A/N : sejujurnya Nami kurang yakin dg fic ini. Idenya aneh, laganya juga kurang greget dan yang jelas abal2 banget. Gomen ya contoh fic Nami kurang memuaskan. Oh ya inspirasi dari animasi Spongebob, aku tertarik dg kotak rahasia milik patrick. Hehe.. Akhirnya timbul ide ini deh. Yosh slmt membaca aja ya..


A Doll

Disclamer : Masashi Kishimoto

Rate : T

Pair : Kushina U., Minato N

Genre : Mytery, Crime, Romance

Warning : AU, Alur Cepat

.

.

.


Read It—Enjoy It

Chapter 1

.

.

.

"Bibi?" rengek Kushina. Gadis manis pemilik surai merah menawan itu, kini tengah mengaduk-aduk makan malamnya, enggan mengunyahnya sesendok pun.

"Iya Ojou-sama? Ada apa?" tanya seorang maid yang sudah belasan tahun bekerja di keluarga Uzumaki tersebut.

"Tou-san dan Kaa-san kapan pulangnya? Besok hari ulang tahunku, Bi! Aku ingin merayakan ultahku bersama mereka!" Kushina menyingkirkan piring makanannya.

"Kata Ayah Ojou-sama, mereka akan kembali nanti malam. Jadi sekarang Ojou-sama tidur dulu ya! Tengah malam nanti pasti orangtua Ojou-sama akan memberikan Ojou-sama kejutan seperti malam-malam ultah Ojou-sama sebelumnya!" ia tersenyum ramah.

Kushina menghela nafas. Dengan berat hati, Ia pun beranjak dari ruang makan itu. Ia berjalan gontai menuju kamarnya di lantai 2.

Sesampainya di kamar miliknya yang bernuansa lily putih. Kushina pun beringsut ke tempat tidurnya. Menarik selimutnya, lalu mencoba membenamkan diri di alam mimpi.

Tepat tengah malam. Pintu kamarnya diketuk seseorang.
Tok..Tok...Tok...
"Kushina buka pintunya!" jerit orang itu.

"Paman Jiraiya?" gumam Kushina yang lantas beranjak dari tempat tidurnya. Ia pun membuka kunci pintu kamarnya.

Cklek.. Krieett..
Deg...
Tanpa di duga-duga Jiraiya langsung memeluk Kushina dengan air mata bahagia. Kushina dapat merasakan pakaiannya mulai lembab. Lantaran pakaian yang dikenakan Jiraiya basah kuyup.

Ada apa ini?

"Kau selamat Kushina! Ayo! kita harus segera meninggalkan rumah ini sebelum keberadaanmu dilacak!" ujar Jiraiya dengan nada kecemasan tersirat jelas di setiap penekanan katanya. Dia mengamit tangan Kushina.

"Kita akan kemana paman? Dan a-apa yang terjadi? Dimana Tou-san dan Kaa-san?" tanya Kushina mulai dibingungkan dengan keadaan yang baru saja menimpanya.

Jiraiya masih terus menyeret Kushina keluar rumah. Ia lantas menyuruh Kushina untuk cepat masuk ke dalam mobilnya.

Ia pun melajukan mobilnya, tak peduli dengan derasnya air hujan pada malam itu. Bisingnya riak hujan membawa kedua manusia ini terhanyut dalam pikiran masing-masing.

xxx

Sebulan selepas malam itu. Kushina tak lagi tinggal di Uzushio melainkan ia sengaja di pindah ke Konoha. Dengan identitas baru, lingkungan yang baru, pun hidup yang baru. Kushina kembali menyambung hidupnya. Ia kini hidup mandiri. Dengan apartement yang disewakan oleh Jiraiya. Walau sempat beberapa hari Kushina tinggal bersama Jiraiya. Setelah semua hal tetek bengek yang berurusan dengan identitasnya selesai. Jiraiya lebih memilih, Kushina hidup sendiri di apartement. Lantaran ia merasa itu akan jauh lebih aman ketimbang Kushina bersama dengan dirinya.

Dibantu oleh keponakannya—Minato yang kebetulan tinggal bersebelahan dengan apartement yang ditempati Kushina. Jiraiya memandatkan agar Minato menjaga Kushina.

Dialah orang yang selalu menemani hari-hari Kushina. Walau di perkenalan awal. Kushina sempat bertingkah tak mengindahkan bagi Minato. Namun, lambat laun Kushina mulai menghargai keberadaannya.

Minggu pagi, Kushina berencana untuk mengunjungi sahabat ayahnya itu—Jiraiya. Ia pun bergegas menuju ke kediaman Jiraiya. Ia lebih memilih angkutan umum yang dirasa lebih aman dan tak mencurigakan. Memang semenjak ia pindah, ia harus pandai-pandai mawas diri.

