From The Darkest Side
Remake from Santhy Agatha Novel's
Main Cast: Byun Baekhyun & Park Chanyeol
Genre: Romance, Mysteri, lil-bit Thriller
Length: Chaptered
Warning! BOY X BOY, YAOI! MATURE CONTENS
A/N: Setelah sekian lama akhirnya aku memutuskan untuk me-remake novel yang super keren dari Santhy Agatha. As always, Pairingnya ChanBaek! Ada beberapa dialog yang aku tambahkan dan beberapa narasi yang aku ganti demi penyesuaian genre Boy x Boy. Respon positive juga menentukan update-nya ff-remake ini^^ Hope You Enjoy It!
.
...
Kami ini dua yang menjadi satu. Satu yang terdiri dari dua. Aku tak tega membiarkanmu mencintaiku, karena dengan begitu, kau harus bisa mencintai sisi jahatku. Dan sisi jahatku ini, sangat sulit untuk dicintai
.
...
Tidak ada yang bisa menggambarkan perasaan Baekhyun sekarang selain rasa takut dan kegugupan yang menyesakkan dada.
Ketika mobil mereka memasuki pintu gerbang yang megah itu, rasa gugup dan takutnya makin memuncak. Ibunya, yang menyetir di sebelahnya tampak tenang dan bahagia, tentu saja, kemewahan ini akan menjadi kehidupan barunya, hal yang diimpi-impikannya sejak dulu. Lagipula ibunya tidak perlu mencemaskan penampilannya, ia selalu terlihat cantik, muda dan wangi, tidak pernah berubah sampai sekarang.
Ibunya melahirkan Baekhyun saat berusia sangat muda, 16 tahun. Dan sekarang di usia Baekhyun yang sudah 20 tahun, selisih usia itu sama sekali tidak kelihatan, mereka terlihat seumuran. Apalagi Baekhyun selalu mengenakan pakaian seadanya yang cenderung kusam tapi nyaman digunakan, sedangkan ibunya memilih berpakaian seksi dan penuh gaya.
Yah, penampilannya sekarang tidak bisa dibilang baik, Baekhyun menarik napas sambil mengamati dirinya sendiri. Dia tadi berdiri lama di depan lemari pakaiannya mencoba menemukan kemeja yang terbaik, tetapi ternyata dia tidak punya satupun kemeja yang setidaknya nyaman dipandang mata. Gajinya sebagai pelayan salah satu cafe di distrik Gangnam sama sekali tidak memungkinkannya membeli banyak pakaian. Dan ibunya selalu sibuk dengan karirnya sehingga ibunya tak mau repot-repot memikirkan tentang cara berpakaian anaknya atau pergaulannya sekalipun. Jessica, ibunya melahirkannya karena kesalahan remaja masa lalu, jadi dia tidak punya ayah yang mengakuinya.
Jessica lalu meninggalkannya begitu saja, menitipkannya ke kedua orang tuanya, lalu pergi merantau ke luar kota untuk melupakan masa lalu dan melanjutkan sekolah. Sejak saat itu Baekhyun dan Jessica hanya bertemu saat Jessica pulang liburan ke rumah, biarpun Jessica benar-benar tidak masuk dalam kategori ibu, tapi Baekhyun selalu menyayangi dan menganggap Jessica sebagai ibunya, walaupun Jessica tidak mau dipanggil ibu, tapi tetap bagi pemuda mungil itu, Jessica-lah yang telah melahirkannya didunia ini walau bagi Baekhyun orang tua sejatinya adalah kakek dan neneknya yang mengasuhnya dengan penuh kasih sayang sejak ia lahir sampai dia beranjak dewasa.
Lalu setelah dua tahun lalu, kakeknya meninggal dunia, disusul neneknya setahun kemudian, Namun Baekhyun tetap tidak menggantungkan diri kepada ibunya, toh Jessica juga tidak peduli.
