My Precious
Chapter One
YAOI, AU, OOC, Sad/Angst, Romance, Drama
TAORIS as maincast
All casts belong to theirself and God
.
.
.
Enjoy!
.
.
.
"Annyeong, Tao imnida. Nama gege ciapa?"
"Gege kenapa di cini? Gege tidak punya teman?"
"Tao juga tidak punya teman. Uhmmm ..., oh iya! Tao punya Mistel Panda! Mistel Panda adalah teman Tao, hehe~"
Namja kecil itu mengulurkan tangan kanannya untuk mengajak bersalaman. Tangan kirinya memeluk erat sebuah boneka yang dinamainya Mister Panda. Namja tinggi yang memasang wajah flat di depannya hanya diam. Ia sebenarnya ingin menyambut uluran tangan si namja kecil, tapi ia terlalu malu. Bagaimanapun ia baru saja pindah ke lingkungan ini kemarin sore. Ia masih butuh penyesuaian diri.
"Ung? Gege kenapa diam, eoh? Tao padahal mau mengajak gege main belsama Mistel Panda. Iya kan Mistel Panda?" tanya Tao pada bonekanya yang hanya bisa tersenyum kaku. Kris hanya memandang boneka panda itu dengan seksama. Boneka itu lebih gemuk daripada tuannya sehingga sang tuan harus susah payah membawanya.
"Gege? Hello?" tangan Tao melambai di depan wajah Kris.
"Ah!" Kris terkaget tanpa sengaja ia berteriak kecil, "Namaku Kris." ucapnya lalu mengambil tangan kanan Tao. Mereka berdua bersalaman. Senyum kecil tersungging di bibir Kris.
.
.
.
Kris melangkahkan kakinya melewati ruang tamu rumah keluarga Huang. Ia bertemu dengan ibu Tao di dapur dan langsung memberi salam. Seperti biasa ia akan langsung lari ke lantai dua di mana kamar Tao berada.
CEKLEK
"Baby panda ..."
"Gege!" pekik Tao saat melihat wajah Kris menyembul di pintu kamarnya. Tao menyamankan kepalanya di dada bidang Kris yang hangat. Kris hanya tersenyum kecil sambil mengelus pelan punggung kekasihnya. Bisa dilihat di meja pendek samping mereka terdapat banyak sekali buku-buku tebal. Tao mungkin belajar keras hari ini, pikir Kris. "Apa saja yang kau pelajari hari ini, sayang?"
Tao melepas pelukan mereka dan menumpuk semua bukunya, "Tao belajar banyak sekaliii ... sebenarnya Tao ingin belajar sampai malam hari. Tapi Kyungsoo seonsaengnim menyudahi pelajaran dan tidak memberi PR sama sekali ... " Kris hanya mengacak pelan rambut Tao, "Ok, nanti malam gege akan memberimu banyak PR."
"Ania! Tao tidak mau! Kalau gege yang memberi Tao tidak akan bisa mengerjakan sama sekali." protesnya sambil melipat tangan di depan dada.
"Tidak. Kali ini gege akan memberikan soal mudah."
"Ania. Tao mau tidur saja. Huh!"
Kris gemas dengan tingkah kekasihnya. Ia menggelitik perut Tao, Tao terkikik sambil meminta ampun. Kris segera menghentikan gelitikannya ketika mendengar napas Tao yang berbunyi kecil, tanda bahwa ia terengah-engah.
.
.
.
Tao adalah seorang anak yang dilahirkan di tengah keluarga yang berkecukupan. Saat ia lahir, semua orang menunggunya. Tapi ia membuat semua orang kaget karena ia tidak menangis begitu melihat dunia dan tubuhnya membiru. Ia sudah menderita kelainan jantung sejak dalam kandungan, tapi Nyonya Huang bersikeras mempertahankannya mengingat inilah kesempatan terakhirnya untuk memiliki seorang anak dari rahim sendiri. Terlalu sering mengalami keguguran membuat rahimnya tidak bisa dipertahankan lagi.