Di Konoha dia tak banyak memiliki teman, dia hanya berteman dengan Mikoto—kekasihnya Fugaku. Fugaku sendiri ialah teman baik Minato. Perihal itulah yang membuatnya mau berteman dengan Mikoto. Lantaran di kota seberang ini ia tak mempercayai siapapun terkecuali Jiraiya dan Minato.

Terlebih adanya teka-teki tentang hilangnya kedua orang tua Kushina tepat di malam ulang tahunnya. Hingga detik ini, Kushina tak tahu menahu. Sempat ia menanyakan hal ini kepada Jiraiya. Namun rupanya pria paruh baya itu belum siap menjelaskan situasi yang mengingungkan ini kepada Kushina.

"Kau pasti akan mengetahuinya Kushina! Tapi bukan sekarang!" itulah klausa yang selalu menjadi jawaban setia setiap pertanyaan itu terlontar.

Kushina mendengus kesal, apa ia tak berhak tahu akan kabar kedua orang tuanya? Ini tak adil.

Setibanya di kediaman Jiraiya. Ia menatap sejenak keadaan rumah itu. Sepi. Seperti biasa. Kushina hendak menyambung langkahnya.

Namun, tiba-tiba seseorang membekap mulutnya dari belakang. Menyeretnya dengan paksa. Kushina terus meronta, hingga dia hendak menjatuhkan lawannya.

Deru nafas hangat itu berhembus tepat di daun telinga Kushina. Membuat gadis magenta ini bergidik seketika. "Diam jangan memberontak! Atau aku peluk nanti!" ujar orang itu.

Suara bariton ini? Kushina mengenalnya, ini terlalu familiar baginya. Gadis itupun mengerang, ia lantas menggigit tangan yang membekap mulutnya.

"Awww." teriknya merintih kesakitan, seketika Kushina lekas menyikut dada orang itu dan melepaskan diri dari jeratannya.

"Kenapa kau memukulku?" tanya orang itu.

"Itu hukuman! Karena kau telah berani mempermainkanku! Dasar durian jelex!" sungut Kushina.

Ia lantas hendak berlalu. Namun, tangan itu mencegahnya.

"Ikuti aku! Kita dahului polisi-polisi tak becus itu!" ujarnya dengan keseriusan. Kushina hanya mengangguk, ia cukup paham apabila Minato telah menampilkan raut keseriusan itu tandanya dia benar-benar serius.

Minato mengamit tangan Kushina, mencari pintu rahasia yang hanya diketahui oleh dirinya, sang empunya dan Kushina.

Kushina mengernyitkan dahi. "Memangnya apa yang terjadi, Minato?" tanya Kushina bingung. Hatinya berasa sangat gusar.

Apa yang terjadi dengan paman? Kushi tak ingin dia kenapa-napa. Ku mohon Kami-sama jaga dia baik-baik.

Lamunan Kushina membuyar, tatkala langkah mereka telah berhenti. Tepat disalah satu lorong rumahnya. Sungguh ironi, rumah itu jauh dari kata rumah sekarang. Bak badai yang menghantam, rumah itu lebih mirip kapal pecah. Semua berantakan.

Kushina menggigit bibir bawahnya, ia berjalan gusar menyusuri lorong rumah itu. Darah? Dia menemukan goresan darah yang menempati dinding rumah Jiraiya-san yang putih. Ia terus menelusuri ruangan itu, hingga bercak-bercak darah kini ikut andil menodai lantai rumah.

Pikirannya pecah, Minato lekas merangkul bahu Kushina. Membawa Kushina ke ruang keluarga. Dimana-

Tenggorokan Kushina tercekat, seorang mayat laki-laki paruh baya tengah terkapar naas di lantai sana. Ia lekas menghampirinya. Menatapnya dengan sendu. Violetnya berkaca-kaca. Namun tangis, air mata serta isak pun masih tertahan.

Minato menghela nafas, ia lalu menyentuh tangan dingin itu. "Menangislah, Kushina!" ujar Minato lembut.

Tes..
Satu bulir air mata merobohkan pertahanannya.
Tes..
Satu lagi meluncur keluar menapaki pipi porselen Kushina.

"Keluarkanlah semua!"

Di detik itu Kushina langsung menangis terisak pelan. Bayangan akan pamannya yang menggenggam tangannya, menenangkan dirinya yang tengah menangis lantaran desas desus tentang orang tuanya, seketika terlintas dalam benak. Pria paruh baya itu tak jarang bertandang ke apartement Kushina hanya untuk memastikan kalau dia baik-baik saja.

Tingkah mesumnya kepada wanita-wanita yang selalu sukses membuat Kushina geram.

Guyonannya, senyum erotisnya, persetan dengan novel yang tak kalah erotis dengan otaknya, keseriusannya dalam membantu Kushina.

"Jangan kau tahan! Lepaskan semua." Minato meremas tangan Kushina.