Baekhyun menghidupi dirinya sendiri dan sama sekali tidak ingin terlibat dalam kehidupan ibunya yang saat itu sudah menjadi aktris ternama.
Sampai suatu ketika Jessica menghubunginya, mengatakan bahwa dia akan menikah dengan salah satu konglomerat paling kaya dan paling ternama, seorang lelaki berusia 4 tahun lebih muda darinya, dan mengundang Baekhyun untuk turut serta dalam persiapan acara pernikahannya.
"Bagaimanapun juga, meski kau adalah sebuah kesalahan akibat kebodohanku di masa lalu, kau adalah anakku," gumam Jessica dengan logat seksinya sambil mengoleskan lipstik berwarna merah gelap pada bibirnya yang indah, sehingga warna bibirnya terlihat begitu kontras dengan kulitnyya yang begitu mulus dan bersih. Dan hari ini adalah pertemuan makan siang pertama mereka setelah dua tahun lamanya tidak berjumpa.
"Lagipula, aku terlanjur menceritakan tentangmu pada Chanyeol, tidak sengaja tentunya, tapi siapa yang bisa membohongi Chanyeol? Dia tahu segalanya...," Jessica tersenyum menerawang seperti orang dimabuk kepayang, "Dan Chanyeol ingin melihatmu."
Jadi karena calon suaminya yang kaya itu ingin melihatku? Bukan karena dia ingin bersamaku di saat-saat bahagianya? Baekhyun menyimpulkan dalam hati, dan seberkas rasa nyeri mengalir di dadanya.
Memang dia sudah terlatih untuk tidak mengharapkan apapun dari Jessica, wanita itu terlalu egois untuk memikirkan siapapun selain dirinya sendiri. Tetapi kadangkala ada sedikit rasa di hatinya, yang ingin dicintai sebagai seorang anak.
Dan disinilah dia, datang dengan ibunya, yang begitu cantik dengan gaun sutra keemasan seperti sampanye, rambut tatanan salon, kulit selembut satin dan aroma minyak wangi mahal. Sedangkan dia hanya memakai hoodie supreme usang hasil tabungan terakhirnya dengan Celana denim selutut sehingga ia terlihat seperti seorang pemuda yang tidak mempunyai selera fashion tinggi, tidak menarik, belum lagi rambut hitamnya yang mulai menebal dengan poni yang hampir menutupi matanya.
Calon suami Jessica pasti akan kecewa berat jika mengharapkan aku se-sempurna Jessica, desah Baekhyun dalam hati.
Mungkin aku lebih mirip ayah, gumamnya menghibur diri, meski dia juga tidak tahu siapa ayahnya dan bagaimana wajahnya, Jessica tetap menyimpan rahasia itu sampai sekarang seolah itu aib masa lalu yang tidak boleh dibuka. Kakek neneknya juga tidak pernah membicarakannya.
Lagipula, Baekhyun tidak berani bertanya lagi sejak insiden pada saat dia berumur sepuluh tahun dan mulai bertanya pada neneknya siapa ayahnya. Waktu itu neneknya langsung masuk ke kamar dan menangis, sedang kakeknya hanya mengelus kepalanya dengan wajah muram. Kesedihan yang menggantung setelah insiden itu begitu menyesakkan dada sampai berhari-hari. Dan pada saat itulah Baekhyun belajar untuk tidak pernah bertanya lagi.
Rupanya calon suami ibunya ini sangat kaya, jarak pintu gerbang menuju rumah utama lumayan jauh dengan taman dan pepohonan yang indah di kiri kanan jalan. Ketika ahkirnya mobil mereka berhenti, Baekhyun sempat ternganga, melihat rumah marmer putih bergaya gothic dan renaissance yang megah di depannya.
Jessica rupanya sangat bersemangat karena dia segera melompat keluar dari mobil begitu mobil itu berhenti dan mau tak mau Baekhyun segera mengikutinya.