Dengan segala pengobatan yang diterimanya sejak kecil, tidak memungkinkan bagi Tao untuk bersekolah di sekolah biasa. Ia menjalani home schooling dan bisa ditebak, ia tidak mempunyai teman karena hal itu. Tapi, ketika berumur 4 tahun, seorang anak laki-laki bertubuh tinggi pindah ke rumah di sampingnya. Anak itu bernama Kris, ia berusia 5 tahun. Tahukah kalian, apa yang Tao katakan pada ibunya setelah ia berkenalan dengan Kris?
"Mommy, Klis ge cangat tampan ~~! Tao ingin menikah dengan Klis ge!"
Tapi itu sudah berlalu 13 tahun bagi Tao. Sekarang ia sudah berumur 16 tahun dan Kris sendiri berumur 17 tahun. Di usianya sekarang ini, ia tidak ingin berharap terlalu banyak. Baginya, momen apapun bersama orang terdekatnya patut disyukuri. Hidup sampai detik ini, adalah suatu anugerah besar yang Tuhan berikan.
"Jangan melamun, sweetheart." nasihat Kris pada Tao yang sedang memberikan tatapan kosong pada langit sore. Tao berjengit kaget lalu mengambil handuk kecil berwarna putih yang ada di sampingnya. Dengan telaten ia mengusapkan handuk itu ke wajah dan leher Kris yang penuh dengan peluh. Namja tinggi ini baru saja selesai bermain basket di halaman rumahnya.
Tao meletakkan handuk itu kembali dan menyodorkan Kris sebotol minuman isotonik. Ia sendiri meminum sekotak jus jeruk. Kris menerimanya dengan senyum dan langsung meneguk minumannya. Dengan tingkahnya yang kekanakan, Tao menggoyang-goyangkan kakinya yang menggantung di udara. Bangku kayu yang ada di halaman rumah Kris memang dibuat lebih tinggi dari bangku kayu pada umumnya. Kaki Tao yang lumayan jenjang pun tidak dapat menyentuh tanah jika ia sudah duduk di bangku ini. Sambil memerhatikan Kris, Tao duduk tenang tapi masih dengan menggoyangkan kaki ke depan dan belakang. Ketika dilihatnya Kris sudah selesai minum, Tao langsung berkata dengan senyum.
"Gege, cium Tao."
...
...
...
Kris terpaku di tempatnya. Wajah bodohnya terlihat sekarang. Sedangkan Tao masih duduk dengan wajah manisnya.
"Gege, Tao perintahkan gege untuk cium Tao. Sekarang juga."
"Baby, bukannya –"
Wajah Tao yang semula tersenyum mulai berubah. Ia menundukkan kepala lesu membuat surai hitamnya ikut turun. Ia memotong perkataan Kris, "Gege menolak Tao. Gege pasti membenci Tao."
"Tidak, sayang. Gege tidak membencimu sama sekali. Gege hanya takut ..."
"Takut? Gege takut pada Tao? Apakah Tao seram? Seperti hantu yang pernah kita lihat di rumah hantu dulu?" tanyanya polos tapi menuntut.
Kris menggelengkan kepala dan mengusap dahinya pelan. "Baiklah, gege akan menciummu. Ok, tutup matamu sekarang, princess."
Mata Tao pelan-pelan tertutup. Kris mendekatkan wajahnya pada Tao. Ia tahu betul siapa kekasihnya. Namja manis yang menjadi teman pertamanya ketika ia pindah ke Korea. Namja yang tidak sempurna secara fisik. Tapi tanpa Tao, seorang Kris tidak akan pernah menjadi sempurna sampai kapanpun. Tanpa disadari Kris sudah mendaratkan bibirnya di depan bibir Tao. Bibir mereka menempel dan Kris perlu waktu lama untuk mengingat bagaimana halusnya permukaan bibir Tao. Lidah Kris mulai keluar secara perlahan, Tao hanya diam tapi mulai membuka bibirnya. Ketika lidah Kris mulai masuk dan mencari lidah Tao, erangan kecil mulai terdengar dari mulut Tao. Tangan Kris melingkar di pinggang namja manis itu, dan tangan namja manis itu tertaut erat di leher Kris. Kaki Tao yang semula bergerak-gerak kini diam ketika Kris dan ia saling memiringkan kepala. Bunyi kecipak dan desahan kecil dari Tao membuat Kris mengontrol dirinya sendiri. Ia menarik lidahnya dari dalam rongga mulut sang kekasih. Sebagai penutup, ia memagut pelan sudut bibir Tao dan menempelkan bibirnya untuk waktu yang lama di situ.
