Lu Han
Inspired by Jang Ok Jung Living In Love Drama (Yoo Ah In & Kim Tae Hee)
Warning: Content boyxboy. Saya tidak bermaksud merubah sejarah Korea atau melecehkannya. Meskipun fanfiction ini adaptasi dari sejarah yang ada, namun seperti dramanya, fanfiction ini 100% fiksi di berbagai bagian. Penggunaan gelar kebangsawanan bagi ratu dan anggota istana lainnya adalah untuk memudahkan pembaca dalam memahami cerita ini. Saya hanya meminjam dan mengubah beberapa hal untuk disesuaikan dengan pemain (HunHan). Saya memakai jaman pemerintahan Raja Hyeonjong (Raja ke-18 Joseon) dan mengubah beberapa hal seperlunya untuk keperluan cerita.
.
Chapter 1
Luhan sibuk sekali pagi itu. Semua pekerjanya bekerja keras untuk menyiapkan beberapa hanbok dan aksesoris terbaik yang ada di butiknya. Luhan adalah seorang pemuda yang memiliki mata sejernih air dan jari-jari lentik yang akan menari dengan lincahnya menciptakan lusinan pakaian yang indah. Luhan terlalu cantik untuk ukuran seorang pria, tubuhnya mungil, bahunya tidaklah tegap ataupun lebar dan terlihat rapuh, benar-benar seperti wanita. Ia adalah seorang penjahit ternama dari Cina yang hijrah ke Korea untuk mencari peruntungan. Tak ada salahnya jika seorang pria menjahit, kan? Terhitung.. tiga tahun sudah Luhan menetap di Joseon.
Luhan memeriksa semua koleksinya dengan amat sangat teliti. Jokduri, binyeo, bros, dan norigae, semuanya tersedia dengan desain terbaru dan sangat eksklusif. Indah tak bercela. Luhan memastikan semua aksesoris sudah sesuai dengan hanbok-nya. Ia melakukan semua ini karena akan ada tamu istimewa yang datang berkunjung untuk melihat semua koleksi pakaian yang dibuatnya. Tak lama tamu yang ditunggu-tunggu pun tiba, Tuan Do dari klan bangsawan terpandang bersama pelayan-pelayannya.
Luhan dan semua pekerjanya membungkuk hormat pada Tuan Do. Luhan tak menyangka bahwa Tuan Do adalah seorang lelaki muda bertubuh mungil sepertinya, dengan bibir merahnya yang berbentuk hati dan bermata besar. Cantik sekali. Benar-benar terlihat aura bangsawannya. Tuan Do adalah anak dari salah satu pejabat kerajaan.
"Apa anda mencari busana untuk digunakan dalam seleksi awal bagi pemilihan Permaisuri, Tuan Do?" Luhan bertanya pada Tuan Do sesopan mungkin dengan bahasa Korea yang sudah sangat lancar. Tiga tahun adalah waktu yang cukup lama untuk mempelajari bahasa negeri ginseng tersebut.
"Kyungsoo saja, ku pikir kita seumuran. Dan ya, pertama, aku perlu dalryeongpo berwarna kuning gading. Kemudian, mungkin sebuah mantel bulu berwarna merah? Aku akan memutuskan setelah aku melihat kecakapanmu." jawab Kyungsoo. Luhan mengangguk mengiyakan permintaan lelaki cantik itu dan berjanji tak akan mengambil pesanan dari pelanggan lain sebelum pesanan milik Kyungsoo selesai.
Kyungsoo melangkahkan kaki pendeknya mengitari butik Luhan sembari melihat beberapa hanbok dan dalryeongpo yang dipajang, "Jika aku menyukai pekerjaanmu, aku akan membeli atasan dengan hiasan emas dan mungkin jobok, dan juga aksesoris yang sesuai untuk putaran kedua pemilihan. Ah, semua pakaian ini terlihat indah sekali, Luhan-ssi. Kau adalah seorang pria namun hasil tanganmu tidak kalah dari wanita." Luhan tersenyum senang mendengar pujian Kyungsoo.
