Disclaimer : kasih tau gak ya? #digampar bang Masashi

Genre : Drama/romance/humor(?)

Pairing : SasuNaru (number one)

Rate : Tee lah...

Warning : Drabble fic, gaje, typo berserakan, garing, boyslove, pendek, dll

Don't like Don't read

Everything

Enjoy it

.

.

Jauh lebih berarti

Bagi Sasuke, mengetahui orang yang berharga berada di sisi dan selalu bersamanya adalah hadiah paling terindah di hidupnya. Menurut pandangan Uchiha bungsu itu, tidak ada hal yang jauh lebih berarti selain melihat Naruto yang hidup bahagia karena dirinya.

Seperti sekarang ini, saat bocah pirang itu tersenyum lembut nan indah ketika Sasuke berkata dengan tulus.

'Aku menyayangimu, Dobe. Entah itu dulu, sekarang, ataupun nanti.'

Semua tentangnya

"Menurutmu, warna apa yang cocok digunakan untuk dekorasi penyambutan siswa baru nanti, Sas?"

"Kuning atau Orange."

"Errr... kau yakin? Apa tidak sebaiknya biru?"

"Hn."

"Lalu, kapan puncak MOS terakhir sebaiknya diadakan? Tahun ini harus lebih meriah dari tahun sebelumnya."

"Hn, sepuluh oktober."

"Sepuluh? Tapi, apa tidak terlalu lama? kita memulai MOS awal bulan oktober, Sas."

"Hn."

"Gahh! Aku mau ke kantin. Kau titip makanan tidak?"

"Ramen."

"..."

"..."

"Hari ini bicaramu ngelantur, Sas. Kau sakit?"

"Apa maksudmu, Neji?"

"Ck dasar Uchiha! Kau menjawab semua pertanyaanku dengan berbagai hal yang berhubungan dengan Naruto, kau tahu? Sebaiknya buang buku bacaanmu itu sebelum aku yang membakarnya!"

"APA?"

Jawab tidak

Dari semua orang di dunia ini, hanya Naruto seoranglah yang bisa mengartikan jawaban ambigu dari seorang Sasuke. Sadar atau tidak, ternyata pemuda pirang itu sudah seperti kamus pribadi milik Uchiha bungsu.

"Menurutmu, apa aku termasuk orang yang berisik dan ceroboh, Teme?"

"Hn." (Ya)

"Juga orang yang bodoh?"

"Hn." (Ya)

Naruto mendesah kecewa.

"Jadi bagimu, mengenalku adalah sesuatu yang menyebalkan dan menjengkelkan di hidupmu?"

"Hn, Dobe." (Tentu saja tidak, bodoh.)

Naruto tersenyum lebar.

Pilih mana?

Semua orang tahu jika tomat adalah buah(?) kesukaan Sasuke dan ramen adalah makanan favorite Naruto. Tapi, hanya sedikit orang saja yang tahu jika ternyata Sasuke membenci Ramen dan begitu pula dengan Naruto yang amat tidak menyukai tomat.

"Teme, kau pilih tomat atau ramen?"

"Tentu saja tomat, Dobe."

"Kalau aku dan tomat?"

"..."

"Sasuke?"

"Errr... sepertinya tomat."

"Jadi kau memilih kehilangan tomat atau kehilanganku?"

"Aku pilih kehilangan tomat, Dobe."

"Lantas, kenapa kau tadi lebih memilih tomat?"

"Karena aku tahu, walau aku memilih tomat kau akan tetap bersamaku, Dobe. Lain hal kalau aku kehilanganmu, maka semua tomatpun tidak ada harganya bagiku."

"..." Naruto blushing.

Impian dan cita-cita

Asuma-sensei mengerutkan dahinya ketika membaca tulisan hasil karya murid didiknya, Uchiha Sasuke.

"Apa ini, Uchiha-san? Aku menyuruhmu untuk menuliskan impian dan cita-citamu di masa depan bukan yang seperti ini. Apa kau tidak mengerti maksudku?"

"Hn?"

"Jelaskan padaku!"