Sepertinya mereka sudah ditunggu, atau ada kamera pengawas di depan pintu? Baekhyun mengedarkan pandangannya ke atas dengan curiga, karena begitu mereka sampai di pintu dibawah kanopi dan pilar marmer yang indah, pintu itu langsung terbuka tanpa diketuk, dan seorang pelayan pria setengah baya dengan penampilan yang sangat rapi sudah berdiri disana.
"Miss Jessica?" tanya pelayan itu dengan muka ekspresi sedatar batu hingga Baekhyun bertanya-tanya apakah itu ekspresi asli atau hasil latihan bertahun-tahun.
Jessica mengangguk penuh percaya diri. Pelayan itu melihat ke belakang, ke arah Baekhyun dan mengangkat alisnya, tapi tidak berkata apa-apa. Mungkin dia mengira aku pembantu Jessica, desah Baekhyun dalam hati.
"Saya Leeteuk, kepala pelayan disini. Tuan Chanyeol sudah menunggu di ruang utama, mari saya antar," gumam pelayan itu sopan sambil membalikkan tubuh dan membiarkan Jessica dan Baekhyun mengikutinya.
Sepanjang lorong itu Baekhyun terlalu sibuk terkagum-kagum dengan kemewahan interior dan perabot rumah mewah ini.
Ya, Jessica pasti akan sangat bahagia di sini, dia selalu ingin menjadi nyonya rumah yang kaya raya, impiannya sebentar lagi terwujud. Dan sudah pasti Baekhyun tidak masuk ke dalam daftar impiannya itu. Baekhyun tahu dia hanya dibutuhkan karena calon suami Jessica yang kaya raya itu ingin mengenalnya, setelah itu Baekhyun akan kembali ke kehidupan lamanya, dilupakan oleh ibunya.
Toh dia memang tak ingin terlibat.
Kenapa? Karena meskipun mewah dan mengagumkan, rumah ini terasa dingin dan kaku, begitu menekan jiwa. Berbeda dengan rumah neneknya yang diwariskan padanya, rumah itu kecil tapi hangat dan penuh ketentraman. Seberat apapun pekerjaannya, Baekhyun selalu merasa segala kelelahannya hilang ketika pulang ke rumah itu. Karena itulah meskipun kagum, Baekhyun sama sekali tidak tertarik untuk tinggal di rumah seperti ini.
Leeteuk membuka sebuah pintu yang sangat besar dan mempersilahkan mereka masuk.
Jessica langsung melangkah masuk dengan bersemangat. "Sayang," serunya mesra lalu menghambur ke pelukan pria bersetelan resmi yang berdiri ditengah ruangan.
Pria itu membalas pelukan Jessica, tapi matanya menatap tajam ke arah Baekhyun.
Dan Baekhyun ternganga melihat sosok calon suami Jessica untuk pertama kalinya, semula dia pikir laki-laki itu adalah lelaki botak berjenggot yang gendut, tidak tampan tetapi sangat kaya. Tetapi lelaki yang berdiri di depannya ini sama sekali tidak botak apalagi gendut, pria dewasa dihadapannya mempunyai surai merah kelam, Matanya cokelat gelap dan dia tinggi atletis bahkan sepertinya tidak ada lemak berlebih di tubuhnya, dan jas yang pastinya dijahit khusus itu menempel pas dan indah di tubuhnya yang berotot tetapi ramping itu. Hey.. Lagipula dia mengharapkan apa? Lelaki ini baru 32 tahun!
Tentu saja begitu, dari literatur bisnis yang memuat tentang jajaran pengusaha-pengusaha sukses, Chanyeol Park selalu dibahas, pengusaha berusia 32 tahun, Blasteran antara Inggris dan Korea hingga percampuran antar dua ras itu lah yang membuat Chanyeol sangat menarik. Tapi mereka tidak memasang fotonya di literatur itu, jadi Baekhyun tidak pernah bisa membayangkannya.
