Introduction

Pernahkah terpikirkan olehmu bahwa kita memiliki sisi gelap dari diri kita sendiri? Oh aku yakin kalian pasti pernah memikirkan hal itu. Sisi yang tak pernah kita perlihatkan pada orang lain dan terus bersembunyi dalam gelapnya bayangan kita. Sisi mengerikan dari semua hal mengerikan, bahkan lebih mengerikan dari cerita horror yang pernah ada.

Karena hal yang paling mengerikan didunia adalah manusia itu sendiri.

Karena kepribadian manusia diibaratkan oleh dua sisi sekeping koin.

Mau mengakui atau tidak, percayalah kita semua memiliki sisi gelap itu.

Kuharap kalian berhati – hati.

Sekalinya kalian mengizinkan sisi gelap itu keluar, tak ada cara untuk menghentikannya.

Langkah kakinya menggema dikoridor sekolah, menambah suasana mencekam disana hingga genggamannya disenter semakin menguat. Indera pendengarannya awas terhadap suara – suara aneh selain suara kakinya yang bertepuk dengan lantai. Begitu juga dengan indera penglihatannya yang terus menatap kanan kirinya, tentunya ditemani oleh cahaya senter miliknya. Harusnya ia tidak mengikuti perintah orang yang notaben lebih muda 2 tahun darinya hanya untuk mendapatkan sebuah jawaban dari semua keanehan ini. Sungguh bodoh dirinya karena percaya pada omong kosong itu.

Bunyi nyaring sebuah dentingan antar lempengan besi mendadak hinggap ditelinganya, membekukkan tubuhnya. Ia menoleh kebelakang barang kali menemukan asal suara tersebut. Namun, dibelakangnya tak ada siapa – siapa. Hanya kegelapan malam yang terpantul diwarna unik matanya. Bunyi itu kembali terdengar dan kali ini lebih keras, membuat air matanya yang sejak tadi tertahan turun perlahan membasahi pipinya. Semakin lama semakin keras dan diiringi oleh langkah kaki yang terdengar ringan dan teratur namun memberikan kesan menakutkan.

Sinar rembulan menyembul keluar dari balik awan, menerangi sosok entah siapa itu yang berdiri cukup jauh dari tempatnya berdiri namun sanggup membuatnya terkejut setengah mati. Wajah sosok itu tertutup oleh tudung jaket turqoise yang dipakai, tak terlihat dari pandangannya. Akan tetapi, bukan itu yang membuat instingnya memerintahkan dirinya untuk berlari.

Sebuah pisau dapur yang bersinar berkat sinar bulan terpantul diiris magentanya.

"Hi hi hi... ayo bermain... bersamaku... onee-chan..."

.

.

.

Warning : OOC, ada OC, banyak typo bertebaran dimana - mana, struktur kalimat yang tidak sesuai dengan EYD, dkk.

Disclaimer : Tadatoshi Fujimaki

.

.

.

Uap putih mengepul keluar dari mulutnya meski sudah ditutupi syal berwarna biru tua. Ia kembali merapatkan jaketnya guna mencegah angin dingin menggigit tulang itu mengenai kulitnya. Minuman kaleng hangat yang ia beli beberapa menit lalu sudah tidak sehangat tadi, membuatnya tidak berselera. Getaran ponsel didalam saku jaketnya berhasil mengalihkan perhatiannya. Ia segera membaca cepat pesan yang diterima dari temannya itu dan membalasnya.

"Tetsu-kun!" seru sebuah suara. Baru saja ia hendak menoleh, tubuhnya sudah diterjang dan hampir membuatnya terjatuh. "Tetsu-kun! Aku kangen padamu!"

"Mo-Momoi-san... se-sesak..."

"Oi, Satsuki! Lepaskan Tetsu!" perintah suara bariton dibelakangnya. "Kau tidak lihat Tetsu kesulitan bernafas?"

"Go-gomen, Tetsu-kun," seru Satsuki panik. "Daijoubu?"