Membuat gadis ini kian meraung, bayangan Jiraiya-san kian memenuhi otaknya. Hati Minato tergerak, pemuda itu mendekap Kushina. Mengelus pelan punggung rapuhnya, bibirnya tak henti-hentinya merapalkan kata-kata yang diharap mampu menenangkan Kushina.

Gadis itu mencengkram kaos yang dikenakan Minato. Ia meraung selepasnya dalam dekapan Minato.

Mungkinkah aku sendiri? Benar-benar sendiri sekarang? Di dunia yang kejam ini? Kaa-san? Tou-san? Kushina ingin bersama kalian.

"Ssstt.. Tenanglah Kushina! Jangan khawatir aku akan selalu ada bersamamu, disampingmu! Kau tak sendiri!" ujar Minato seolah-olah dia mampu membaca pikirannya. Kushina kian mempererat dekapannya. Minato mengecup lembut puncak kepala Kushina.

xxx

"Apa kau sudah membaik? Lebih baik kau beristirahat dulu! Biar aku saja yang akan menyelidiki kasus ini!" ujar Minato menawarkan diri, ketika melihat gadis itu terus berkutat mencari petunjuk atas kasus pembunuhan berencana itu.

Kushina menggeleng lemah. "Tidak! Aku jauh lebih baik dan aku akan semakin lebih baik jika aku berhasil menemukan siapa pelaku pembunuhan kedua orang tuaku dengan pamanku!" ujar Kushina masih serius mengamati seluruh ruangan TKP itu. Berharap secuil petunjuk ditinggalkan Jiraiya-san. Lantaran ia yakin, pamannya itu pasti meninggalkan suatu petunjuk. Dia seorang perencana yang cukup cerdik.

Minato tersenyum penuh arti.

Inilah Kushinaku! Pantang menyerah.

"Jadi Minato bagaimana kau bisa tahu kalau paman dibunuh?" Kushina membuka percakapan.

"Pagi tadi aku bertandang ke sini hendak menanyakan disk yang disimpan oleh Jiraiya-san. Tapi keadaan rumah benar-benar sepi. Lalu aku curiga, aku menyelinap masuk lewat pintu rahasia. Dan pagi itulah aku menemukan mayatnya. Dari bau darah serta warna darah yang masih segar. Jiraiya-san dibunuh dini hari tadi!"

"Kau bilang disk?" tanya Kushina lekas menghadap ke arah Minato yang tengah berdiri di belakangnya.

"Iya! Benda itulah yang mereka cari. Karena tanpa sepengetahuanmu. Jiraiya-san sudah mendapatkan bukti yang cukup untuk menyeret sang pelaku ke ranah Hukum. Hanya saja kami masih ragu, siapa dalang dari permainan ini!"

Kushina mengepalkan tangannya. "Kenapa kalian tak memberitahuku?" bentak Kushina.

"Kami hendak memberitahumu nanti siang! Tapi takdir telah lebih dulu dari kita." sanggah Minato.

"Lantas apakah disk itu berhasil dicuri oleh mereka?" Kushina menyipitkan mata. Menatap Minato yang masih dalam ketenangannya.

Apakah dia tak merasa kehilangan akan sosok pamannya?

Minato tersenyum simpul. "Aku meragukan hal itu! Memang mereka berhasil membobol sistem keamanan rumah ini! Tapi mereka tidak akan bisa menyentuh disk itu! Karena Jiraiya-san pernah bilang padaku dia telah menyimpannya ke tempat yang aman!"

Kushina mengernyitkan dahi. "Dimana?"

"Pertanyaan itulah yang harusnya kita jawab sekarang! Aku yakin jika Jiraiya-san pasti meninggalkan suatu petunjuk! Sekarang kita hanya harus mencari petunjuk itu!" senyumnya. Ia lantas kembali menyelidiki ruangan itu.

Ruang keluarga, saksi bisu pembantaian itu terjadi. Kushina terdiam sejenak. Ia lantas berinisiatif memeriksa keadaan Jiraiya-san kembali. Siapa tahu ia bisa mendapat petunjuk dari pakaian yang Jiraiya-san kenakan. Ia pun beranjak.

DUGH
Bukan Kushina kalau tak ceroboh, ia tersandung kaki meja membuat bingkai foto yang ada di atas meja terjatuh. Ia pun berjongkok hendak memungut foto itu. Namun netranya mendapat objek lain yang lebih mencurigakan. Ia lantas memotretnya.

Di detik berikutnya, sirine polisi menyala bising diluar sana. Minato lantas menarik tangan Kushina. Mengajaknya segera pergi dari rumah itu.

"Jangan sampai mereka tahu! Kalau tidak nyawamu bisa bahaya!" ujar Minato masih mengamit tangan Kushina. Mengajaknya untuk lari.

