Hai hai haiii minna~

FiiFii come back again!

Tapi kali ini, FiiFii mau membuat sesuatu fic yang berbeda yaituuuu: FiiFii buat fic crossover! Yeey~ *apasihgapenting?*

Ya ya ya, FiiFii nyampur cerita antara Naruto daaaan Harry Potter!.

Untuk chappie satu nggak akan ada pair-pair-an. Jadi kenalan dulu mereka.

Ya sudah, Happy reading!


Oops! Something Happen!

Disclaimer: Masashi Kishimoto and J.K. Rowling

Story by FiiFii Swe-Cho


Aula Besar Hogwarts.

Murid-murid dari seluruh asrama berkumpul disana untuk menikmati makan siang mereka. Walaupun ada juga sebagian anak yang lebih tertarik berjalan-jalan daripada hanya sekedar makan siang. Tetapi tidak bagi trio Gryffindor ini. Mereka senang duduk bertiga saat makan siang, karena tak akan ada waktu yang cukup selain ini untuk mengobrol bersama. Kenapa? Tentu saja karena kesibukan Hermione sebagai Ketua Murid Perempuan di kelas tujuh ini.

"Jadi, bagaimana berada dalam satu asrama dengan si Pangeran Slytherin?"

"Malfoy maksudmu Harry? Ugh, ia benar-benar sulit untuk diajak bekerja sama! Yaah, walaupun pekerjaannya selalu tuntas tepat pada waktunya," jawab Hermione sambil melanjutkan memakan pai apel kesukaannya.

"Bagaimana dengan tim quidditch Gryffindor?" tanya Hermione pada mereka berdua. Harry dan Ron saling berpandangan.

"Kau bercanda, Mione? Kami pasti selalu oke!" ujar Ron sambil menepuk dadanya bangga. Mereka bertiga kemudian tertawa pelan.

Sepi. Mereka bergelut dalam pikiran masing-masing. Mencari bahan pembicaraan yang pas untuk diobrolkan bersama. Tiba-tiba otak Harry merekam sesuatu. Ia merasa perlu menceritakan ini kepada Hermione, selaku Ketua Murid.

"Mione, ada yang ingin kuberitahu padamu."

Hermione dan Ron menatap sahabatnya penasaran.

"Ya? Katakan saja."

"Ngg, kemarin– aku menemukan sesuatu."

Ron menatap Harry tak percaya. Sedangkan Hermione menatap Harry heran.

"Dimana? Kapan? Kemarin kau bersamaku terus, kan?"

"Tapi kita berpisah waktu kau ke ruang rekreasi dan aku menemani Neville pergi ke ruangan Professor McGonagall, ingat? Dan ketika aku berjalan-jalan di sekitar kantor Professor McGonagall, aku melihat sesuatu."

"Apa itu, Harry?" Hermione penasaran.

"Sebelumnya aku tak pernah melihat benda itu. Sungguh! Aku tak tahu ada sebuah pintu disana," ucap Harry sambil mengecilkan suaranya. Hermione dan Ron berpandangan tak percaya. "Kau bercanda Harry," gumam Ron.

"Aku tak bercanda Ron! Ini sungguhan."

"Tapi tak pernah ada sebuah pintu yang lain selain pintu kantor Professor McGonagall. Kau pasti mengigau."

"Aku tidak mengigau!"

"Sudah, sudah!" Hermione mencoba menengahi mereka. "Bagaimana kalau kita buktikan saja ? maukah kau menunjukkan tempatnya Harry?"

"As your wish, Miss Granger," ujar Harry disusul cengiran manisnya. Hermione tertawa, sedangkan Ron mencibir pelan.

Tanpa membuang waktu lama lagi, mereka bertiga meninggalkan aula. Tanpa mereka tahu, ada sepasang mata yang sedari tadi mengawasi mereka.

Oops!

"Ini sudah sampai di koridor yang sama dengan ruangan Professor McGonagall, Harry," ucap Ron dengan suara berbisik. "Dimana tempatnya?"

"Sabarlah Ron," Hermione mencoba menenangkan Ron. Harry hanya diam saja mendengar celotehan mereka berdua.

Tanpa terasa, akhirnya mereka sampai di tempat yang dimaksud oleh Harry.

"Geez, memang ada pintu yang lain disini," kata Ron. Harry memandangnya dengan tatapan betul-kan-apa-yang-kubilang?.

