Rain and You

A NaruSasu Fanfiction

By Prominensa

Naruto dan kawan-kawan adalah milik Masashi Kishimoto

[Penulis tidak mengambil keuntungan secara materiel dalam fanfiksi ini]

.

.

.

SunMoon Collection: Dua

.

.

.

Mungkin, Naruto tak sadar, ada seseorang yang sedang mengikutinya bagai bayangan.

"Aku menyukai seseorang."

Suaranya tak menggema, kalah dari suara air yang turun dari langit. Pun suara petir yang menyambar. Dan suara musik dari balik earphone. Naruto tak mendengar apa pun.

"Dia adalah kamu."

Pelan-pelan Naruto bersenandung. Ia memunggungi seseorang; yang sedang jatuh hati padanya. Menjatuhkan asa yang sempat berada di puncak teratas. Menyiram cuka di atas luka yang masih lembab dan basah.

Sasuke—namanya—menangis dalam hati. Membiarkan Naruto berdiri; memungguinya dan tak mendengar jeritan hatinya. Hati yang haus akan afeksi dari si mata biru.

"Mencintaimu ... apa sesakit ini?"

Bahunya bergetar. Bibirnya digigit. Bola mata yang berwarna hitam itu, bergerak-gerak seolah mencari intensi.

"Naruto ...," lirih. Amat sangat lirih.

Mencintai Naruto bagaikan mengayak pasir di gurun Sahara. Tak akan pernah habis, pikirnya. Sebab Naruto hanya mungkin punya segenggam cinta untuknya. Tak lebih, atau mungkin juga genggaman itu kosong. Hilang ditelan udara. Sedangkan Sasuke punya lebih dan tak akan habis untuknya.

Berisiknya air hujan menambah atmosfer dramatical pada keduanya. Berdiri di pinggir jalan, berteduh di bawah atap halte yang dicat dengan warna abu-abu, dan obrolan sepihak dari seorang pemuda berambut hitam pegam. Terkesan memilukan jika diperhatikan dengan saksama.

"Tak apa hanya aku yang mencintaimu—"

Sasuke tersenyum masam dan melirik Naruto beberapa detik. Si Bodoh Yang Tak Peka, sebutannya. Dan selamanya—mungkin—tak akan pernah peka. Sasuke tahu dan (pura-pura) tak masalah.

"—karena mencinta itu tak hanya tentang memiliki. Tapi juga merelakan."

Terdengar seseorang memanggil Naruto dan membawakan payung untuknya. Rambut orang itu merah pekat. Ekspresinya datar, bola matanya berwarna jade, dan tubuhnya tinggi jangkung. Tersenyum pahit ke arah Sasuke, dan tersenyum manis ke arah Naruto.

"Gaara!" Naruto melepas earphonenya.

Laki-laki itu, Gaara namanya, ia sungguh pemuda luar biasa. Bisa membuat Naruto mendengar suaranya, berpaling ke arahnya, dan tersenyum; senyum yang dinanti Sasuke setengah mati. Hangat di kala hujan tiba. Seperti mentari yang tiba-tiba tampak memberi kirana di musim dingin.

Sasuke tak apa. Pura-pura tak apa-apa. Ia menyerah kepada bocah berambut merah itu. Tersenyum mengikhlaskan. Membiarkan keduanya pergi di bawah payung yang sama. Berjalan menantang hujan.

Sudahlah, Sasuke. Selamanya kau tak akan terlihat. Kau bagaikan debu yang dilihat dari permukaan bulan. Kecil, sangat kecil. Dan kau harus tahu, kau tak berguna. Mungkin. Karena kau hanya sukma; yang berkeliaran tanpa arah. Mengharap ia membalas cintamu, padahal ia tak dapat mendengar atau melihatmu.

"Berbahagialah, Naruto! Harus, harus, harus."

Kau tak sempat mengungkapkan perasaanmu, sebab malaikat kematian lebih dulu bersua di rumahmu. Mala dan pelik sekali hidupmu, Sasuke.

[End]