Death Note © Tsugumi Ooba & Takeshi Obata
Endless © Jong Aeolia
Terinspirasi dari: our invisible love © tukiyem (a hetalia – axis power's fanfiction)
Keterangan: kemungkinan mengandung unsur AU - AR dan OOC. bisa jadi sekuel dari 'Bayu'.
Catatan: jika kamu membuka ini, better dibaca saat parameter galau berada di puncak. dan terimakasih buat yang baca fanfik-fanfik saya sebelum ini ;"D
…
Abadi,
sejoli yang saling berbagi kasih.
Satu sore cerah di hari Sabtu, memakukan bokong di bawah bayang-bayang rindang willow, puas mandi cahaya jingga, berselimut hamparan poppy, dan novel favorit berbaring manja di pangkuan. Melankolis lagi klise, macam fiksi picisan atau opera sabun yang ditayangkan ulang. Toh bukan salahnya terlahir sebagai wanita dengan selera sentimentil. Terkadang ia juga butuh ini—merasakan, dan meninggalkan di rumah seluruh peralatan lukisnya—media penuang perasaan.
Sepoi angin bergemerisik melewati sepasang cangkir keramik, yang satu tinggal separuh isi sedang pasangannya masih penuh, teh di dalamnya beriak menyahut riang. Senyum terbit sebelum matahari tergelincir dari singgasana ke dekapan peraduan.
"Selamat sore, Matt."
Pemuda di sampingnya, yang punggungnya digelitiki rumput-rumput jenaka, tersenyum dengan mata terpejam seraya membalas bisu: Selamat sore, Gadisku.
Bibirnya dan bibir cangkir bertemu, mengabaikan cangkir yang isinya masih utuh. "Aku rindu kamu," terucap lirih, teredam sesapan teh yang terjun bebas ke dalam tenggorokan.
Pemuda itu mendengar bisikannya, tersenyum kian lebar selembut beludru. Menggenggam tangan kirinya dengan tangan kanan, rantai perak penghubung pergelangan mereka bercumbu mesra.
Aku tahu. Aku sayang kamu, Linda.
Selembar daun jatuh mengapung di atas teh yang tak tersentuh. Satu lagi sore cerah di hari Sabtu berlalu.
Dia gadis yang jatuh cinta. Berjalan di atas runcing beling.
Karena dia gadis yang jatuh cinta. Guyur hujan meredam rintih perih nyaring.
Dia hanya gadis yang jatuh cinta. Dia jatuh cinta pada sekuntum mawar kering.