Hermione memandangi pintu yang kira-kira seukuran dengan hobbit yang ia baca di buku The Lord Of The Ring (keren banget kan? Haha *ditimpuk*). Masalahnya, ia tahu Harry, Ron, dan dia sendiri pasti harus merangkak dulu agar bisa melewatinya. Dan warna pintu itu hampir menyerupai dinding yang ada di sekitarnya.

"Hmm, ini sih pintu-nyaris-tidak-terlihat."

"Apa kau bilang, Mione? Memangnya ada pintu seperti itu?" tanya Ron.

Hermione mengangkat bahunya. "Entahlah. yang pasti kita harus memberitahukan hal ini dulu kepada Malfoy."

"APA?" Ron dan Harry histeris. Hermione sampai harus menutup kedua telinganya.

"Sssht! Pelankan suara kalian!" serunya. Harry dan Ron hanya menatapnya dengan penuh rasa bersalah. "Sorry," gumam keduanya.

"Kenapa harus beri tahu Malfoy juga? Kau saja sudah cukup kan?"

"Tidak Harry. Bagaimana pun ia juga Ketua Murid Laki-lakinya. Ia juga harus tahu."

"Tidak bisakah hanya kau yang tahu soal ini, Mione?" tanya Ron.

"Tidak. Jika kalian tidak mau memberitahu soal ini kepada Malfoy, maka kalian harus memberitahu kepada Professor McGonagall," tegas Hermione. Kedua sobatnya itu langsung menggeleng.

"Aku lebih suka kau memberitahunya ke Percy, walau aku sedikit membencinya," gerutu Ron.

Rupanya Hermione tidak mendengarkan keluhan Ron. Ia membalik badannya, memunggungi Harry dan Ron. Ketika ia mulai melangkah untuk menuju Aula Besar, Harry menghentikan langkahnya dengan berkata,

"Kenapa kita tidak coba masuk saja dulu? Setelah kita memeriksa isinya, kita bisa memberitahukan ruangan ini kepada Malfoy dan Professor McGonagall. Bahkan kita bisa memberitahu Professor Dumbledore, kalau kau mau."

Dan Hermione kembali memutar badan.

"Ide bagus Harry."

Oops!

"Kau sehat-sehat saja? Pucat sekali wajahmu."

"A –aku baik-baik saja Blaise."

"Sungguhkah, Draccie? Kau tampak tidak baik. Apa perlu aku mengantarmu ke rumah sakit?" nada suara Pansy terdengar khawatir.

Pangeran Slytherin itu berdiri tiba-tiba dan langsung meninggalkan Aula. Entah mengapa, otaknya ingin membawa kakinya menuju suatu tempat. Di dekat kantor Professor McGonagall.

Oops!

Trio Gryffindor itu memperhatikan pintu tersebut dengan seksama. Mereka tidak habis pikir, bagaimana cara membuka pintunya. Benda itu terkunci sangat rapat.

"Alohomora!" ucap Hermione seraya mengayunkan tongkatnya. Tetapi hasilnya nihil! Pintu tersebut tidak mau terbuka.

"Alohomora!" ulangnya. Hasilnya tetap sama.

"Coba kau bom saja pintunya."

"Kau gila Ronald Weasley? Masalah besar akan terjadi jika aku membom pintu ini."

"Tak ada salahnya jika mencoba," Harry mendukung usulan Ron. Hermione mendengus.

"Ugh, never ever! Aku tak mau membuat masalah. Pasti ada cara lain! Mungkin semacam password untuk membuka pintu ini."

Hermione memperhatikan pintu kecil itu dengan lebih super teliti. Ia menelusuri penglihatannya ke seluruh ukiran yang berada di pintu tersebut. Hingga akhirnya matanya tertuju pada satu kata dan tanpa sadar, ia melafalkannya dengan pelan,

"Konoha."

Dan pintu itu pun terbuka. Cahaya menyilaukan menyambar dari dalam pintu itu, sehingga mereka harus menyipitkan mata agar dapat melihat apa isi di dalamnya. Ketiga Gryffindor itu mengangguk sambil berpandangan. Baru selangkah mereka berjalan menuju pintu itu, mereka merasakan benda tersebut seakan-akan menyedot mereka ke dalam.

"AAAAA!"