"Terima kasih, Kyungsoo-ssi," ucap Luhan sambil membungkuk hormat.
"Aku penasaran, bagaimana bisa kau membuat warna-warnanya bermunculan?" tanya Kyungsoo penasaran.
"Saya melakukan itu untuk memberikan nuansa seolah setangkai bunga sedang menggoda kupu-kupu. Itu sebabnya saya sendiri yang mewarnai pakaian ini," jawab Luhan jujur, Kyungsoo mengangguk pelan dan langsung keluar dari butiknya, salah seorang pelayan dari Kyungsoo meninggalkan beberapa kantong koin emas pada Luhan untuk membayar pesanan majikannya dan mengingatkan Luhan akan batas akhir pekerjaannya.
Satu lagi pekerjaan baru yang harus diselesaikan.
.
.
Putra Mahkota Sehun duduk bersila dihadapan seorang peramal buta dan mendengarkan baik-baik apa saja yang dikatan pria tua itu. Sesuatu tentang kebenaran dan kebijakan. Keningnya mengerut antara percaya dan tidak namun tetap diam untuk menjaga wibawanya. Mungkin saja apa yang dikatakan peramal buta ini benar, kan? Sehun mencoba menghibur diri.
"Lahir di bulan April tahun Anjing Kayu. Perbintangan anda bagus. Nasib anda sangat baik, Tuan. Bahkan jika anda hanya duduk diam, anda akan dikelilingi oleh para pendukung. Dan bahkan jika anda tidak melakukan apa-apa, harta akan jatuh ke pangkuan anda." Sang peramal memberitahukan ramalannya pada Sehun dengan suara yang sudah bergetar. Rambut hitamnya sudah tertutupi uban, mungkin berumur lebih dari enam puluh tahun.
"Aku memang mendengar bahwa aku memiliki takdir terbaik di Joseon. Hahaha," tawa dengan suara berat keluar dari bibir Sehun. Peramal tersebut berusaha mengenali suara tersebut. Siapa gerangan pemuda ini? Angkuh sekali. Kadang ia menyesali dirinya yang buta sehingga tak bisa melihat pelanggannya yang kadang memang menjengkelkan.
"Tapi hanya satu kelemahan anda, Tuan. Anda akan jatuh sejatuh-jatuhnya pada seorang pria dari kelas rendahan dan pria itu juga yang akan mengacaukan pikiran anda sampai anda tak bisa lagi berpikir jernih. Membuat anda rela bertekuk lutut untuk mendapatkannya," Sehun membulatkan matanya tak percaya.
Apa-apaan peramal tua ini? Jatuh hati pada pria dengan kelas rendahan? Sehun merasa terhina, dia adalah seorang Putera Mahkota yang nantinya akan memimpin Joseon dan sangat tak mungkin melabuhkan hatinya pada seorang budak. Tak mungkin dia jatuh hati pada seseorang yang berstatus rendah seperti itu. Mau jadi apa kelak penerusnya nanti jika memiliki ibu yang memiliki darah seorang budak?
"Lancang sekali kau berkata seperti itu padaku, Pak Tua! Apa kau benar-benar tak tahu aku siapa?" teriak Sehun sambil berdiri dan menendang meja kecil dihadapannya. Ia benar-benar marah saat ini.
"Siapa anda?"
"Aku adalah pangeran ahli waris dari takhta kerajaan, Oh Sehun. Dan kau harus mati karena berani meramalkan hal sehina itu padaku." Sehun tersenyum remeh dan memerintah beberapa pengawalnya untuk menyeret dan menghabisi peramal tua itu. Ia menyesal menannyakan nasibnya pada peramal bodoh itu.
Beberapa pengawal kerajaan berdiri disamping peramal tua itu dan menariknya dengan kasar,"Terserah jika anda tak percaya, Yang Mulia! Tapi saya bertaruh anda akan mengingat saya setiap kali anda memandang pria cantik itu. Ramalan saya tak pernah meleset. Camkan itu!" setelah mengatakan itu beberapa pengawal tadi menyeret peramal tua itu keluar rumah dan menghabisi nyawanya. Sehun melihat semua adegan dimana para pengawalnya mengayunkan pedang ke arah leher peramal tua itu, Tapi ia tak dapat memungkiri ramalan pak tua yang baru saja ia dengar itu terus menari-menari dipikirannya.