Tetsuya segera menarik nafas dalam – dalam, mengisi paru – parunya yang kekurangan oksigen. Ia mengangguk pelan sebagai jawaban atas pertanyaan Satsuki barusan. Tak lama setelah kedatangan sahabatnya dari Too Gakuen, suara yang sanggup mengalahkan pengeras suara menghampiri mereka. Sama seperti sebelumnya, ia harus menerima pelukan maut dari model berparas tampan dan terkenal itu. "Kurokocchi! Aku kangen dirimu ssu!"

"Se-sesak..." lirih Tetsuya. Wajahnya yang pucat mulai membiru karena tak bisa bernafas dengan leluasa, membuat Daiki dan Satsuki panik untuk melepaskan Ryouta.

"Ki-ki-chan... Tetsu-kun bisa mati," ujar Satsuki panik.

Ryouta berkedip beberapa kali dan baru menyadari bahwa Tetsuya sudah diambang sadar dan tak sadar. Ia buru – buru melepaskan pelukannya dan menahan tubuh cowok bersurai biru langit itu supaya tidak jatuh diatas peron. "Go-gomen, Kurokocchi! Hontou ni gomen ssu."

"Kalau kau merasa bersalah kenapa malah memeluknya sampai seperti itu nodayo?" ketus sebuah suara baru. Shintarou membetulkan kacamatanya yang tidak bergeser sedikit pun.

"Kise-chin payah~" tambah suara malas yang langsung diketahui milik Atsushi. Ia segera berjalan kearah Tetsuya yang masih mengambil nafas. "Kuro-chin, daijoubu?"

Tetsuya menganggukkan kepalanya sebelum menegakkan kembali tubuhnya. "Hai, kurasa baik – baik saja," jawabnya. "Terima kasih, Murasakibara-kun."

"Baguslah jika semuanya sudah berkumpul disini," sahut sebuah suara. Kelima orang yang disana segera menoleh kebelakang dan mendapati sosok Akashi Seijuuro berjalan kearah mereka, tentunya dengan aura khasnya yang sanggup membuat mata terarah kepadanya. Kuluman senyum hangat terlukis diparas tampannya. "Hisashiburi semuanya. Kuharap kalian baik – baik saja selama setahun ini."

"Sehat adalah nama tengahku ssu," seru Ryouta semangat.

"Sejak kapan Kise-chin punya nama tengah?" tanya Atsushi.

"Orang Jepang tidak mempunyai nama tengah nanodayo," tukas Shintarou. "Kau memang pantas disandang sebagai teman Aomine."

"Apa maksudmu megane?!" seru Daiki kesal. "Aku tak mau berteman dengan si kuning kelewat ceria ini. Telingaku bisa tuli permanen."

"Hidoi ssu, Aominecchi," protes Ryouta tak terima.

Ejekan serta canda tawa memenuhi peron stasiun pagi itu, membuat penumpang lainnya tak bisa jika mengabaikan mereka. Selain karena riuh mereka juga terkenal akan julukan didunia basket, Kiseki no Sedai. Setelah mendapat teguran halus dari Seijuuro, mereka semua segera pergi mengikuti cowok berambut merah tersebut. Mobil mewah, seperti biasanya, telah siap membawa mereka berenam menuju tempat tujuan.

"Ayo menghabiskan liburan dingin bersama sebelum kita sibuk dengan ujian. Aku mendapat undangan dari kolega bisnis perusahaan untuk memakai penginapannya."

Ajakan Seijuurou yang tiba – tiba dipenghujung musim gugur itu tentunya membuat yang lainnya terkejut. Tapi, ini adalah kesempatan untuk bertemu kembali setelah pertandingan Winter Cup tahun lalu dengan Seirin sebagai pemenangnya. Sejak pertandingan panas yang merebutkan harga diri itu, anggota Kiseki no Sedai sama sekali tak memiliki waktu untuk bertatap muka. Mereka tentunya sibuk dengan kehidupannya masing – masing dan harus terus berjalan tanpa ada waktu untuk berhenti. Oleh karena itu, Seijuurou memanfaatkan liburan musim dingin tahun ini sebagai acara reuni kecil mereka sesama alumni Teiko Junior High School.

