Silver : Welcome mina! Silver baru difandom ini. Dan mongo dimaafin kalau yang keluar marah cerita beginia *down* Silver tidak berbakat sama sekali *nangis bombay* Langsung aja ya
Disclaimer : Jun Mochizuki
Warning : Blood, OC, Death Chara's, Typo [maybe], dan hal ajeb[?] lainnya.
Summary : "Salju itu indah ya." / "Benar." / "Tapi lebih indah jika kita menghiasinya dengan warna darah!" / Dua sosok kakak beradik yang akan mengirimkanmu sebuah 'hadiah' dimusim salju / OC & Chara death's demi cerita. Oke judul norak #pundung.
.
Present for you
.
Malam itu diawal musim dingin dimana salju-salju putih bertebaran berdirilah dua orang kakak beradik kembar diatas gunung. Mereka menatap kota-kota yang mulai berwarna putih sebab salju yang turun dengan tenang dan damai.
"Salju itu indah ya." Ucap sang adik berambut hitam, matanya tidak terlihat karena tertutupi oleh poni-nya. Sementara itu kakaknya yang berambut sama dan matanya juga tertutup oleh poninya mengangguk, yang membedakan mereka hanyalah tinggi badan karena si adik sedikit pendek dari kakaknya.
"Sepertinya mereka bersenang-senang tanpa kita." Ucap sang kakak yang menyerigai sembari mengenggam sebuah batu ditangannya.
"Benar." Ucap sang adik yang mengenggam sebuah ranting "Pemandangan kota sangat indah saat salju turun."
"Tapi lebih indah jika kita menghiasinya dengan warna darah!" Ucap sang kakak, seketika batu ditangannya menjadi sebuah pisau. Sedangkan ranting yang dipegang oleh sang adik berubah menjadi belatih.
"Pertama kita mulai dengan seorang anak yang tengah berdiam disana ya." Rengek sang adik sembari menunjuk seorang anak yang tengah bermain bersama kucingnya. Rambutnya berwarna putih panjang.
"Baiklah, apapun untukmu adikku." Ucap sang kakak kemudian nampak mereka menuju kearah gadis itu.
-:-:-
Alyss, sebut saja anak yang tengah bermain dengan kucing yang memakai pita berlonceng dikalungnya. Ia terlihat senang karena dibolehkan bermain diluar musim salju. Biasanya ia dilarang oleh orang tuanya karena katanya, setiap musim salju akan terjadi sesuatu, tapi toh dia tidak percaya dan dapat menyakinkan orang tuanya bahwa semua akan baik-baik saja, setidaknya sampai sekarang tidak terjadi hal-hal buruk.
Setidaknya bukan?
"Neh, kau tau Cheshire. Kata ayah setiap malam pertama salju satu korban akan jatuh dengan mengenaskan. Padahalkan itu cuman karang-karangan author doang (woy! Ininih horror bukan humor!). Ya deh, up tu u." Dengan bimoli[[Bi]bir [Mo]nyong [L]ima Sent[i]]nya "Padahalkan itu hanyalah karang-karangan orang-orang disini saja." Ucap Alyss, sementara itu sang kucing yang dipanggil Cheshire itu hanya mengeong pelan.
"Hai." Alyss menoleh kebelakang dan bertemu dengan seseorang berambut hitam yang bagian matanya ditutupi oleh poni.
"Hai juga." Balas Alyss sembari tersenyum.
"Siapa namamu?" Tanya anak itu kepada Alyss.
"Alyss. Alyss Baskervile [betul ngak neh, nulisnya?]." Ucap Alyss yang kelewatan inconnect. Anak yang diketahui sebagai sosok sang adik itu ikut tersenyum, mungkin lebih tepatnya menyerigai.
"Salam kenal Alyss." Ucap sang adik.