Pemuda cantik dari kelas rendahan? Siapa?
.
.
Sehun berjalan menuju lapangan istana dengan Pangeran Jongin. Jongin adalah saudaranya, hanya saja berbeda ibu. Ibu Jongin adalah selir kedua ayahnya, Jongin memiliki paras yang tak kalah tampan dari Sehun, tipikal yang disukai banyak wanita. Jongin lebih ramah dibandingkan Sehun yang hatinya sedingin es. Kulitnya yang tan adalah warisan ibunya, meninggalkan aura seksi yang memikat hati. Mereka sudah bersama sejak kecil, Jongin adalah satu-satunya orang yang Sehun percaya selain ayahnya. Jongin tak pernah merasa iri dirinya lahir dari ibu yang hanya seorang selir dan membuatnya tidak bisa menjadi Raja. Dia menyayangi dan mendukung saudaranya itu tulus.
Setelah sampai di tengah lapangan, sinar matahari yang terik sedikit menyilaukan mata, mereka berdiri berhadapan dengan jarak yang cukup jauh. Jongin tersenyum miring, lalu mengeluarkan pedangnya, begitu juga Sehun. Melatih kemampuan mereka menggunakan benda tajam itu di siang hari tidak ada salahnya, kan? Tak lama suara gesekan pedang yang beradu mulai terdengar.
"Ku dengar kau akan dijodohkan, Jongin-ah. Apa itu benar?" tanya Sehun. Tangannya tetap sigap menghadapai serangan dari Jongin.
"Pihak keluarga ibu sudah menyiapkan semuanya, dan ya, sepertinya aku akan segera menikah. Kata ibu orang itu benar-benar sesuai dengan tipeku," jawab Jongin dengan napas yang tak beraturan . Mereka berlatih dengan penuh semangat hari ini.
Sehun menurunkan pedangnya. "Memangnya seperti apa tipemu?"
"Tipeku? Anak dari ahli waris dan memiliki warisan yang banyak. Hahahaha," Sehun tertawa geli mendengar jawaban saudaranya itu. Apa-apaan si Jongin itu? Di kejauhan dua orang dayang istana berlarian sambil membawa pesan yang dibungkus amplop cokelat ditangan. Mereka bertabrakan di pintu dan tanpa sengaja pesan keduanya tertukar. Tak ambil pusing, kedua wanita dengan baju pelayan itu langsung mengambil kembali amplop yang terjatuh dan terburu-buru menghadap kedua pangeran.
"Pangeran Jongin!"
"Yang Mulia!"
Kedua pangeran itu menoleh ke asal suara dan menemukan kedua dayang istana dengan amplop ditangannya. "Yang Mulia Ratu telah mengirim pesan untuk kalian berdua," ucap dayang yang ditugaskan untuk memberi pesan kepada Sehun, Sehun langsung mengambil amplop cokelat itu begitu juga Jongin langsung mengambil amplop cokelat itu dari dayang yang lainnya. Mereka tak tahu kedua amplop itu tertukar. Salahkan dua dayang bodoh yang juga tak menyadarinya.
"Sepertinya ini tentang perjodohan itu, Yang Mulia Ratu juga mengatakan hal ini padaku beberapa hari yang lalu," ucap Sehun sambil membuka amplop.
"Mungkin," jawab Jongin enteng.
.
.
Luhan pergi ke salah satu rumah pelanggannya. Pelanggan tersebut ternyata adalah gadis yang akan dijodohkan dengan Pangeran Jongin. "Apa kau juga membuat busana pria? Karena yang ku tahu kau hanya berfokus pada pakaian wanita, Luhan-ssi," tanya gadis itu tanpa menoleh ke arah Luhan yang sedang mengerjakan pesanan gadis itu. Luhan mengangguk mengiyakan.