"Aku penasaran penginapan yang akan kita tempati selama empat hari kedepan ssu," ujar Ryouta membuka percakapan. "Ne ne Akashicchi penginapannya seperti apa? Pasti mewah ya?"

"Penginapan biasa, Ryouta," jawab Seijuurou dengan senyuman penuh artinya.

""Biasa" dalam arti kamusmu pasti ada sesuatu yang "luar biasa"," koreksi Shintarou.

Daiki mengangguk mantap, setuju dengan ucapan Shintarou. "Aku setuju. Kau selalu memberikan kejutan yang tak diduga."

Seijuurou hanya terkekeh pelan. Perjalanan yang membutuhkan kurang lebih 3 jam berhasil ditempuh tanpa adanya hambatan yang berarti. Kini, mereka berdiri disebuah bangunan khas Jepang yang terlihat sungguh menawan meski, menurut Seijuurou bangunan tersebut sudah berdiri sejak zaman Meiji. Raut terkesan, kagum, dan tak percaya terlukis jelas diwajah mereka semua, kecuali Seijuurou yang sudah mengetahuinya dan tentu saja Tetsuya yang berwajah datar meski didalam hati tak kalah takjub dengan yang lain. Seorang wanita muda dengan kimono hitam gradasi biru menyambut mereka didepan yang ditemani dengan beberapa pemuda, memakai kimono yang sama.

"Selamat datang di penginapan kami, Akashi-sama beserta teman – temannya," ucap si wanita muda tersebut sembari membungkuk hormat. "Kami semua sudah menunggu kedatangan anda."

"Terima kasih," ujar Seijuurou yang membalasnya dengan anggukan singkat.

"Silahkan anda beristirahat diruangan yang sudah kami siapkan," lanjut wanita itu.

"Mari saya antar," ujar salah seorang pemuda.

Baru saja mereka akan diantar menuju kamar mereka, sebuah teriakan berhasil mengalihkan perhatian semua orang. Wanita muda yang berada dibalik meja itu hanya menghela nafas panjang sambil memijit pelan pelipisnya. Satsuki hendak bertanya karena kebetulan berada didepan meja tersebut, namun digantikan dengan jeritan pelan akibat sesuatu yang tiba – tiba menerjang pundaknya. Sama halnya dengan Seijuurou, yang malangnya sesuatu itu berada diwajahnya. Hentakan kaki dilantai kayu terdengar semakin mendekat, memunculkan sesosok gadis yang terlihat seumuran dengan Kiseki no Sedai. Wajahnya pucat dan nafasnya tampak terengah – engah karena mengejar dua kucing yang kini sudah berada dipelukan Satsuki dan satu lagi mengelilingi kaki Seijuurou. Guratan khawatir yang awalnya diperlihatkan mendadak berubah menjadi seringaian yang entah kenapa terlihat sedikit menakutkan, bagi Kiseki no Sedai.

"Ara ara~ mi~tsu~ke~ta~"

"A-ano... ini kucingmu?" tanya Satsuki.

Seringaian itu berubah seketika menjadi senyuman paling lebar dan paling manis yang pernah mereka lihat dari seorang gadis hingga membuat cowok itu, bahkan Shintarou merona. Ia berjalan kearah Satsuki dan membungkuk hormat. "Maafkan kelakuan kucingku, onee-san," sesalnya. "Mereka selalu seperti ini jika menemukan sesuatu yang menarik."

"Sesuatu?" tanya Shintarou.

Gebrakan terdengar, membuat Kiseki no Sedai tersentak kaget. Mereka bisa melihat tekukan besar diwajah wanita muda tersebut. "Berapa kali harus kubilang untuk menjaga kelakuanmu dan kucingmu didepan tamu!" serunya. "Hari ini tidak ada makanan untukmu dan kucingmu."