Lelaki ini tidak bisa dibilang tampan, sosoknya terlalu keras untuk digambarkan dengan kata "tampan", tetapi ada kharisma tersendiri yang membuat semua orang pasti akan menoleh dua kali ketika berpapasan dengannya.
Lelaki itu melepaskan Jessica yang menggelendot dengan mesra di pelukannya, lalu melangkah mendekati Baekhyun. "Dan ini pasti Baekhyun," bahkan aksen suaranya begitu mempesona, Baekhyun menyadari dia ternganga ketika Chanyeol mengulurkan tangan untuk bersalaman, dengan gugup disambutnya jabatan itu, tangan lelaki itu ramping, tapi menggenggam tangannya dengan mantap. "Iya, ini Baekhyun, Putraku satu-satunya," Jessica berkata seolah olah mereka ibu dan anak yang sangat akrab. "Dan Baekhyun, perkenalkan ini calon ayah tirimu."
Baekhyun menganggukkan kepalanya, sedikit gugup ketika menyadari Chanyeol menatapnya dengan sangat tajam, sangat meneliti, sampai dia salah tingkah, adakah yang salah dengan rambutnya? Bajunya? Ataukah Chanyeol sedang mencari kemiripannya dengan ibunya dan tidak berhasil menemukannya? "Hmmm karena umurku hampir 32 tahun, kurasa aku pantas-pantas saja mempunyai putra seumuranmu, tapi kau boleh memanggilku dengan Chanyeol saja."
Tentu saja, lelaki dengan vitalitas semacam ini dia pasti malu dipanggil "Ayah" oleh remaja apalagi pemuda berusia 20 tahun seperti dirinya.
"Nah karena kalian sudah berkenalan? Bolehkah aku memintamu menemaniku berkeliling rumah ini? Kita akan tinggal disini setelah menikah bukan? Dan wow, rumah ini indah sekali Chanyeol-ah."
Lelaki itu menatap Jessica tanpa ekspresi. "Tentu saja sayang," gumamnya, lalu mengamit lengan Jessica, Chanyeol mengatakan sayang tapi tampak begitu dingin.
Tiba-tiba Baekhyun merasa sedikit antipati kepada Chanyeol, dia terlalu dingin dan tak berperasaan seperti suasana di rumah megah ini.
Jessica menoleh pada Baekhyun, "kau ingin ikut Baekhyunku?" suaranya begitu penuh kasih tapi matanya memperingatkan, dan Baekhyun mengerti isyarat itu, ibunya ingin berduaan dengan kekasihnya dan tak ingin Baekhyun mengganggu.
Lagipula Baekhyun juga tidak tertarik melihat-lihat isi rumah ini.
"Tidak, terima kasih, kalau boleh saya ingin menunggu disini saja," Baekhyun tadi mengamati ruangan dan menemukan rak buku yang penuh di dinding, rasanya lebih menarik duduk dan membaca, sepertinya koleksi buku di rak itu sangat menarik, kalau dia diijinkan, dia ingin membacanya.
"Tapi kau akan tinggal disini juga, jadi sebaiknya kau ikut agar lebih mengenal rumah ini," sahut Chanyeol tajam.
Kata-kata itu membuat Jessica dan Baekhyun sama-sama terkejut, rupanya Chanyeol sudah menarik kesimpulan yang salah selama ini tentang hubungan Jessica dan Baekhyun.
Jessica dengan muka pucat segera menyahut, suaranya sedikit melengking karena gugup. "Darling, kau salah, Baekhyun tidak akan tinggal dengan kita setelah kita menikah nanti."
"Kenapa tidak?" lelaki itu mengernyitkan kening, tampak tidak senang. "Dia putramu bukan?"
"Iya...tapi...tapi..." suara Jessica hilang karena kebingungan, "Tapi Baekhyun lebih suka hidup mandiri, dia sudah punya pekerjaan tetap kau tahu, dan dia merasa nyaman tinggal dirumah warisan orang tuaku, bukan begitu Baekhyun?!" sekali lagi Jessica menatapnya dengan tatapan memperingatkan.