"Haaah ... haaaah ..." Tao terengah-engah. Kris langsung meraih pinggang Tao dan mendorong tubuh itu ke dalam pelukannya. Ia mendekatkan kepala ke telinga Tao dan berbisik sembari memegang tangan Tao, "Relax, sweetheart. Take your breath slowly, ok?"
Tao mengangguk dan mulai mengatur napasnya. Ia menggenggam erat tangan Kris dan mengambil napas pelan pada hitungan pertama. Pada hitungan kelima nyeri di dadanya sudah mulai berkurang. Di saat itulah ia hanya bisa mengalungkan lengan di leher Kris karena namja tinggi itu sudah menggendongnya dan membawa tubuhnya masuk ke dalam rumah.
.
.
.
"Maafkan aku, ma. Harusnya aku tidak melakukan itu terhadap Tao. Aku sangat menyesal." ucap Kris pada seorang wanita paruh baya di depannya. Wanita itu, yang adalah ibu Kris hanya bisa tersenyum lembut. "Sayang, mama mengerti kalau kau sangat mencintai princess peachmu ... Kau tidak perlu meminta maaf pada mama, tapi minta maaflah pada Tuan dan Nyonya Huang karena kau telah membuat baby mereka menjadi seperti sekarang ini."
Kris melihat ke samping. Dari celah kecil pintu yang terbuka ia bisa melihat Tao tidur di kasurnya dengan masker oksigen. Sebenarnya, Tao sudah biasa seperti ini. Tapi Kris merasa sangat bersalah karena ia menganggap bahwa penyebab Tao menjadi seperti ini adalah mutlak dirinya. Saat ini ayah dan ibu Tao sedang tidak berada di Korea, karena itulah Tao dititipkan di rumah keluarga Wu. Tuan dan Nyonya Huang adalah pebisnis yang sering pulang balik Cina Korea, jadi mereka terpaksa harus meninggalkan Tao. Sebenarnya Tao selalu diajak untuk ikut, tapi namja manis itu malah mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja jika ditinggal sendirian. Mana mungkin Tuan dan Nyonya Huang meninggalkan Tao sendiri, karena itulah mereka sering menitipkan Tao di rumah keluarga Wu sejak ia kecil.
Namja manis itu bangun dan melepaskan masker oksigennya. Hal pertama yang dilihatnya tentu atmosfer kamar Kris yang putih dengan aksen kayu yang segar. Juga punggung lebar Kris yang sedang belajar di mejanya. Sebenarnya Kris tidak bisa belajar, terbukti sudah puluhan kali ia menggosok dahinya yang berkerut. Ia selalu melihat ke belakang dan akan merasa bersalah dengan Tao. Di tengah kelengahan Kris, Tao bangkit berdiri dan berjalan pelan, ketika sudah berada di belakang Kris, ia langsung memeluk erat leher pemuda itu dari belakang.
HUP
"Gege!" teriaknya di telinga Kris. Kris memiringkan kepala ke samping dan lagi-lagi ia menemukan senyum Tao yang selalu memikat. Dan langsung membuatnya merasa bersalah.
"Maafkan gege, Tao. Gege benar-benar bodoh." ucap Kris ketika ia membalikkan kursinya menjadi menghadap Tao. Tao yang kaget hanya bisa mengusap lembut punggung Kris ketika namja itu memeluk perutnya dan menenggelamkan wajahnya di situ.
"Ania ... bukankah Tao yang memerintahkan gege untuk mencium Tao? Jadi, yang babo adalah Tao sendiri. Bukan gege. Sekarang, Tao tahu bagaimana rasanya berciuman. Tao sudah merasakannya. Jadi, kalau Tao meninggal, Tao bisa bercerita pada malaikat bahwa Tao sudah merasakan berciuman dengan kekasih Tao yang paliiiing tampan. Gomawo, gege. I love you." celotehnya panjang lebar.