"Eh, apa itu terlalu berlebihan nyonya?" tanya Kise pelan, mencoba meredakan amarah si wanita tersebut. "Kami tidak apa - apa. Lagipula tidak ada luka hanya terkejut saja."

"Mohon maafkan ketidak sopanan yang saya perlihatkan pada anda sekalian," tunduk wanita berkimono itu. "Tapi..."

"Tidak apa kok, onii-san," sela gadis itu cepat. "Aku sudah biasa kok. Nee, aku ingin membantu mengantar mereka kekamar. Boleh kan?"

Wanita itu mendelik tajam begitu juga dengan pemuda yang sejak tadi diam namun bersiaga. Helaan nafas terdengar sebelum mendapatkan persetujuan berupa anggukan yang diikuti dengan seruan senang. Perjalanan menuju kamar peristirahatan dilanjutkan setelah adanya hambatan "aneh" dari seorang gadis misterius yang baru saja mereka temui. Percakapan ringan memenuhi koridor penginapan membuat mereka sedikit nyaman. Gadis itu terus bercerita yang ditanggapi dengan antusias oleh mereka, meski hampir semuanya ditanggapi oleh Ryouta atau Satsuki. Setelah berjalan cukup lama melewati koridor panjang dengan pemandangan luar biasa indahnya, Kiseki no Sedai sampai dikamar mereka. Pemuda itu menjelaskan beberapa hal umum yang perlu diketahui oleh para tamu sebelum akhirnya keluar untuk memberikan privasi.

"Jangan menganggu mereka, kau mengerti?" ancam pemuda itu yang dibalas dengan jawaban tak sepenuh hati dari sang gadis. Begitu tidak merasakan kehadiran pemuda tadi, ia duduk diatas tatami sambil mengelus kucing berwarna hitamnya. "Jadi, berapa hari kakak – kakak akan menginap disini?" tanyanya. "Itu pun kalau aku boleh tahu."

"Empat hari tiga malam ssu," jawab Ryouta. "Oh iya, perkenalkan namaku Kise Ryouta ssu."

Dengan senang hati dan tanpa diminta oleh sang gadis, Ryouta mengenalkan teman – temannya pada gadis didepan mereka. Gadis itu terlihat sangat antusias mendengar nama mereka. Tidak ada tatapan aneh ataupun kagum yang seperti mereka lihat, menandakan gadis itu sama sekali tidak mengetahui mengenai mereka.

"Sekarang giliranmu mengenalkan diri ssu," lanjut Ryouta.

Gadis itu masih mengelus sayang kucingnya, yang kini berada dipundaknya. "Aku tidak bisa mengenalkan diriku."

"Hah? Bukankah itu hal paling gampang didunia ini?" tanya Daiki. "Tinggal sebut namamu saja."

Gadis itu tersenyum. "Karena aku tidak punya nama," jawabnya pelan.

"Apa maksudmu nodayo?" Shintarou bertanya. "Tidak mungkin kau tidak punya nama. Bukan berarti aku peduli nodayo"

"Tapi, itu kenyataannya onii-san. Orangtua asuhku, yang merupakan tuan dan nyonya penginapan ini sama sekali tak ada niatan memberiku nama," jawabnya. "Baru menganggapku ada jika aku dan kucingku tak sengaja mengagetkan tamu yang datang."

"Lalu, kami harus memanggilmu apa?" tanya Seijuurou. "Aku merasa ini tidak akan menjadi terakhir kalinya kita bertemu."

"Kalian boleh memanggilku apa saja," jawabnya ringan. "Aku tidak keberatan."

"Bukankah itu sedikit tidak sopan?" Tetsuya mengeluarkan suaranya karena sejak tadi hanya diam mengamati keadaan.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita tetapkan satu nama untuknya?" usul Satsuki.

"Jya, chibi," ujar Daiki spontan. "Kau pendek, sama seperti Tetsu dan Aka-"

Daiki langsung bungkam karena mendapat tatapan tajam dari cowok berambut merah. Iris biru gelapnya tak sengaja menangkap pantulan gunting merah sehingga ia hanya bisa diam dengan wajah pucat.