Kushina hanya terdiam, apa yang dikatakan Minato ada benarnya juga. Mereka keluar dari pintu rahasia yang berada di dapur.

xxx

"Jadi kalian tak mendapat petunjuk sama sekali?" tanya Shikaku geram. Selepas Minato menceritakan kronologi kejadian mengenaskan yang menimpa pamannya tersebut. Minato dan Kushina hanya terdiam.

Shikaku mengerang frustasi, pemuda nanas itu adalah teman baik Minato yang paling ahli dalam strategi. Shikaku dan Fugaku juga turut membantu Minato dan secara tak langsung mereka juga membantu Kushina.

Di detik berikutnya Kushina memberanikan diri untuk menyerahkan sesuatu yang didapatnya. "Mungkin ini bisa membantu!" ia menyodorkan ponselnya. Menampilkan sebuah gambar dimana deretan angka itu terekspos, yang menarik bagi Kushina bukan deretan angka itu. Melainkan tinta yang digunakan. Tintanya dari darah.

Minato lantas menyabet ponsel itu dan memperhatikan dengan seksama. "Kau mendapatkan ini dari mana?" tanya Minato penuh selidik.

"Sewaktu aku mengambil bingkai foto yang terjatuh di bawah meja. Aku tak menyangka selera paman yang menyukai meja dengan kaki tinggi ini cukup berguna!" Kushina terkikik sesaat. Dua pemuda di hadapannya hanya mengernyitkan dahi.

"Lalu?" tanya Shikaku terlanjur penasaran.

"Tanpa sengaja aku melihat deret angka itu di dinding paling bawah. Aku tertarik lantaran tintanya berwarna merah seperti darah. Aku menduga jika paman terjatuh tepat di depan meja itu, lantas dia berinisiatif menulis angka-angka itu dengan darahnya. Yang kemudian pembunuh itu datang dan menendang paman hingga menghempas dinding. Dan menghabisinya langsung disana." Kushina mengepalkan tangannya.

"Bagaimana kau bisa yakin dengan dugaan kronologi kejadian versimu itu?" tanya Shikaku.

"Bercak darah, Shikaku!" jawab Kushina singkat. Tanpa penjelasan lebih detail lagi Shikaku sudah paham.

"Lantas deret angka 254542113211 berarti apa?" tanya Kushina.

Minato memberikan ponsel itu kepada Shikaku. "Ini sebuah kode! Shikaku aku berharap kau dapat memecahkan kode itu!" Shikaku memperhatikan ponsel tersebut lantas mengangguk.

Di sisi lain seseorang tengah terseyum miring menatap layar monitor ipadnya. Ia tengah asik menonton dua orang yang tengah berkutat di dalam rumah itu. Gadis magenta dengan pemuda jabrik.

"Oh jadi dia putri pasangan sialan itu? mencoba balas dendam ya? dengan bantuan keponakan detektif mesum itu? Cukup menarik! Kita lihat saja, sejauh mana pergerakan mereka." seringai orang itu.

xxx

Kushina menghela nafas berat. Ia tengah terduduk lemas di taman rumah keluarga Nara. Lagi, ia harus kehilangan orang yang disayangnya. Jiraiya-san pamannya yang menjengkelkan menurutnya lantaran sifat erotis yang ia punya. Tapi, se-erotis apapun pamannya itu. Kushina sangat menyayanginya dan merasa kehilangan atas kepergiannya.

Seseorang menyentuh bahunya. Membuat Kushina menegang seketika. Ia lantas menoleh menatap cengiran lebar yang sosok itu paparkan.

"Kau mengejutkanku tuan Durian!" ketus Kushina. Yang di amuk hanya terkekeh lalu duduk disampingnya.

"Kau masih sedih atas meninggalnya paman Jiraiya?" Kushina hanya menunduk lesu.

"Tenang saja! Setelah kode itu terpecahkan kita bisa menemukan disk itu dan mencari pelakunya. Data yang telah dikumpulkan Jiraiya-san lebih dari cukup untuk membongkar kasus pembunuhan berencana ini!"

"Aku tak menyangka jika paman bekerja lebih keras demi mendapatkan data-data pembunuh sialan itu hingga ia membahayakan nyawanya sendiri!"

Minato tersenyum. Ia menyentuh dagu Kushina, mengangkat wajah sendu itu. Safirnya mengikat violet indah di hadapannya.

"Itu bukti bahwa Jiraiya-san sangat menyayangimu! Itu bentuk cinta kasihnya, Kushina!" ujar Minato lembut.

TBC...

A/N : Hwaaa ngebosenin ya? yosh, minat eninggalkan jejak? Nami suka loh sama keripik sambalado.. karena itu bisa membangun semangat Nami.. jadi jaangan sungkan sungkan ya.. arigatou :D

- Kuronami-71 -

Jum'at, 8 Juli 2016