Kris menggelengkan kepalanya, "Tidak, love. Berhenti mengatakan hal seperti itu, hm?" Tao hanya tersenyum manis. "Ok, sekarang sudah jam 11 malam. Apakah kita akan tidur?" tawar Kris. Tao menggeleng kuat, "Kita menonton film!"
.
.
.
Kalau ada hal yang paling Tao takutkan di dunia ini, itu bukanlah kematian. Tapi hantu. Kris pernah bermaksud menakuti Tao dengan mengajaknya menonton film hantu ketika mereka masih elementary school. Di saat itu, Tao belum mengenal makhluk seperti apa hantu itu. Ia sangat antusias, dan tidak pernah disangka oleh siapapun, pada menit ke 1 dan detik ke 25, Tao menjerit keras. Itu adalah jeritan ternyaring yang pernah Kris dengar. Dan Kris bersumpah, ia tidak akan pernah tertarik dengan film hantu jenis apapun ketika ia melihat Tao berbaring lemas di kasur rumah sakit karena namja manis itu menangis ketakutan selama 10 menit.
Mereka menonton film komedi yang cukup ringan. Sepanjang film Tao dan Kris hanya tertawa geli. Tak jarang Tao menyandarkan kepala di bahu kekasihnya. Ia cukup lelah dan juga mengantuk. Begitu juga dengan Kris, menjadi siswa kelas akselerasi bukan hal mudah. Belum lagi ia juga mengejar target untuk dapat lulus dari universitas dalam lima semester. Ini semua dilakukannya demi Tao, ia punya mimpi dengan namja manis ini. Dan ia ingin mewujudkannya secepat mungkin.
"Baby, kita tidur sekarang, hm?" tanya Kris sambil bersiap mengangkat tubuh Tao.
"Uhhm, ge ..." balas Tao sambil bergumam. Kris lalu mengangkat tubuh Tao bride style dan membaringkannya di kasur. Ia menyelimuti kekasihnya dan mengecup keningnya. Kris bermaksud bangkit untuk melanjutkan belajarnya yang tertunda, tapi tangan Tao mencegahnya. "Ge, jangan tinggalkan Tao. Tao ingin dipeluk gege." pintanya. Kris mengangguk pelan lalu ikut menyembunyikan dirinya dalam selimut.
"Gege, bernyanyilah."
"Gege tidak bisa bernyanyi."
"Ani, suara gege sangat bagus. Aku ingin mendengarnya sekarang."
"Baiklah, baby panda."
Kris mulai bernyanyi, ia dengan sabar menyanyikan tiap bagian lagu. Tao tersenyum dalam tidurnya.
So lucky my love ..
So lucky to have you ..
So lucky to be your love, I am ...
.
.
.
"Sebenarnya, Kris adalah salah satu atlet panahan yang akan diturunkan lusa. Dia sudah berlatih selama kurang lebih 5 bulan untuk turnamen ini."
"Ooh ... Tao mengerti. Dasar Kris ge jahat, ia sama sekali tidak memberitahu Tao tentang ini." Tao mempoutkan bibirnya sambil membetulkan kaos putihnya yang agak miring.
"Hahaha ... mungkin dia ingin memberi surprise dengan menunjukkan medali untukmu, Tao."
"Baekkie ge jangan membela Kris ge. Tao sungguh marah padanya sekarang. Ok, jadi jam berapa perlombaan panahan dimulai?" tanya Tao.
"Panahan sekitar jam 4 sore."
"Baiklah, Tao akan datang. Terimakasih atas infonya, Baekkie ge. Bye!"
Pip. Tao meletakkan androidnya di meja belajar dan kembali menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Kyungsoo seonsaengnim. Sudah 3 hari Tao tidak bertemu Kris. Ia sangat merindukan kekasih jangkungnya itu. Sayang Kris tidak memberitahunya hal apapun. Dari hasil pembicaraannya dengan Baekhyun –teman sekelas Kris- lewat telepon, ternyata Kris tengah sibuk berlatih memanah untuk mengikuti turnamen. Latihan itu mengharuskannya untuk menginap di sekolah.
