Petrichor dan Pelangi

By Chocotae

Taehyung duduk termenung di salah satu bangku di taman. Suasana cukup sepi, mengingat baru saja terjadi hujan badai. Bahkan sekarang pun masih gerimis.

"Astaga Taehyung?!" Seorang laki-laki mengenakan seragam yang sama dengan Taehyung mendatanginya. "Kau hujan-hujanan? Demi Tuhan, Tae kau bisa sakit! Seragammu sampai lengket− astaga?! Kau jatuh? Celanamu sobek! Kau−"

"Jim, diamlah, kau terlalu berisik untuk ukuran laki-laki." Taehyung melirik Jimin sekilas, "Kenapa kau di sini?"

"Tentu saja mencarimu! Dasar sial, aku menunggu selama dua jam dirumahmu!" Jimin mendudukkan dirinya di sebelah Taehyung, "Kau sendiri?" Ia menoleh, nada bicaranya melembut.

"Petrichor"

"Petrichor? Demi Tuhan Tae−" Jimin mengacak rambutnya frustasi, "Kau hujan-hujanan hanya demi petrichor?! Kau bisa menciumnya dari balkon kamarmu seperti yang biasa kita lakukan!" Jimin menatap sahabatnya tak percaya.

Taehyung hanya menghela nafas, tak ingin menjawab. Kemudian hening, tak ada satupun dari mereka yang memulai pembicaraan, keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Tae−"

"Hm?"

"Pulanglah"

"Tidak mau"

"Astaga−"

"Jim, dari dulu kau selalu bertanya, kenapa aku tidak suka pelangi, namun sangat menyukai petrichor−" Taehyung menatap Jimin, matanya terasa panas. "Pelangi dan petrichor sama-sama tidak bertahan lama, namun pelangi hanya dapat kita lihat karena ia adalah sebuah ilusi cahaya." Taehyung memejamkan matanya, menghembuskan nafas yang terasa sangat berat.

"Aku sudah menjawab pertanyaanmu Jim, sekarang pergilah, istirahatlah, dan jangan kembali." Taehyung berusaha menahan air matanya.

"Tae−"

"Kumohon Jim, jangan berusaha menjadi petrichor untukku," air matanya leleh. "Karena pada akhirnya kau hanyalah pelangi, kau hanyalah sebuah ilusi yang indah oleh cahaya"

Jimin menatap sahabatnya nanar. Hatinya mencelos melihat Taehyung seperti ini, "Maaf." Ia mengelus lembut surai sahabatnya yang mulai terisak. "Maafkan aku Tae, tapi−"

"Jim, kumohon," Taehyung menatap Jimin, matanya memerah. "Kumohon pergilah, keberadaanmu hanya akan semakin menyakitiku, menyakiti kita berdua."

Taehyung mengelap pipinya yang basah, "Jim, baik kepergian petrichor maupun pelangi tidak akan merusak apapun. Karena itu, kumohon pergilah"

"Tae−"

"Aku bukan perempuan Jim, bukan juga seorang bocah yang akan menangis ketika permennya diambil," Taehyung memaksakan sebuah senyuman. "Karena itu, pergilah, jangan khawatirkan aku karena aku akan baik-baik saja"

"Berjanjilah padaku"

"Aku janji"

Hanya begitu. Kemudian Jimin perlahan menghilang ditelan cahaya dengan senyuman manis terukir di wajahnya.

Tepat sebelum ia benar-benar menghilang, ia masih sempat berpesan, "Jaga dirimu baik-baik Tae, kau sudah janji!" Lalu ia pun benar-benar menghilang.

Karena pada akhirnya, eksistensi Jimin hanyalah sebuah ilusi yang menyakitkan. Selamat tinggal Jim, semoga kau tenang di alam sana.

Fin.