"Namamu?" Tanya Alyss penasaran, tiba-tiba saja Cheshire kabur dari pelukkan Alyss menuju kedalam hutan "Cheshire!" Panggil Alyss "Aduh, maaf ya. Tapi sepertinya aku akan mengejar Cheshire." Ucap Alyss melirik kearah sang adik.
"Tidak boleh. Kau tidak boleh pergi dulu." Ucap sang adik terlihat menundukkan kepalannya.
"Kenapa?" Tanya Alyss bingung, sekarang hawa yang berada disekitarnya bisa dibilang menakutkan.
"Karena kita belum bermain." Ucap sang adik lalu berjalan pelan mendekati Alyss. Alyss yang merasa firasat burukpun mulai mundur perlahan "Jangan pergi dulu. Kita belum bermain."
Seketika Alyss merasa badannya ditahan oleh seseorang dari belakang, sang kakak muncul dengan bajunya yang berbercak darah segar dan kini menahan lengan Alyss hingga anak berambut putih itu tidak menginjak tanah.
"Siapa? LEPASKAN!" Rontaan dari Alyss tidak diperhatikan sang kakak, toh buktinya malah menikmati rontaan itu.
"Kan aku sudah bilang. Kita belum selesai bermain-mainnya. Ah kau mencari kucingmu itu ya, tunggu sebentar ya." Ucap sang adik kemudian nampak berlari riang kebelakang pohon dan nampak mengambil sesuatu lalu menyembunyikan dibelakangnya "Nah, ini kucingmu." Iapun menaruh sang kucing ditanah, yang sudah mati dengan teragis. Bola mata kucing itu menghilang, tubuhnya sudah luka karena sayatan dan bagian dalam nampak kosong melompong, tengkorak bagian kanan hancur dan mengeluarkan otak yang masih tersisa.
"KKYAA!" Teriak Alyss memandang nasib kucingnya yang naas itu. Seketika sebuah sayatan langsung mendarat ditengorokannya "Ukh...khu...kn...na..pha?"
"Kenapa? Hmm, kenapa ya kita melakukan ini one-chan?" Tanya sang adik dengan wajah bingung.
"Tentu saja untuk. Mengirimu sebuah hadiah!" Ucap sang kakak lalu menghunuskan pisau keperut Alyss hingga Alyss terjatuh ketanah. Lalu sang adik mengeluarkan belatihnya dan menancapkannya ketubuh Alyss membuat Alyss kembali meringis, pelan karena tenggorokkannya yang telah disayat.
"Hoo? Kak, dia pasti akan mendapatkan hadiah yang sempurna." Ucap sang adik. Si kakak hanya mengangguk, mengiyakan ucappan si adik. Lalu belatih itu kembali bergerak dan membelah perut Alyss membiarkan perut itu terbuka dan memperlihatkan isinya "Mari kita lihat one-chan. Ada sebuah usus, hmm kalau bersatu seperti inikan kepanjangan." Usus dipotong hingga menjadi beberapa bagian dan membuat Alyss nampak menutup matanya "Lalu ini apa?" Si adik yang penasaran mengambil lambung milik Alyss.
"Akh..kh..uu..." Alyss dengan sisa kekuatannya berharap bahwa ini segera berakhir. Ia berkali-kali memejamkan matanya, nampak mencoba kelur dari mimpi buruk ini. Tapi sayang sekali tentu saja tidak bisa ia lakukan, luka yang diberikan oleh kedua orang yang tengah mengacak-acak perutnya itu menyebabkannya merasakan siksaan yang berat. Ia berharap cepat mati agar berakhir.
"Aih, one-chan. Matanya indah. Kuambil satu boleh?" Tanya sang adik, lagi-lagi sang kakak tersenyum dan menganggukan kepalanya. Lalu si adikpun memajukan tangannya dan menarik mata Alyss tidak perduli teriakkan ringan yang dikeluarkan oleh Alyss "Hmm, aku bosan~"
"Apa lagi? Kumohon hentikan mimpi ini." Batin Alyss sembari menahan sakit yang tidak bisa ia depresika saat ini, rasanya seperti dibakar dan disayat-sayat tanpa berhenti.