"Tentu saja." jawab Baekhyun cepat-cepat, selain karena dia tidak ingin tinggal di rumah ini, dia tak mau Jessica marah padanya karena mengacaukan seluruh rencana masa depannya.
Chanyeol menatap Baekhyun dan Jessica dengan tajam dan penuh perhitungan, lalu bergumam. "Well kita bahas pengaturan itu nanti," kata-katanya menunjukkan masalah itu sama sekali belum selesai.
Yah, rupanya selain dingin dan kaku, lelaki ini juga arogan. "Baiklah Baekhyun, kalau kau ingin tetap disini, aku akan meminta pelayan mengantarkan segelas cokelat panas dan kue untukmu, kau boleh membaca atau melihat televisi untuk mengisi waktumu," matanya menunjukkan ke arah televisi plasma yang menempel di dinding yang sama sekali tidak Baekhyun perhatikan karena perhatiannya terpusat pada rak buku yang penuh itu.
Baekhyun menatap Chanyeol dengan gugup. "Kalau boleh... Kalau boleh saya ingin membaca buku-buku di rak itu," pintanya pelan.
Jessica tertawa cekikikan seperti anak kecil, "Membaca?" gumamnya dalam tawa, "Begitu banyak hiburan di rumah ini dan kau memilih membaca?" nada mencemooh terdengar jelas di suaranya hingga pipi Baekhyun memerah lucu.
Tapi Chanyeol hanya berdiri di situ dan menatapnya datar. "Setidaknya putramu memilih hiburan yang paling bermutu di antara semuanya," katakatanya diucapkan dengan nada biasa-biasa saja, tetapi arti yang tersirat di dalamnya membuat tawa Jessica terhenti dan wajahnya merona malu, dalam rasa malunya itu, Jessica melirik Baekhyun dengan jengkel.
"Silahkan, baca saja semua buku yang kau inginkan," senyum tipis muncul di bibir Chanyeol, lalu menggandeng Jessica, membawanya pergi ke luar ruangan.
Baekhyun merasa sangat lega ketika ditinggalkan sendirian, dengan penuh rasa tertarik, ditelusurinya buku-buku di rak raksasa itu. Kebanyakan buku berbahasa asing, dan merupakan versi asli, setelah meninggalkan buku-buku literatur bisnis, Baekhyun tertarik ke sederetan buku sastra lama... Diambilnya salah satu buku, dan tersenyum.
Well kapan lagi dia bisa membaca buku-buku versi asli ini dengan gratis? Karena sudah pasti dia tidak akan mampu membelinya
.
Ketika dia masuk, didapatinya pemandangan indah terpampang jelas di depannya.
Baekhyun, pemuda mungil itu tertidur di kursi santai dengan sebuah buku terbuka di pangkuannya, sebelah lengannya lunglai di sandaran kursi dan kepalanya miring setengah tertunduk.
Dia tidak dapat menahan keinginan untuk mengawasi lebih dekat. Dengan langkah pelan tak bersuara, seperti singa mengintai mangsa, didekatinya pemuda mungil itu. Dia berusaha sedekat mungkin, karena hasratnya mendorongnya untuk lebih mendekati Baekhyun.
Ah, betapa cantiknya, sosok mungil dihadapannya ini adalah laki-laki namun, wajahnya polosnya, matanya yang tersenyum kala pemuda itu membuka matanya, kulitnya begitu lembut seperti bayi dengan semu kemerahan yang membuatnya tergoda untuk menyentuhnya, menyusurkan jemarinya di semu kemerah-merahan itu. Dan bibirnya, astaga bibir itu, begitu ranum, basah bagai kelopak mawar yang baru mekar, seolah-olah menggoda para pria jantan untuk menyesap bibir itu hanya untuk merasakan manis alami. Onyx tajamnya menyusuri seluruh keindahan di depannya. Sudah berapa lama dia menunggu saat-saat ini? Menunggu saat-saat pemuda ini berada begitu dekat dengannya?
