mine truly (only in the morning)
krusherlover

Tangan pucat meraba-raba dari balik selimut tebal. Suara alarm bergema pelan, tapi terdengar. Empat dinding ruangan kamar sederhana menjaga keributan tetap tinggal di luar, meninggalkan keheningan yang menonjolkan suara alarm pelan sekalipun. Jam digital menunjukkan angka 6.01 AM ketika akhirnya tangan itu menemukan alarm dan seketika suara tersebut hilang digantikan sunyi.

"Suara sekeras itu saja tidak bangun, dasar..." gumamnya entah pada siapa.

Tapi, baguslah kalau tidak bangun. Memang itu tujuannya, kan?

Di saat pagi, di saat matahari belum naik benar dan dia yang masih lelap, Sasuke bisa menikmati setiap detik yang lalu hingga kedua mata biru itu terbuka menyambut hari. Dibalut selimut tebal dua pemuda berbagi kehangatan dalam hening. Dada yang naik-turun teratur dan deru napas hangat yang menyapu pipi. Semua hening, damai, tenang dalam dunia kecil mereka.

Futon yang halus menjadi landas mereka terlelap terasa halus di kulit yang tak tertutup baju piyama. Kipas angin kecil berdiri tak jauh di sana, diam tak menyala. Buat apa? Dia sudah cukup nyaman dalam kehangatan ini.

Setiap pagi inilah rutinitas Sasuke. Jauh dari ramainya kehidupan, ia akan bangun satu jam lebih awal. Untuk merasakan dekapan hangat yang merasuk hingga ke tulang, untuk melihat rambut emas yang berantakan bersandar di bahu pasangan.

Ini adalah hal yang egois. Tapi, Sasuke memang egois. Ia tak bisa melarang Naruto, pemuda yang masih sibuk bergulat dengan mimpi di sampingnya ini, untuk pergi bebas menjalani hari. Hanya pada momen-momen seperti ini Naruto Uzumaki menjadi miliknya utuh nan penuh. Hangat dan hidup, dekat dan erat dalam jangkauan. Tak harus ia berbagi dengan orang lain, tak harus ia maklum pada yang lain. Ia bisa bebas menghabiskan enam puluh menit dari harinya dengan Naruto. Tanpa harus sembunyi, tanpa malu-malu.

Ia mencintai pemuda ini. Sungguh.

Naruto yang mereka kenal, Naruto yang dunia tahu. Naruto yang berisik. Naruto yang ceria. Naruto yang tak pernah lupa tersenyum. Naruto yang menghabiskan bermangkuk-mangkuk ramen di jam makan siang. Naruto yang berbuat jahil hanya untuk memancing tawa. Naruto dengan tawanya yang mengajak orang lain tertawa pula. Naruto yang loyal dan setia pada semua yang ia sayang dan cinta.

Tapi, ini... Naruto yang ini adalah miliknya. Tenang, damai. Hangat. Hidup. Di sisinya, dalam pelukannya. Semakin ia menatap wajah pemuda ini, semakin ia mencintainya. Semakin ia merasa pemuda ini, semakin dalam kasihnya. Tak bosan ia pada dia yang selalu ada. Segalanya akan dia adalah milik Sasuke semata. Tak terbagi, tak terpecah di pagi di dunia milik mereka sendiri.

Walaupun tangannya yang tertindih tubuh Naruto kini mulai mati rasa, ia tak berani bergerak. Bagaimana jika Naruto terbangun? Tidak, tidak, Sasuke ingin memperpanjang waktunya ini selama mungkin. Waktunya untuk merasa dengan seluruh inderanya betapa sempurnanya pemuda yang tak sempurna ini di dekapannya. Walaupun begitu, ia tak bisa menahan tangannya yang bebas masuk ke dalam balutan selimut lagi dan meraih tangan berkulit kecokelatan ke genggaman tangannya. Hangat.

Naruto selalu hangat.

Berbagi panas tubuh menghangatkan fisiknya. Bersama dengan Naruto menghangatkan hatinya dan jiwanya.

Dia merasa cukup. Tapi, belum.

Dia masih punya lima puluh menit. Biarlah detik berlalu di bawah selimut dengan hati yang hangat.

-fin

disclaimer: naruto is not my work and I don't make any profit with this story.