CEKLEK
"Baby Tao, sore nanti kita akan ke rumah sakit. Kau bisa menyiapkan baju-bajumu sendiri kan, sweetheart?"
"Iya, mom." Tao mengangguk sambil tersenyum. Setelah Nyonya Huang menutup pintu, raut wajahnya berubah. Jika ia ke rumah sakit nanti sore, kemungkinan besar ia akan pulang tiga hari kemudian. Ini berarti ia tidak akan bisa melihat pertandingan Kris. Tidak mungkin, Tao sangat ingin melihat kekasihnya bertanding.
.
.
.
Kris' PoV
Aku mengelap peluh yang memenuhi dahi. Biasanya, ketika aku selesai bermain basket ada Tao yang mengelapkan keringatku dengan lembut serta memberiku air minum. Ini sudah hari kedua aku berlatih dan dua hari juga aku tidak pulang ke rumah. Sekolah memberikan regulasi konyol dengan memerintahkan atlet-atlet untuk menginap di asrama sekolah. Aku sangat merindukan panda kecilku itu. Sedang apa dia sekarang?
"Kris!"
"Baekhyun, ada apa?" Baekhyun adalah teman dekatku yang mengenal Tao dengan baik sejak setahun lalu.
"Tadi Tao meneleponku dan menanyakan tentang keberadaanmu. Aku bilang saja kau sedang menginap di sekolah karena mengikuti latihan memanah untuk turnamen lusa."
"Errr ... Baekhyun. Mengapa kau memberitahunya?" aku memang sengaja tidak memberitahu Tao. Kalau aku memberitahunya, ia akan merengek untuk pergi ke sekolahku dan menonton. Ibu Tao sudah memberitahuku bahwa Tao akan menjalani pemeriksaan rutin sore ini. Ia tidak akan bisa menonton pertandinganku.
"Mengapa kau tidak memberitahunya sama sekali? Dari pembicaraan kami di telepon, ia terdengar sangat ingin menonton pertandinganmu. Ia bahkan menanyakan jadwal lomba panahan."
Aku menggelengkan kepala, "Tidak, Baek. Dia tidak akan bisa datang karena ia akan menjalani pemeriksaan rutinnya di rumah sakit. Aku sengaja tidak memberitahunya agar ia tidak merasa sedih."
Baekhyun mengusap belakang lehernya pelan, wajahnya menunjukkan rasa bersalah. "Maafkan aku, Kris. Aku sungguh tidak tahu." Lagi-lagi aku menggelengkan kepala pelan dan berujar, "No problem, Baek. Ini hanya sebuah kesalahpahaman kecil. Sebaiknya kau segera berlari dan menghampiri Chanyeol. Sudah 10 menit ia berteriak memanggilmu tapi kau malah mengabaikannya."
"Oh ya?" Baekhyun menengok ke belakang dan melihat Chanyeol yang mengusap-usap tenggorokannya karena serak sehabis berteriak. "Kalau begitu, aku duluan Kris. Sekali lagi, maaf!"
Aku tersenyum melihat dua orang itu. Sungguh sepasang kekasih yang sangat lucu.
GREP
"Kris oppa, ayo kita makan siang."
"Lepas."
"Shireo. Hmm, oppa sudah makan siang? Baiklah, kalau begitu, temani aku saja. Please, oppaaa ..."
Aku sungguh membenci gadis ini. Kalau tidak menghormati wanita, sudah aku hajar dia sampai wajah plastiknya itu tidak berbentuk. "Aku sudah terlambat untuk latihan memanah." jawabku singkat sambil menghempaskan tangan Jessica secara paksa.
"Ouch. Oppa, appo!"
Aku tidak peduli.
tbc
halo!
aku creamiliata!
salam kenal!
sedang belajar untuk membuat fiction tentang Taoris
.
silakan kasih pendapat kalian di kotak review, ok?
.
terimakasih~!