"Kau keterlaluan, Aomine-kun," ejek Tetsuya. "Hanya karena kau lebih tinggi darinya, tak sopan memanggil seorang gadis dengan sebutan kecil."

"Tapi, kenyataannya begitu," protes Daiki yang mendapat pukulan telak ditulang rusuknya. "Tetsu! Teme!"

"Bagaimana kalau Ama?" usul Atsushi yang sejak tadi sibuk memakan snacknya kini bersuara. Ia memasukkan beberapa potong chips kentang terakhirnya sebelum merogoh sesuatu dari dalam tas berisi snacknya. Kemudian memberikannya kepada gadis tersebut, sebuah permen lolipop rasa raspberry. "Wajahnya imut dan aromanya manis seperti permen," lanjutnya memberikan alasan.

Mendengar hal itu membuat semua orang terkejut, tak terkecuali si gadis dan kedua kucingnya yang sudah kembali kepangkuannya. Dari berbagai macam orang yang ada disini, seorang Murasakibara Atsushi, yang hobinya makan dan tak mempedulikan hal lain selain snacknya sendiri, memberikan nama panggilan untuk orang lain.

Memang benar kata pepatah. Jangan nilai seseorang dari penampilan, batin semua anggota Kiseki no Sedai.

"Kenapa kalian menatapku~" tanya Atsushi polos.

"Ka-kalau begitu, sudah diputuskan," sahut Satsuki pertama kali. "Yoroshiku ne Ama-chan."

Gadis itu, yang kini mendapatkan nama Ama, tersenyum lebar kearah mereka. "Yoroshiku onegaishimasu."

xxx

Malam hari datang dengan cepat tanpa mereka sadari karena berhasil dialihkan perhatiannya oleh gadis misterius yang mereka berikan nama, Ama. Cerita – cerita menarik seputar tamu yang datang berkunjung ataupun tur singkat, yang dipinta oleh Satsuki dan Ryouta, menjadi awalan Kiseki no Sedai dipenginapan ini. Berbagai macam tempat serta fasilitas Ama jelaskan agar mereka bisa nyaman disana, termasuk kolam air panas yang mendapatkan rumor dari penduduk setempat. Namun, berbeda dengan rumor pada umumnya yang terkenal karena bisa mencantikkan kulit atau berdampak pada kesehatan. Rumor air panas dipenginapan ini cukup unik, jika dilihat dari sisi positifnya.

"Jika berendam dipenginapan kami, ada rumor mengatakan bahwa semua kesialan yang akan menimpa kalian selama setahun kedepan akan hilang dan digantikan dengan keberuntungan yang melimpah," cerita Ama layaknya seorang pemandu wisata.

"Entah kenapa menyeramkan ssu," ujar Ryouta.

"Heh, Kise. Jangan bilang kalau kau takut," ejek Daiki.

"Lalu kenapa sejak tadi kau terus berkeringat, Mine-chin?" tanya Atsushi disela – sela memakan maiubo-nya.

"I-ini karena... disini panas sekali!" ujar Daiki spontan.

Ama terkekeh pelan. "Kalau begitu, bagaimana jika kakak sekalian berendam dikolam air panas kami?" tawarnya. "Mengenai rumor itu jangan terlalu dipikirkan dan bersantailah. Liburan kakak masih lama, kan? Mulai malam ini istirahat yang benar supaya mendapatkan energi untuk bersenang - senang."

"Benar apa yang dikatakan Ama," sahut Seijuurou. Ia kemudian beralih pada Ama dan menepuk pelan puncak gadis itu. "Terima kasih atas turnya, Ama."

Ama tersenyum lebar dan memperlihatkan deretan giginya. Lalu ia membungkukkan tubuhnya dan meletakkan tangannya didada, memasang pose layaknya seorang pelayan. "Itu pujian yang berlebihan, Akashi nii-sama," ucapnya. "Semoga kakak sekalian diberkahi lindungan oleh dewa pelindung dan terhindar dari kesialan yang ingin mengincar kakak sekalian."