Ya, sosok Baekhyun ini membuatnya terbangun setelah ditidurkan dengan paksa sekian lama.
Akhirnya dia tidak dapat menahan godaan, dibungkukkannya tubuhnya melingkupi calon anak tirinya itu, kemudian bibirnya menyentuh bibir lembut Baekhyun dengan halus tapi sarat akan nafsu dan hasrat yang mendalam.
"Kau milikku Baekhyun, ingat itu."
.
"Kau milikku Baekhyun, ingat itu."
Bisikan itu begitu lembut sekaligus tegas, seperti dibawa oleh tiupan angin ke telinganya.
Baekhyun tergeragap, mengerjapkan matanya dan langsung terduduk tegak. Matanya memandang sekeliling dengan bingung. Dia masih sendirian di ruangan ini.
Tapi tadi jelas-jelas ada yang berbisik di telinganya, dan kata-katanya itu masih terngiang jelas.
Apakah dia bermimpi ?
Baekhyun mengernyit. Lalu menyentuh bibirnya. Terasa hangat… Seperti ada yang menyentuhnya sebelumnya.
Jantung Baekhyun berdetak cepat. Apakah mimpi bisa terasa sejelas itu? Suara bisikan itu begitu nyata. Sentuhan di bibirnya pun masih terasa hangat.
Tapi... Tidak mungkin kan ada orang masuk ke mari dan menciumnya begitu saja? Dengan putus asa Baekhyun menatap buku di pangkuannya. Sebuah novel sastra romantis karya pengarang Rusia...
Ah, aku pasti terbawa alur novel ini, gumam Baekhyun dalam hati, menarik napas lega. Sekali lagi dia memandang sekeliling, ruangan masih sepi. Tadi dia pasti tertidur cukup lama. Tapi Jessica dan Chanyeol belum juga kembali.
Baekhyun mengangkat bahunya. Well mereka kan pasangan kekasih yang akan menikah, pasti akan lupa waktu jika sedang berduaan.
Dengan pelan Baekhyun berdiri, berusaha melemaskan tangan dan kakinya yang kaku. Lalu dia berjalan mengitari ruangan yang luas itu.
Ruangan ini didesain untuk bersantai. Meskipun di sudut sana terdapat meja kerja yang sangat besar, tapi di sisi lain benar-benar penuh dengan perabotan dan fasilitas yang menunjang kenyamanan.
Dengan tertarik, Baekhyun mendekat ke arah meja kerja Chanyeol. Ada sebuah bingkai foto yang di letakkan terbalik begitu saja. Sengaja? Atau memang terjatuh? Baekhyun mengambil bingkai foto itu dan menegakkannya lagi, matanya mengamati bingkai foto di dalam sana, foto keluarga. Sepertinya itu gambar kedua orangtua Chanyeol dan dua orang anak laki-laki berusia sepuluh tahunan, yang berambut cokelat itu pasti Chanyeol dan…kakak laki-lakinya? Baekhyun mengernyit. Tapi kenapa kedua orang tua Chanyeol seperti orang asli Korea? Dan kakak lakilakinya juga terlihat seperti orang Korea asli. Sedangkan jelas-jelas ada darah asing yang mengalir di tubuh lelaki itu, bahkan majalah-majalah bisnis itupun menyebutnya setengah Inggris.
"Itu orang tua angkat dan kakak angkatku, mereka yang mengasuhku ketika kedua orangtuaku tewas karena kecelakaan pesawat."
Suara yang muncul tiba-tiba di belakangnya itu membuat Baekhyun terlonjak kaget, membalikkan badan, dan langsung menabrak tubuh kokoh yang berdiri di belakangnya.
Chanyeol langsung memegang kedua pundak Baekhyun, menjaganya agar tidak terjatuh. "Maaf aku mengejutkanmu," gumamnya datar.