"Ck. Aku menulisnya sudah sangat jelas kan, Sensei? Cita-citaku saat ini adalah ingin menikahi Naruto dan impianku di masa depan adalah hidup bahagia dengannya."

"..."

"..."

"KELUAR DARI KELASKU SEKARANG!"

"Hn"

Sampai kapan?

Jika ada seseorang yang bertanya pada Sasuke, 'Sampai kapan perasaanmu pada Naruto akan bertahan?'

Maka dengan tatapan menusuk nan tajam Sasuke akan menjawab 'Sampai semua orang di seluruh alam semesta ini mengakui dan menerima hubunganku dengannya tanpa terkecuali'

Jawaban yang bila diterjemahkan sama artinya dengan 'Bertahan sampai akhir walau apapun yang terjadi'

Lihat aku

"Apa sih yang kau baca, Teme?"

"Hn"

"K-kau. Dasar menyebalkan! Kalau kau tidak mau menoleh padaku sekarang, aku akan meninggalkanmu detik ini juga."

"..."

"Baik. Nikmati 'kencan'mu dengan buku jelek mu itu, TEME!"

Brakk

"Hn, Dobe."

Dengan menghela nafas, Sasuke mengambil sebuah foto yang sejak tadi di pandangnya. Foto Naruto yang sedari tadi menyelip di antara lembaran kertas buku yang di 'baca'nya.

Salah paham

Dari semua hal yang dibenci Naruto selain tomat dan rasa pahit adalah ketika dirinya berada dalam posisi berbahaya seperti ini. Yaitu saat Sasuke memojokkannya dan dia tidak dapat melakukan apapun untuk melawan kekasihnya itu.

"Katakan padaku Dobe, siapa yang melakukannya!"

"Ini hanya masalah sepele Teme. Kau tidak perlu berteriak seperti itu!"

"Jadi masalah hilangnya tomat di kulkas secara tiba-tiba kau bilang sepele? Ck katakan, siapa yang mengambilnya."

"..."

"..."

"Jadi ini semua hanya masalah tomat?"

"Tentu saja bodoh. Memang apa lagi?"

"Dasar Teme brengsek. Kukira kau menghawatirkan wajahku yang lebam ini. Tak tahunya kau..."

"HAH? Kenapa dengan wajahmu itu, Dobe?"

"Ketabrak bemo!"

Dan dengan jawaban aneh itu, Naruto pergi meninggalkan Sasuke yang tengah cengo.

Kurang tepat

"Jangan memasang muka seperti itu, Dobe. sekarang katakan, apa maumu."

"Errr... 'Suke? Aku ingin mendengarnya sekarang, please~"

"Mendengar apa?"

"..."

"Ck baka Dobe. Dengarkan baik-baik, aku hanya mau mengucapkannya satu kali."

"Hehehe..."

"Suki dayo."

"Ukkhhh... bukan itu, Teme?"

"Aishiteru?"

"Kurang tepat, Teme no baka!"

"Baiklah, my lovely Dobe. Ehm!... Aku menyukaimu, menyayangimu dan mencintaimu dengan setulus hati yang kumiliki dan aku harap kau mau bersamaku untuk selamanya."

"..." Blushing

"Sudah puas?"

"Hehehehe. Arigatou, my Teme."

"Hn"

.

.

.

FIN

Note : Drabble fic pelampiasan stresnya Author. Ukkhhh... tugas kuliah yang sebentar lagi menumpuk, nilai UTS ku yang –uhuhuhuhu- bikin orang hampir jantungan mendadak, FB ku yang entah bagaimana di Hack orang yang gak bertanggung jawab, dan yang terakhir, insomnia ku yang makin hari makin menjadi. Arrrggghhhhhhhhhhh... #jambak rambuk

Sepertinya cobaan tidak henti2nya nemplok di hidupku #lebay –abaikan curcol yg gak waras itu

kasih kritik, saran ataupun yang lainnya lewat review yang tersedia. REVIEW... REVIEW... #digampar

See yahh ^^ #Kiss bye