"Nah, kututup saja ya." Ucap sang adik kemudian nampak menekankan belatihnya ketenggorakkan Alyss yang nampak menganga lebar karena sayatan "Selamat malam Alyss." Seketika itu juga, leher Alyss terpisah dari badanya dan dengan sigap si kakak menghancurkan kepala Alyss dengan batu besar yang ia bawa dan ia lemparkan kekepala Alyss hingga hancur berkepingi-keping.
-:-:-
"KKYYAA!" Tiba-tiba saja seseorang berteriak dipagi yang damai ini. Menyebabkan semua orang berkumpul disana, merekapun menimbulkan reaksi menutup matanya, merasa mual, dan juga merasa takut. Mayat Alyss tergeletak disana tanpa kepala dan sebuah batu besar yang dibawahnya terdapat darah dan bagian dalam organ yang terkeluar kecuali jantung. Selain itu disebelahnya terdapat tulisan kapital dari darah yang tidak menghilang-hilang.
Present from us to you
Alyss-chan
"Minggir!" Tiba-tiba saja seseorang mendorong dari belakang dan menjadi masuk kebarisan depan, matanya terlihat membesar karena kaget melihat sosok itu "Al-lyss." Sosok berambut hitam itu terjatuh duduk ditanah, mata ungunya mengecil begitu menghetahui anak pertamanya mati mengenaskan seperti ini.
Semua ini salahnya, membiarkan putrinya bermain diluar malam-malam padahal ia tahu sendiri bahwa putrinya bisa saja menjadi incaran. Ia terlalu hanyut kedalam senyum manis putrinya. Ia bersumpah tidak akan membiarkan pelakunya hidup lama, iakan mencarinya.
"Glen-sama." Salah satu pelayannya nampak mendekati Glen.
-:-:-
Sementara itu dikejahuan terlihat sang adik cemberut melihat kerumbunan itu.
"Ada apa?" Tanya sang kakak.
"Ternyata anak itu mendapatkan hadiahnya terlalu banyak kakak." Perotes dari sang adik keluar, sesekali ia mempermainkan mata violet milik Alyss, ia lemparkan keatas dan ia tangkap kembali, sang kakakpun menepuk kepala sang adik pelan.
"Kita juga, bukan?" Ucap sang kakak dengan senyum pisikopat, sang adik hanya cemberut melihat pemandangan disana "Malam ini, bagaimana kalau kita memangsa kembali."
"Ah benarkah!" Ucap sang adik terlihat senang, sang kakakpun mengangguk-ngangguk. Toh lagi pula yang ia inginkan adalah kebahagian mereka berdua. Tidak ingin melihat dirinya dan adiknya bersedih. Lalu mereka nampak melihat kekerumbunan itu, melihat kembali jasad yang dikerumbinin bak makanan manis oleh para semut.
To Be Continued
Err, oke ini cerita gaje banget, saya ngaku. Kayaknya bakalan banyak typo deh [mungkin] Arggh! Saya author yang tidak berguna! Saya author baru yang numpang eksis disini *geplak*
Sorry angst-nya kurang, lebihnya mungkin tidak kerasa sama sekali *pundung* Tapi Silver akan tetap berusaha untuk membuat. Target pertama adalah karakter nomor 7 Silver lagi. Kenapa!? Kenapa?! *dilemparin sandal sama readers*
Readers : "Sarap! Lo yang buat cerita elonya yang nangis bombay!"
Ehehehe, gomenne. Ngomgong-ngomong untuk dua OC itu saya padahal mau buat yang satu rambut putih dan yang satu rambut hitam. Akan tetapi mengigat telah ada yang seperti itu disini pada akhirnya. Well this is the end, hitam aja dua-duanya.
Oke atu kata nih review ya *kitty eyes no jutsu*
Gilbert : "*Kabur dari kamar author*"
Oz : "Oy! Gil!"
*sweetdrop.
