Runaway Baby
~Cocaines
Disclaimer: semua karakter milik JK Rowling. Sedikit terinspirasi dari TV Series Jason Isaacs: DIG (di USA network) dan Awake (di NBC)
Pairing(s): Draco Malfoy/Harry Potter, Harry Potter/Tom Marvolo Riddle, Draco Malfoy/Lucius Malfoy
A/N:
1. Ini series pertama author. Soalnya author udah bosen bikin oneshot mele. untuk fic fic author sebelumnya, Silahkan cek archive!.
2. Author seneng deh kalau kamu udah mau baca. Tapi author lebih seneng lagi kalau kamu kasih review.
Selamat membaca!
.
.
Prolog
.
.
Draco Malfoy. Seorang remaja manis yang tengah duduk di gazebo kolam renang sekolahnya. Rambut indahnya yang berwarna pirang platinum bergerak kesana kemari tertiup angin yang tembus melalui celah gugusan pohon cemara. Membuat siapapun terpukau melihatnya.
seperti biasa, Ia mulai mengeluarkan buku catatannya. Di jam jam sore seperti ini, Draco memang sering duduk di tempat ini sambil menulis berbagai variasi puisi. Iapun ikut merasa terhibur dengan melihat senior seniornya yang sedang mengikuti ekskul renang. Tak terkecuali dia.
Harry Potter. Senior Draco yang merupakan salah satu atlet renang terhandal di sekolahnya. ia satu angkatan lebih dulu dari Draco. Selain karena badan kekarnya, Draco juga menyukai Harry karena dia orang yang ramah. Ia juga tak segan segan melindungi Draco. Sudah Tak terhitung berapa kali dalam setahun ini Harry membantunya ketika ia dibully oleh berbagai penghuni sekolah.
Draco ingat saat beberapa minggu lalu ia mendapat masalah. Saat ia melewati kelas kelas tetangga, beberapa dari mereka langsung menyemprotnya dengan air bekas cat.
"Ferret kuning sekarang warna warni ya?" ledek salah satu dari mereka yang tertawa tawa. Membuat Draco nyaris menangis. Dan disaat itulah Harry langsung datang membelanya.
"Kalian ingin bermasalah dengan dia?, maka kalian harus bermasalah denganku dulu." Marahnya mengacungkan tinju. Para siswa siswa busuk itu langsung menghambur.
Draco tidak akan pernah melupakan kejadian kejadian itu.
Iapun kembali terpukau saat menatap ke arah Harry yang sekarang sedang melompati papan. Badannya yang kekar basah kuyup terkena deburan air. Dan saat Harry muncul kembali ke permukaan, ia langsung menyadari keberadaan Draco dan segera menyahutnya.
"Dray! Tulis puisi tentangku ya!" pekiknya.
Draco tertawa renyah. "Oh! Kau selalu meminta seperti itu!. Aku sudah membuatkan 12 untukmu minggu minggu lalu!"
"Terserah! Pokoknya aku mau lagi!" Balasnya. kemudian Ia kembali mengenakan kacamata renangnya dan menyelam kebawah air. Draco masih tertawa riang melihatnya dari gazebo.
Draco sudah menulis puisi tentang siapa saja. Tentang dirinya sendiri, Ibunya, Ayahnya, lingkungan sekolahnya yang menyedihkan, bahkan Harry. Tentu saja, Draco tidak akan pernah menolak tawaran dari Harry walaupun ia udah 12 kali membuat puisi tentangnya.
Dan untuk yang ke 13 ini, Draco membuka catatan khususnya dan mengisi tinta pena spesialnya dengan warna merah tua. Kemudian iapun mulai menulis.
Senyumnya merekah diselimuti ombak ombak.
Semua orang terpana melihatnya.
Namun aku lebih dari mereka.
Draco sempat memikirkan kalimat yang bagus untuk baris selanjutnya. Pandangannya kembali tertuju kepada Harry yang sekarang sedang menaiki tangga menuju ke papan lompat paling tinggi. Dengan pemandangan sekilas itu, iapun mendapat ide.
"Aha!-" ujarnya pelan, tersenyum, bersiap untuk menulis lagi. Tapi semuanya terhenti ketika sebuah telapak tangan besar menyentuh bahunya. iapun berbalik, Dan Lucius Malfoy berdiri tepat dibelakangnya. "Father?"
"Kamu seharusnya menunggu di Lobby. Saya mencarimu kemana mana. Apa yang kamu lakukan disini?"
Astaga, Draco benar benar lupa ini sudah sore. Ia seharusnya menunggu Lucius di Lobby. Dan yang jelas juga, ia tidak bisa menjelaskan kalau ia disini sedang melihati Harry. Itu alasan konyol yang akan membuat ayahnya semakin marah. Draco berusaha mencari alasan lain. Bibirnya berkedut kedut.