Ketika suara teriakan mereka lenyap, pintu pun tertutup.

Dan saat itu pula Malfoy sampai di tempat kejadian. Ia terdiam di tempat, tak dapat bergerak. Dia kaget.

Oops!

Sementara itu di sebuah lapangan latihan di Konoha.

"Hosh, hosh. Sakura-chan kita sudahi saja latihan hari ini, ya?"

"Tidak bisa Naruto-kun. Kita harus terus."

"Haaa, kau gila Sakura-chan? Kita sudah 7 jam latihan. 7 jam itu waktu yang lamaaa sekali. Bisakah kita berhenti sekarang Saku-chan? Ya, ya, ya?" ucap Naruto memelas sambil mengaktifkan fox eyes no jutsu. Sakura menghela nafas. "Oke, kita berhenti."

"Horeee! I love you, Sakuraaa!"

"Ehem," seorang pemuda berdehem keras, membuat Sakura dan Naruto dibuat kaget olehnya. Naruto langsung mengeluarkan cengiran khas ketika mengetahui sang pemuda sedang mendeath glare dirinya.

"Uoo, sabar teme! Aku tak akan merebut istrimu."

Wajah Sakura memerah.

"Aku bukan istrinya baka!"

BRUAAAGH!

Percayalah, suara itu bukan suara pukulan Sakura yang di daratkannya untuk Naruto. Sebab suara tersebut sukses membungkam mulut Naruto dan Sakura. Mereka bertiga langsung berlari menuju sumber suara. Betapa terkejutnya ketiga orang itu ketika sampai di dekat sumber suara berasal.

Tiga pasang mata itu tidak percaya dengan apa yang mereka lihat di depan mereka. Mereka melihat tiga sosok manusia berjubah hitam panjang dan dengan pakaian yang tak biasa dikenakan di Konoha ini. Dan juga tiga sosok itu amatlah luar biasa. Yang wanita cantik, dan para prianya tampan.

"Where it is?" tanya perempuan itu. Rambutnya bergelombang indah dan juga pirang.

"That's a weird door. Where we are now, Mione, Harry?" tanya salah seorang yang mempunyai rambut kemerah-merahan.

"Why you ask it to me, Ronald Weasley? I dunno where we are!"

"Hey guys, just calm now. Let's talk with them," sahut seorang lainnya yang berambut hitam seraya menunjuk tiga manusia yang terbengong di depan mereka.

"Hei, Sasu-teme, Saku-chan. Mereka bicara memakai bahasa apa sih?" bisik Naruto kepada kedua rekannya.

Ketika itu, tiga orang berjubah –atau kita kenal dengan murid-murid dari Gryffindor– itu menghampiri Naruto dan kawan-kawan. Naruto salah tingkah.

"Err, hai."

Sakura menyenggol Naruto.

"Sorry, but who you are? Please show your ID card," ucap Sakura sebisanya dalam bahasa Inggris. Tentu saja kemampuan itu membuat Naruto dan Sasuke bingung.

"Kau bisa bahasa mereka, eh?" tanya Naruto setengah berbisik.

Sakura hanya diam saja sambil tetap memasang wajah ramah. Ketiga orang di depannya kelihatan bingung.

"ID card you say? All right, we haven't! Shit! Just tell us, where is it? And show us way to home!"

"RON! Just shut up! Ehm, sorry girl. We haven't."

"Have not? So, where are you?" tanya Sakura. Setahunya seluruh desa di negara ninja ini harus mempunyai ID card a.k.a kartu identitas jika ingin memasuki desa tetangga.

"We are from –. Wait, what country is it?"

"Japan of course. And this is Konoha."

Perempuan asing di depan Sakura ini mebelalakan matanya. Ia langsung mengambil tongkatnya dan mengayunkan tongkatnya di tengah-tengah ia dan teman-temannya.

"Laterium Nippo(1)!"

Dan keanehan pada ketiganya terjadi. Entah mengapa, mereka rasanya bisa mengucapkan segala sesuatunya dalam bahasa Jepang.

"A –aku Ron –Ronald. Hei, Mione! Mantra apa sih tadi?"

"Mantra untuk menerjemahkan bahasa. Aku mengambil kelas itu."

"Bersama Malfoy?"

