongi yang sedang menyiapkan kasurnya.
"bahkan di permainan seluncur, padahal sudah ada yang antri tapi kamu menyuruh dia untuk meluncur duluan!"
"Terlebih lagi, taman itu lebih jauh dari taman yang biasanya kita datangi! Dan taman itu lebih berbahaya karena harus melewati dua penyebrangan! Jadi, kenapa kamu mengubah tujuan tamannya?"
"Pasti kamu bersikap baik padanya karena ada niat jahat kan?!" Jimin bersuara dengan kencang dan raut wajah yang menunjukan kekesalan.
"Ayo mengaku!" dia kembali berteriak. Lalu "hahaha" Gurunya malah tertawa.
Pak guru sedikit merundukan tubuhnya, "Aku menggandeng tangan Yoongi saat itu karena sebelumnya, yoongi pernah terpisah dari rombongan dan tersesat"
"aku menyuruh yoongi meluncur duluan karena yoongi anak yang baik. Yang selalu memberikan urutan antriannya dimana dulu dia pernah beberapa kali sampai tak dapat giliran meluncur"
"Lalu, tempat tidur yoongi disini.. karena paling dekat dengan toilet. Soalnya, yoongi pernah mengompol karena tempat tidurnya jauh dari toilet" wajah yoongi seketika memerah karena malu.
"Hah?! Jadi kamu pernah mengompol?" Jimin menatap kearah yoongi, "I, itu nggak! Jangan keras keras! Dasar jimin bodoh!" Yoongi lalu menutup seluruh tubuhnya denan selimut. Jimin menatapnya terkejut, "Eh?!"
"lalu soal aku mengubah taman tujuan.. akan aku ceritakan besok ketika jalan jalan. Detektif cilik" Pak guru itu mengusap kepala jimin yang masih menatapnya datar.
.
.
.
tbc
Err- gue mau bilang sorry karena belum melanjutkan fanfic gue yang lain. Yang heroine itu, gue belum bisa lanjutin karena semua data di laptop gue hangus-_- tanpa sisa. semuanya hangus oleh virus. Fanfic yang belum gue pindahin ke ffn kan ada di laptop semua dan semuanya hilang. Jadi mohon maklum ya, sebagai gantinya gue buat ff ini. Semoga suka, jangan lupa Rnr ya^^
Jja ne~