"A-aku sedang mengerjakan tugas.." Ujarnya bohong mengangkat buku catatan dan pena penanya. Lucius hanya menggelengkan kepala.
"Sudah, ayo pulang," Balas Lucius tersenyum mengacak acak rambut platinum Draco.
"Yes, Father,"
Mereka berdua berjalan meninggalkan kolam renang itu. Draco sempat berbalik melihat Harry yang masih asik bermain air disana. nampaknya Harry sama sekali tak menyadari kepergiannya.
Namun sebenarnya tidak. sembunyi sembunyi, Harry bisa melihat kepergian Draco dengan...pria yang jubah dan rambut panjangnya berkibar kibar. 'itu pasti Ayahnya' pikir Harry.
Harry segera bangkit dari kolam renang sesaat setelah Draco dan Lucius hilang dari pandangan.
"Hei! Mau kemana?" tanya pelatih Harry. Memekik.
"Saya sudah selesai," Jawabnya terburu buru.
.
.
Di mobil, Draco kembali mengeluarkan catatannya. Ia ingin menulis dengan tenang. Tapi sayangnya Lucius langsung memulai percakapan.
"kamu harus berhati hati dengan orang tak dikenal, Draco"
Draco mengernyitkan dahinya. Tidak biasanya ayahnya memulai percakapan seperti ini. "Memangnya kenapa, Father?" Lucius nampak menyetir dengan gelisah.
"Tidak apa apa. Hanya saja-" Balasnya berdehem "ada kasus baru,"
Draco menangguk, mengingat perkerjaan ayahnya sebagai pengejar buron andalan kepolisian. Baguslah kalau Lucius memperingtinya.
"Yes, Father. terima kasih karena sudah memperingatiku,"
"Sama-sama, Love. Kau mau makanan?"
Draco kembali terkejut mendengar ayahnya berkata Love. Sudah lama sekali Lucius tidak memanggilnya begitu.
"ya, aku sedikit lapar...sebenarnya,"
Kemudian Lucius memarkirkan mobilnya didepan sebuah swalayan. Draco nampak bingung saat ayahnya mengeluarkan revolver dari dalam kotak dibawah jok mobil. Juga beberapa poster buronan.
.
.
Sementara di sisi lain, Harry Potter sedang melakukan Video Call dengan seseorang.
"Apa laporanmu, Harry?" tanya orang itu dibalik telefon. Seorang pria 30 tahunan dengan rambut hitam legam dan mata merah menyala.
"Saya melihat dia,"
"Dia siapa?"
"Target utama anda, Sir." Harry terdiam sesaat. "Lucius Malfoy,"
Lawan bicara Harry tersenyum lebar. Menunjukan gigi gigi tajamnya. "Dimana kau melihatnya?"
"Di sekolah." Balas Harry "Saya tidak bisa menunjukan diri secara spontan, Sir. Saya takut kalau dia mengenali saya,"
"Tidak apa Harry. Bravo, Bravo," Dia menepuk tangan dengan riang. "Setidaknya kau sudah membuat satu langkah pergerakan. Jadi suatu hari nanti saya punya rencana alternatif untuk mengebom seisi sekolahmu"
Dia tertawa. Dan Harry hanya menelan ludahnya ngeri.
"Terus gali informasi tentang target kita, Harry. Kau sudah selangkah lebih maju dari mafia mafia saya yang lain."
Harry hanya memandangi lelaki itu mendekatkan mulutnya pada mikrofon.
"memang beruntung sekali saya memungutmu waktu itu. Saya harap kamu ada disini. Jadi kita bisa merayakannya bersama sama" ucapnya yang secara tak wajar menjilat bibirnya.
Harry hanya diam. Ia tidak ingin mengingat kejadian saat ia diperkosa oleh lelaki itu. Tidak ingin lagi.
Namun Harry tahu sebenarnya lelaki itu menyayanginya. Tentu ia tahu.
"Laporanku selesai," Tukas Harry.
"Silahkan tekan end call, Dear. Saya ingin kamu yang mengakhirinya,"
"Yes, Sir,"
Kemudian Harry menekan tombol end call pada ponselnya.
.
Lelaki itu masih tersenyum riang bahkan setelah Harry mengakhiri obrolan.
Di dinding rumahnya yang remang remang itu, tertempel banyak selebaran poster buron bertuliskan namanya sendiri dalam berbagai pose.
'TOM MARVOLO RIDDLE ALIAS LORD VOLDEMORT. DICARI HIDUP ATAU MATI'
Nama yang terpampang sama seperti nama yang ada di poster buron milik Lucius. Ia menempelnya di lahan parkir swalayan sore tadi. Sementara Draco hanya menunggu dengan heran di dalam mobil.
.
Namun sejauh ini, Harry tidak pernah memberi tahu Tom apapun tentang Draco. Bahkan keberadaannya yang sangat dekat.
Harry takut kalau ia telah mencintai anak itu.
.
.
Bersambung ke bagian satu...