"Kalau begitu aku ingin kau sekarang mengukur tubuh calon suamiku dan buatkanlah dia beberapa pakaian yang indah! Dia sudah menunggu di ruangan yang ada di ujung lorong rumah ini!" Luhan mengangguk tanda mengerti dan berjalan keluar dari ruangan itu sambil membawa peralatannya.
Sebelum benar-benar keluar, Luhan mendengar salah satu pelayan gadis itu berbicara dan ia langsung bersembunyi dibelakang tirai untuk mendengarkan apa yang gadis itu bicarakan dengan pelayannya. "Bagaimana kalau dia menggoda calon suami anda, Nona? Yang ku dengar dari beberapa orang, meskipun Luhan adalah seorang pria, tapi karena kecantikannya yang luar biasa dia meluluhkan hati banyak pria. Dan beberapa dari mereka rela melakukan apapun untuk mendapatkan Luhan."
"Aku juga berpikir dia akan menggoda calon suamiku. Terlebih dia tahu aku belum pernah melihat calonku itu, kau tahu kan ini kencan buta? Tapi penjahit sepertinya pasti berasal dari kaum rendahan. Dan tak ada bedanya dengan gisaeng. Kalau dipikir-pikir, calon suamiku juga tak mungkin jatuh hati pada pria nakal sepertinya, kan? Hahaha" gadis itu tertawa bersama beberapa pelayannya tadi. Luhan yang mencuri dengar dari belakang tirai hanya bisa mengeratkan pegangannya pada kain.
Luhan marah, meskipun memang benar ia dari kelas rendahan tapi ia tak akan berbuat hal serendah itu. Dan meskipun ia adalah seorang penyuka sesame jenis tapi tak mungkin ia menggoda suami pelanggannya. Luhan tak sejahat itu, ia masih sadar diri. Tak lama Luhan pun langsung pergi meninggalkan ruangan.
.
.
Siang itu Kyungsoo pergi dengan pelayannya ke sebuah kuil. Ini adalah bagian dari rencana Ratu untuk mempertemukan Kyungsoo dengan Sehun. Saat sedang melewati jalanan kuil yang cukup sepi tiba-tiba saja ada perampok yang menghadang rombongan mereka dan menarik Kyungsoo keluar dari tandu. Beberapa pelayannya sudah tergeletak tak berdaya karena dipukuli kayu perampok-perampok itu.
Kyungsoo ketakutan. Bibir merahnya bergetar hebat, "Apa yang kalian inginkan?!" teriak Kyungsoo.
"Melihat dari cara dia berpakaian, tebusannya akan lebih dari 1000 keping emas. Hahahah," ucap salah satu dari rombongan perampok. Tangannya mencengkram lengan putih Kyungsoo dengan erat sampai meninggalkan bekas yang cukup menyakitkan.
"Kau sebut dirimu seorang pria dengan hanya 1000 keping emas?" tiba-tiba suara lain muncul dari kejauhan.
Perampok-perampok itu segera menghampiri dan berusaha memukulkan kayu besar ditubuh pemuda itu, namun naas, pemuda itu bukanlah tandingan mereka. Tangan lincahnya sudah lebih dulu mendaratkan pedangnya di tubuh tambun milik perampok-perampok itu dan menghabisi mereka dengan mudah. Kyungsoo yang melihat itu tersenyum kecil. Perampok-perampok yang lain langsung lari terbirit-birit meninggalkan mereka ketakutan.
"Apa kau baik-baik saja?" pemuda itu menghampiri Kyungsoo.
Kyungsoo mengangguk kecil. "Saya tidak tahu anda siapa, tapi saya berhutang nyawa pada anda. Apakah anda bersedia untuk memberitahu nama anda, Tuan?"
Ini pasti Sehun, pikir Kyungsoo. Seperti yang sudah diberi tahu Ratu pada Kyungsoo bahwa Sehun akan menunggunya di kuil untuk memulai kencan buta mereka. Ya, semua ini sudah direncanakan Ratu.
"Aku adalah anggota kerajaan. Pangeran Jongin, Oh Jongin."