Baekhyun mengangguk, mundur menjauh, melepaskan diri dari pegangan Chanyeol. "Maaf... Saya... Saya lancang, saya melihat foto ini dan tertarik..."
Chanyeol mengangkat bahu. "Tidak apa-apa, mereka adalah orang tua dan saudara yang kusayangi. Meskipun aku tetap menggunakan nama asli keluargaku, mereka sudah seperti orang tua kandung bagiku."
Baekhyun tersenyum getir, setidaknya Chanyeol lebih bahagia darinya. Lelaki itu kehilangan kedua orang tuanya tetapi tetap merasakan kasih sayang dari orang tua barunya. Sedangkan dia? Ibunya masih hidup, tetapi sang ibu sama sekali tidak mau repot-repot mengurusi kehidupannya.
Omong-omong tentang ibunya... Dimana Jessica? Baekhyun mengedarkan pandangan ke balik punggung Chanyeol tetapi Chanyeol memang datang sendirian. "Jessica menunggu di ruang makan, aku memanggilmu untuk makan siang bersama," gumam Chanyeol, menyadari kebingungan Baekhyun, lalu membalikkan tubuh, "Ayo, kita ke ruang makan."
Mau tak mau Baekhyun mengikuti Chanyeol melangkah ke ruang makan, lelaki itu lalu melambatkan langkahnya sehingga bisa berjalan berjejeran dengan Baekhyun.
"Apa kau senang dengan kegiatanmu tadi?"
"Apa?" Baekhyun terlalu kaget mendengar pertanyaan Chanyeol yang tiba-tiba sehingga tidak mencerna kata-kata lelaki itu.
Chanyeol tersenyum tipis. "Di antara buku-buku itu..."
"Oh iya," jawab Baekhyun buru-buru, "Saya menemukan banyak buku-buku edisi asli yang sekarang sudah sulit ditemukan... Tadi saya terlalu asyik membaca dan bahkan sempat ketiduran," pipi Baekhyun merona.
Chanyeol menoleh dan menatap Baekhyun. "Tapi tidak ada sesuatu yang aneh terjadi padamu kan?"
Baekhyun termangu, pertanyaan macam apa itu? Yang aneh malahan pertanyaan yang diajukan Chanyeol padanya ini.
"Aneh ?" ulangnya bingung.
Chanyeol mengalihkan tatapannya.
"Sudahlah, lupakan," lelaki itu lalu melangkah mendahului Baekhyun. Meninggalkan Baekhyun termangu kebingungan.
Aneh? Apa maksud Chanyeol?
.
Tengah malam dan ruangan itu gelap gulita. Chanyeol memasuki ruang kerjanya dan menghempaskan jasnya di kursi dengan jengkel. Rencananya berhasil tentu saja. Dia sudah berhasil membujuk Jessica dan Baekhyun menginap di rumahnya selama ahkir pekan ini.
Yang tidak diduganya adalah sikap pantang menyerah Jessica. Begitu Baekhyun berpamitan untuk tidur di kamarnya, Jessica langsung berusaha mati-matian untuk merayunya, perempuan itu terang-terangan menunjukkan kalau dia tidak keberatan tidur bersama Chanyeol sebelum pernikahan mereka.
Tentu saja rayuannya tidak menggunakan alasan kelelahan untuk mengusir Jessica agar kembali ke kamarnya sendiri. Dia memang lelah, tapi seandainya dia tidak lelahpun, dia tidak pernah berminat tidur dengan Jessica.
Bukan Jessica yang diinginkannya...
"Sampai kapan kau tahan dengan wanita murahan itu?" suara itu terdengar begitu sinis penuh ejekan, dan Chanyeol langsung berhadapan dengan sosok di kegelapan yang menatapnya.
"Bukan urusanmu," balas Chanyeol dingin, "Lagipula, bukan saatnya membahas tentang Jessica, aku meminta penjelasanmu tentang apa yang kau lakukan pada Baekhyun tadi siang."