Setelahnya, gadis itu pergi undur diri dari hadapan Kiseki no Sedai, membiarkan mereka menikmati liburan selama berada disini. Tanpa mereka sadari, seringai lebar terpatri dikulit pucat gadis itu. Kedua kucing yang berada dipundak dan pelukannya mengeong pelan sebelum turun dan berjalan terlebih dulu menuju kegelapan lorong. Ia pun mengikuti langkah kedua kucingnya, menghilang dalam kegelapan. Samar – samar terdengar kekehan menyeramkan dari sana dan bisa dipastikan yang mendengarnya akan mendapatkan mimpi buruk.

"Kira – kira~ siapa duluan ya~" ucap suara kecil itu entah pada siapa.

Sementara itu, Kiseki no Sedai mengikuti saran cerdik Ama untuk melepaskan penat dengan berendam air panas. Awalnya terjadi sedikit keributan antara atlet basket itu karena ulah Daiki yang berpura – pura tidak ingin ikut demi mengintip bagian wanita. Masalah itu pun berhasil diselesaikan dengan ancaman gunting Seijuurou yang langsung dipatuhi tanpa protes. Tak pernah ada yang bisa mengerti mengapa teman mereka bisa sangat mesum. Jika diberikan skala 1 sampai 10, mereka semua akan menjawab 11 yang berarti level mesum seorang Aomine Daiki sudah melebihi batas. Tanpa disangka, tamu yang menggunakan kolam air panas hanyalah mereka sehingga terlihat luas sekali. Lagi, mereka dibuat kagum oleh pemilik penginapan yang merawat pemandian air panas itu. Luas dan mewah, hanya dua kata itu yang mewakilinya.

Satsuki memasukkan tubuhnya kedalam air panas dan seketika langsung merasa tenang. Suhu air yang tidak terlalu panas membuatnya nyaman dan melupakan semua masalah yang ada. Ia mengangkat air panas tersebut ketangannya, memperhatikan betapa jernih air tersebut. Meski samar ia juga bisa menghirup aroma bunga camelia, manis dan lembut. Helaan nafas lega keluar dari mulutnya dan ia semakin menyamankan dirinya. Sungguh nikmat sekali surga buatan manusia yang dicampur oleh tangan Tuhan. Disebelah, Satsuki bisa mendengar suara heboh dari Daiki dan Ryouta, teguran kasar dari Shintarou, protesan Atsushi yang mengatakan sangat panas disini, dan kekehan dari Seijuurou. Ia merasa sedikit iri karena hanya dirinya saja dibagian wanita. Andai Seijuurou memperbolehkan beberapa temannya, Riko Aida pelatih Seirin juga boleh, ikut bersama sudah dipastikan ia akan ikut bersenang – senang disini.

"Tapi, coba kita lihat sisi positifnya," ujar Satsuki, mencoba bersikap optimis. "Aku sendirian dipemandian seluas dan semegah ini. Bukankah rasanya aku seperti yang memilikinya."

Senyum terkulum dibibir gadis berambut merah muda tersebut. "Pasti menyenangkan sekali ya."

Usai memuaskan tubuh dengan berendam, makan malam ternyata sudah disiapkan dikamar mereka oleh nyonya pemilik penginapan. Deretan makanan lezat yang menggugah selera membuat mereka semua, kecuali Seijuurou tentunya, harus menelan air liurnya sebelum menyerang makanan tersebut. Entah memang sudah disiapkan oleh si tuan muda Akashi atau tidak, jumlah makanan yang berada disana melebihi batas normal mengingat kehadiran Murasakibara Atsushi. Cowok bersurai violet itu terlihat bahagia dengan rona dipipinya, tanda bahagia akan makanan yang bisa disantap sepuasnya. Dalam sekejap, makanan yang tersaji sudah menghilang kedalam perut masing – masing. Suara meminta izin untuk membereskan piring kotor terdengar dari balik pintu dan mereka masuk setelah mendapat izin dari Seijuurou. Tangan – tangan pekerja yang lihai dan cepat hingga dalam hitungan detik kamar mereka sudah bersih seperti sebelumnya. Tak lama kemudian, suara seorang gadis terdengar yang diikuti oleh suara kucing, meminta izin untuk masuk. Ryouta yang menyadari pemilik suara tersebut langsung mempersilahkan empunya untuk masuk. Nampak sosok Ama yang berbalut kimono merah marun dengan pola kupu – kupu hitam, masuk membawakan nampan berisikan teko dan enam buah cangkir.

