Rasanya seperti memutar ulang kembali semuanya.
Ketika angin meniup lembut rambutmu.
Ketika rintikan hujan menerpa tubuhmu dan kau masih berdiri di bawahnya – menantangnya untuk membasahi seluruh tubuhmu dalam sekejap.
Ketika kau menutup kedua matamu dan bersenandung bersama suara tabrakan air yang jatuh menimpa tanah yang dipijak olehmu.
Kau bagaikan alunan musik yang sedang diputar ulang di radio yang sangat cocok dengan hujan yang terus menuruni bumi sejak pagi – bagaikan lagu usang.
Kau datang saat hujan tiba.
Terkadang terlupakan.
Namun saat ini, semuanya terasa dengan jelas.
Hujan ini jatuh lagi dengan sakitnya, menyentuh kulitku, bagikan gambar dalam sebuah gambar.
Mengingatkanku akan malam itu.
Dan aku belum melupakannya – melupakanmu.
Haruskan aku – ataukah kita melupakannya?
Hujan mengingatkanku malam itu.
Saat itu kita bahagia – kita saling mencintai.
Kau dan aku
Hari itu.
Kita berada disana.
Hujan ini jatuh lagi dengan sakitnya, menyentuh kulitku, bagikan gambar dalam sebuah gambar.
Hujan ini mengingatkanku akan malam itu.
Aku belum melupakannya – aku masih menunggumu.
Bagaikan orang bodoh.
Aku belum menyerah menunggumu – kita.
Apapun yang terjadi.
Kenyataannya saat itu kita bahagia.
Hujan ini jatuh lagi dengan sakitnya, menyentuh kulitku, bagikan gambar dalam sebuah gambar.
Hujan itu mengingatkanku akan malam itu.
Sebentar saja, aku belum selesai.
Aku belum selesai menunggumu.
Ataukah kita memang belum selesai?