Sosok di kegelapan itu tertawa mengejek, sengaja membuat Chanyeol marah.
"Kau tidak bisa menyalahkanku, aku sudah menanti begitu lama untuk melihatnya," sanggahnya tidak peduli.
"Kau tidak cuma melihatnya, kau menciumnya," geram Chanyeol marah, "Kau benar-benar tidak punya otak ya?"
"Aku memang tidak punya otak. Kau selalu bilang aku lebih mirip binatang..." sosok di kegelapan itu mengacuhkan kemarahan Chanyeol, "...Aku menginginkan Baekhyun, jadi aku akan memilikinya, sesederhana itu."
"Kau harus menunggu sampai rencanaku membuahkan hasil!" sela Chanyeol tak sabar.
Lagi, sebuah tawa mengejek menggema di ruangan yang gelap pekat itu. "Kau bilang itu rencana? Merayu ibu Baekhyun untuk kau nikahi? Kau bilang itu rencana? Kau tahu tidak, aku harus menahan jijik ketika melihat kau harus mencium perempuan murahan itu, berpura-pura menikmati mencumbunya," sosok di kegelapan itu menyeringai marah, "...Jessica adalah perempuan murahan yang menjijikkan, membayangkan dia ada di rumah ini membuatku muak."
"Kau harus tahan. Rencanaku ini sudah berhasil menggiring Baekhyun masuk ke rumah ini."
"Lalu bagaimana kau menyingkirkan Jessica? Kau harus segera melakukan sesuatu, Chanyeol. sebelum aku mulai kehilangan kesabaran, cara Jessica meremehkan dan menghina Baekhyun-ku secara tersirat seharian tadi benar-benar mengusik kemarahanku, dan kau tahu kan bagaimana kalau aku marah?" sosok di kegelapan itu mulai terlihat mengancam.
Chanyeol mengernyitkan kening. "Tak akan kuizinkan kau bertindak semaumu sendiri"
"Kalau begitu sebaiknya rencanamu segera membuahkan hasil! Kau tahu sendiri kan akibatnya kalau aku sampai turun tangan? Aku tidak suka ada yang menyakiti milikku, aku akan melakukan apapun untuk membalaskannya."
"Baekhyun bukan Milikmu."
"Dia akan menjadi priaku, milikku. Aku sudah mengatakan janji itu. Baekhyun adalah milikku," sosok di kegelapan itu berucap penuh keyakinan.
Chanyeol menggeram marah. "Kau harus menunggu. Aku tidak mau kau berbuat seperti siang tadi, mendatangi Baekhyun dan menciumnya, menciumnya! Apa kau sadar semuanya akan berantakan kalau saat itu Baekhyun terbangun?"
Sosok di kegelapan itu terkekeh. "Aku hanya mengucapkan selamat datang."
"Kalau begitu jangan sampai kau ulangi lagi. Biarkan aku menangani semuanya dulu. Setiap kau ikut campur hasilnya malah berantakan karena kau mahluk kejam yang tidak pernah memakai perasaan. Aku tidak mau terpaksa menyembunyikan kejahatanmu lagi, mengerti? Jadi tahan dirimu," geram Chanyeol mengancam.
Sosok di kegelapan itu mengangkat bahu. "Baik. Aku akan kembali ke tempatku, duduk di kegelapan dan mengamati semuanya dalam diam. Tapi kesabaranku ada batasnya Chanyeol, kau tahu itu kan? Kau pasti tahu apa yang akan terjadi kalau aku kehilangan kesabaran."
Chanyeol mengernyit mendengar kekejaman yang tidak disembunyikan itu, lalu memegang pangkal hidungnya yang terasa nyeri.
Ini harus segera di selesaikan. Segera! Sebelum dia, mahluk kejam itu, turun tangan dan mengacaukan semuanya...
.
.
...
To Be Continued
...
..
.
P.S Review Please? DO NOT BASH tapi Kritik dan saran sangat diperbolehkan.