"Ini teh hijau untuk menghilangkan penat setelah makan agar tidak terlalu mual," jelas Ama sembari menuangkan cairan hijau tersebut. Aromanya begitu memikat, berbeda dengan aroma teh hijau pada umumnya. Manis seperti madu dan harum seperti bunga sakura. "Teh ini juga bisa membantu kakak untuk tidur dengan nyenyak."

"Wah, aromanya manis ssu," ujar Ryouta. "Berbeda sekali dengan teh hijau yang pernah kuminum."

"Rasanya juga tidak buruk," sambung Shintarou. "Bu-bukan berarti aku memujinya nodayo."

Ama tersenyum. "Teh hijau ini hanya ada dipenginapan kami. Sangat langka dan sulit mendapatkan daun teh hijau berkualitas tinggi seperti ini," ucapnya menjelaskan. Ia kemudian berbisik kepada Tetsuya yang kebetulan berada disampingnya. "Kuroko nii-san, Midorima nii-san itu tsundere ya?"

"Hai. Kamu cukup tahu juga ya, Ama-san," sahut Tetsuya yang dibalas dengan kekehan diam Ama.

"Kalau begitu, aku permisi dulu kakak," lanjut Ama yang diiringi dengan bungkukkan hormat. "Selamat beristirahat. Semoga kakak sekalian diberkahi mimpi yang indah malam ini."


Onee-chan : Kakak (perempuan)

Onii-san : Kakak (laki - laki)

Gomen : Maaf

Daijobu : Baik - baik saja

Hidoi : Jahat

Hontou ni gomen : Maaf banget

Ara ara mitsuketa : Wah wah ketemu

Ama : Manis


Ohayou Konnichiwa Konbanwa minna~ Kembali lagi dengan Author gaje difandom Kurobas ini. Gimana gimana? Penasarankah dengan kelanjutan liburan GoM dan Momoi? Atau malah penasaran sama si Ama? Hmm... apa pun itu kupercayakan pendapat minna yang bisa kalian torehkan dikotak review tercinta. Kalo berkenan lewat PM juga boleh kok hahaha #justkidding.

Mengabaikan fanfic reverse harem yang lagi Author kerjakan #ditabokin fansnya. Author lagi kepengen banget nulis fanfic bergenre horror. Alasannya simple, karena beberapa minggu ini demi menghilangkan strees dan pesimis Author mengenai Tugas Akhir yang kagak kunjung selesai, Author menyeburkan diri kedunia penuh horror dan misteri. Jadilah nulis fanfic bergenre ini. Tapi, karena Author masih pemula digenre ini harap dimaklumi ya kalo misalkan horrornya garing ato malah nggak kena dihati minna. Masih perlu belajar memahami pola pikir seorang psikopat padahal Author sering banget dibilang psikopat sama temen - temen karena suka banget bikin cerita bunuh diri ato pembunuhan (reader: jangan curhat disini!) Tentu saja, Author menerima segala macam kritik dan sarana dari minna. Karena kalian tahu, (reader: nggak mau tahu!) review kalian itu berarti banget buat author di fanfiction ini. Diibaratkan kayak booster buat nulis dah hahaha.

Satu pertanyaan simpel nih buat minna. Adakah diantara minna yang menyadari keanehan cerita diatas? Yang ada silahkan dijawab dikotak review ato lewat PM #berharap sekali hahaha.

Okeh, see you in next chapter minna~