Kyungsoo terdiam. Jadi ini bukan Sehun? Bagaimana bisa?
"Lalu kau?" Jongin bertanya balik. Tapi Kyungsoo hanya diam enggan untuk membuka mulut lagi barang sedikit pun.
"Ah maaf atas kelancanganku. Selamat tinggal dan berhati-hatilah lain kali. Aku pergi," ucap Jongin lagi lalu segera pergi dari hadapan Kyungsoo. Kyungsoo hanya bisa menatap sosok tinggi berkulit tan itu mulai menjauh dan menghilang dari hadapannya. Samar-samar dia bisa mendengar sosok bernama Jongin itu mengatakan sesuatu tentang kencan buta dan kuil.
Kyungsoo tak pernah tahu amplop berisi pesan itu tertukar, kan?
.
.
Lalu kemana perginya Sehun?
Sehun masuk ke sebuah rumah dengan taman bunga yang indah. Ia melihat sosok bertubuh mungil berdiri membelakanginya. Rambut panjangnya dibiarkan terurai, Sehun hampir saja mengira sosok itu adalah perempuan jika saja dia tak menyadari pakaian yang dipakai sosok itu adalah hanbok untuk laki-laki.
Luhan membalikkan tubuhnya saat mendengar suara langkah dari belakang dan menemukan seorang pria tampan bertubuh tinggi dengan alis yang tebal dihadapannya. Sehun tak mengedipkan matanya saat bertatapan dengan lelaki mungil di hadapannya. Cantik. Cantik sekali. Ia tak pernah melihat wanita manapun yang lebih cantik dari sosok yang ada dihadapannya saat ini. Apa pria ini yang akan dijodohkan dengannya? Ibunya memang tak pernah salah pilih.
"Hm, aku rasa aku harus memperkenalkan diriku―" ucap Sehun yang langsung dipotong oleh Luhan.
"Anda adalah calon tunangan, kan?" serobot Luhan. Sehun mengerutkan alisnya bingung. Tunangan? Ia tidak yakin dan tak mau ambil pusing. Putera Mahkota itu lebih memilih untuk mengamati wajah Luhan baik-baik. Wajah itu… Sepertinya tidak asing.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Wajahmu tampak akrab," ucap Sehun lagi.
"Saya sering mendengar itu. Karena wajah saya sangat biasa. Jadi bisakah kita mulai sekarang?" tanya Luhan dengan nada yang dingin.
"Memulai apa?"
"Membuat pesanan pakaian, saya perlu mengukur tubuh anda, Tuan" jawab Luhan dengan nada tetap dingin.
"Kau akan membuatkanku pakaian?" tanya Sehun lagi dan hanya dibalas anggukan kecil oleh Luhan. Apa maksud ibunya? Jadi ibu ingin aku melihat keterampilan menjahit dari calon istriku? Sehun bertanya-tanya dalam hati. Luhan yang sudah tak mau menunggu lebih lama lagi karena masih ada beberapa pakaian yang belum ia selesaikan langsung mendekati pria jangkung itu.
"Bisakah anda mengangkat kedua tangan anda sebentar, Tuan?" tanya Luhan sambil memegang alat ukurnya. Sehun yang terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Luhan hanya bisa mengangkat kedua tangannya dengan patuh. Sehun dapat melihat dengan jelas kedua tangan Luhan mengitari pinggangnya dengan alat ukur.
Sehun gelisah. Wajah indah sosok itu benar-benar dekat dengannya, mungkin hanya berjarak beberapa senti saja. Baru saja Sehun menikmati pemandangan indah itu, tubuh Luhan langsung menjauh dan berjalan ke belakang ke arah punggung Sehun. Dapat ia rasakan jemari kecil Luhan ditubuhnya saat merentangkan alat ukur panjang itu kebagian bahunya yang lebar. Hatinya berdegup kencang.
Putra tunggal dari keluarga yang berkuasa, dengan wajah secantik itu, dan bahkan dengan keterampilan menjahit?