"Tentu Harry. Ketua Murid Perempuan dan Laki-laki harus menguasai ilmu ini. Ternyata berguna juga. Ah ya, kita sepertinya melupakan mereka," ujar Hemione sambil mengerling kepada Sakura dan dua lainnya. "Hai. Maaf, kami –."

"Hebaat! Kau lihat itu Sakura? Mereka punya kayu pendek ajaib!"

"Kau ini benar-benar baka, Dobe. Itu namanya tongkat," sahut Sasuke.

"Naruto, Sasuke! Ah, maafkan kami. Err, sepertinya kalian dari negara yang berbeda dengan kami. Tapi tidak masalah jika kalian tidak punya kartu identitas. Oh iya, kami adalah shinobi dari Konohagakure. Dan kalian ada di Konoha. Perkenalkan namaku adalah Sakura. Dan dua orang ini temanku. Yang berambut kuning spike itu namanya Naruto. Yang satu lagi Sasuke," jelas Sakura. Ketiga orang di depannya hanya menganggukan kepala.

"Salam kenal juga, Sakura. Eng, aku Hermione Granger. Cukup dipanggil Hermy atau Mione jika kalian susah melafalkan Granger," ujar Hermione diiringi senyumnya yang memukau. Naruto entah mengapa sepertinya terpesona.

"Aku Harry Potter. Panggil saja Harry," kata pemuda berambut hitam itu dengan sopan.

"Ronald Weasley. Tapi kalian panggil aku Ron. Jangan sekali-kali menyebut Ronald. Aku suka tak enak mendengarnya," ucap Ron diiringi cekikan Harry dan Hermione. "Ada yang salah, eh?"

"Tidak, Ron. Tak apa."

"Ehm, kami mohon maaf. Tetapi sebelumnya kalian harus melapor dulu kepada kepala desa kami, Tsunade-sama. Bisakah kita pergi ke kantornya sekarang?" ujar Sakura sesopan mungkin.

Hermione, Harry, dan Ron saling berpandangan kemudian ketiganya mengangguk. "Baiklah nona. Antar kami segera ke sana."

"Mari ikuti kami."

Keenam orang itu pun pergi menuju kantor hokage. Harry, Ron, dan Hermione amat takjub melihat isi desa tersebut. Mereka bertiga mengikuti team 7 dengan amat sangat ribut (tapi ribut disini dalam artian yang baik ya). Sakura, Sasuke, dan Naruto hanya mendengarkan celotehan tamu asing mereka.

Naruto adalah orang yang cerewet, betul? Tapi kali ini ia sedikit lebih diam dari biasanya. Karena merasakan keanehan dalam diri Naruto, Sakura yang berjalan ditengah kedua rekannya sedikit berbisik kepada Naruto.

"Hei, kau jadi lebih pendiam tadi. Ada apa?"

"Kau tahu Sakura? Rasanya –. "

Naruto melirik sedikit ke belakang. Memperhatikan tamu-tamunya. "A –aku suka sama cewek itu."

"Haah?"

To Be Continue

(1) Mantra ini nggak ada di bukunya Ibu J.K. Rowling. 100% asli buatan FiiFii!

Terpesonaaa ku pada pandangan pertamaaa *nanyi gaje*. Gara-gara kata-kata di atas, jadinya FiiFii jadi seperti ini. Hahaha *templaked*.

Gila bener. Belum selesai sama fic yang kemaren, udah buat lagi yang baru. Nambah satu deh fic yang FiiFii telantarkan. Hehehe *gampared*.

Bagaimana fic crossover FiiFii yang pertama? Keren kan? (halah, narsis).

Jadi para reader yang terhormat,fic ini gabungan cerita HarPot sama Naruto. Yang satu animasi, yang satu lagi kalo di tivi pake manusia beneran. Jadi silahkan membayangkan, apakah tokoh-tokoh di cerita Naruto-kah yang jadi manusia benerannya? Atau tokoh-tokoh di HarPot yang dianimasikan? Yaah, silahkan bayangkan sendiri, yaa? Hehe.

Oke, kalo ada yang mau request pair boleh banget kok. Mau dijadiin NaruMione? SakuHarry? DraMione? RonSaku? SasuSaku? SakuDraco? Bebaaas! Asal bukan yaoi atau yuri, okeeh? FiiFii penganut pair straight -?-. Jadi, FiiFii tunggu reviewnya, yaa!

NB: Draco Malfoy muncul di chappie depan.