Sehun semakin gelisah, jantungnya berdegup kencang seperti sehabis berlari kencang puluhan meter. Tangannya menjadi lemas seperti tak bertulang. "Tak bisakah anda tidak menggerakkan tangan terus menerus? Saya kesulitan mengukurnya?" Dapat Sehun rasakan jemari lentik itu menggerakkan jarinya dari pungguh atas ke bawah untuk mengukur seberapa tinggi punggungnya. Jemari itu perlahan-lahan turun ke bawah, rasa geli dan enak bercampur menjadi satu. Ah, Sehun tidak kuat! Ia merasa terangsang! Butiran keringat sebesar biji jagung menuruni pelipisnya.
"Bagaimana kau bisa begitu tidak tahu malu dan menyentuh tubuh pria seperti itu?" Sehun yang sudah tidak kuat lagi langsung membalikkan tubuhnya ke belakang menghadap ke arah Luhan yang terkejut karena tindakannya yang terlalu tiba-tiba.
Luhan yang mendengar perkataan Sehun hanya bisa terkekeh ta percaya. "Cih, apa anda tidak melihat saya juga seorang pria? Dan, sama seperti tangan seorang tabib, mereka tidak membedakan jenis kelamin pasiennya, tangan penjahit juga demikian, Tuan."
Sehun yang masih belum menormalkan detak jantungnya hanya bisa menatap Luhan. Kedua mata mereka bertemu sekian detik sampai akhirnya Luhan memalingkan wajahnya ke samping. Tak lama suara menjengkelkan milik gadis pelanggan Luhan tadi menginterupsi mereka berdua. "Maafkan saya. Persiapanku membuatku menjadi terlambat. Ah, apa kau sudah mengukur tubuh calon tunanganku, Luhan-ssi?"
Luhan tersenyum lalu mengangguk kecil. "Hm, kalau begitu aku ingin empat pakaian lapisan dalam, dengan warna hijau, putih, biru, dan biru tua. Juga beberapa pakaian untuk upacara kenegaraan keluarga kerajaan. Dan seragam pejabat anggota dewan juga," pinta gadis itu panjang lebar pada Luhan.
"Mengenai seragam, tren terbaru memiliki garis leher yang lebih dalam dengan lencana pangkat yang lebih kecil. Apakah itu tak apa-apa, Nona?" tanya Luhan ramah. Sehun hanya bisa diam namun tak melepaskan tatapannya dari pria mungil di sampingnya. Ia bisa melihat sosok itu selesai berbincang dengan gadis dihadapan mereka lalu membereskan perlengkapannya dan berjalan keluar ruangan. Punggung mungil itu perlahan menjauh dan hilang dibalik tirai.
Jadi bukan dia orang yang akan dijodohkan denganku? Lalu siapa dia?
.
TBC
Dictionary:
Hanbok = pakaian tradisional Korea
Jokduri = sejenis mahkota yang dipakai diatas kepala perempuan saat upacara
Binyeo = tusuk konde, biasanya bergentung pada kelas atau strata penggunanya
Norigae = ornamen mirip gantungan kunci yang dijadikan pemanis pada rompi
Dalryeongpo = jubah laki-laki berkerah bulat untuk pangeran atau yang berstrata tinggi
Jobok = jubah laki-laki khusus upacara untuk yang berstrata tinggi
Gisaeng = wanita yang berprofesi sebagai penghibur di Korea pada jaman dinasti Joseon dan Goryeo
Gak mau cuap-cuap banyak. Cerita ini memang memakai bahasa yang formal sebagaimana pada zaman dahulu. Dan kemungkinan besar cerita ini akan sangat sangat panjang dan membosankan hehehe. Walaupun mengambil setting pada era Joseon saya menganggap bahwa gay saat itu tidaklah tabu. Sekali lagi saya melakukan itu untuk kelancaran cerita. Maaf kalau gaya penulisan saya masih jauh dari kata rapi dan masih banyak typo. Tapi semoga fanfic ini bisa mengisi waktu luang kalian semua! Jangan lupa review, satu review berarti banget buat saya. Kalau mau bertanya jangan sungkan ya
