MISTAKE

Pair: YunJae as always

Other casts: Go Ahra, Jung Ji Hoon

Genre: YAOI-Drama-Romance-Little bit hurt

Length: Two shoot

Disclaimer: all of character isn't mine. They're belong to GOD and themselves.

Warning: This fanfic is dedicated for YJS! So, kalau gak suka ya jangan dibaca. Gausah rusuh.

A/N: Jaejoong bakal jadi orang ketiga di sini. Kalau ga suka Jaejoong yang nantinya bakal egois, jangan dibaca, oke?

P.S:Chapter 1 isinya Yunho sama Ahra doang. Demi kepentingan cerita! DLDR!

Pintu sebuah apartemen di lantai dua berayun kasar. Seorang pemuda jangkung tampak menarik kopernya dengan lesu. Pemuda itu memasuki apartemennya dan kemudian menutup pintu apartemen dengan pelan.

Di dalam apartemen minimalis itu, si pemuda langsung membongkar isi kopernya. Ia membungkuk untuk mengambil baju-baju yang dia bawa. Pemuda itu kemudian menegakkan tubuhnya. Mata musangnya memandang sekeliling apartemen barunya. Ia melangkahkan kakinya menyusuri apartemen. Tidak buruk untuk sebuah apartemen ukuran minimalis.

Ruang tamu terletak paling depan, masuk ke dalam ada dua buah kamar yang lumayan lebar, ke dalam lagi ada toilet dan kamar mandi yang terpisah juga sebuah dapur mungil. Di dalam ruangan yang terdapat dapur, ada sebuah pintu yang menghubungkan dengan balkon yang menghadap ke utara, tepat ke arah bangunan-bangunan menjulang tinggi yang bisa dilihat dari balkon itu.

Pemuda itu melangkahkan kakinya menuju kamar yang terletak dekat dengan kamar mandi. Ia membuka knop pintu dengan salah satu tangannya dan melangkahkan kakinya memasuki kamar. Di dalam kamar itu, terdapat single bed dan juga sebuah lemari yang tidak terlalu besar. Ia lalu meletakkan baju-bajunya ke dalam lemari.

Setelah itu, ia merebahkan tubuhnya di ranjang empuk itu. Matanya menerawang menatap langit-langit kamarnya. Menghembuskan napas lelah, ia memutuskan untuk memejamkan matanya. Namun tak lama ia membuka matanya saat merasakan perutnya bergetar dengan bunyi yang cukup keras.

Ia menghembuskan napas lagi.

Aku lapar, pikir pemuda itu. Aku lupa kalau aku tidak makan dari Korea ke sini.

Pemuda jangkung bermata tajam itu pun menegakkan tubuhnya, berdiri menjauhi ranjang dan berjalan keluar kamar.

Sesampainya di depan pintu apartemennya, ia membuka pintu itu cukup keras. Namun, alis pemuda itu terangkat saat mendengar suara teriakan. Ia melihat seorang wanita yang sedang menggerutu sembari membawa dua kantong plastik besar ditangannya.

''Kau mengagetkanku!'' kata gadis itu dalam bahasa Jepang.

''Gomen,'' katanya ringan.

Si gadis memandangnya sebal, tapi kemudian raut wajahnya berubah ceria. ''Oi! Kau penghuni baru apartemen ini?'' tanya gadis itu sembari menunjuk pintu apartemen di depannya.

Pemuda jangkung itu mengangguk bingung.

''Kalau begitu kau tetangga baruku!'' ujarnya dengan binar mata ceria. ''Aku Go Ahra. Kau?''

Pemuda itu sedikit membungkukkan badannya. ''Jung Yunho.''

''Salam kenal Yunho-san!'' gadis itu melepaskan kantong plastik yang dibawanya dan menjatuhkannya di lantai, mengambil tangan Yunho dan menjabatnya erat penuh semangat.

Yunho tertawa samar melihat kelakuan gadis di depannya.

''Apa kau tahu swalayan di dekat sini?'' tanya Yunho.

Ahra tersenyum cerah. ''Oh, kau mau ke swalayan? Kebetulan aku juga akan pergi ke sana. Kita bisa pergi bersama.''

Yunho mengangguk menyetujui.

''Tapi aku harus membuang sampah-sampah ini dulu di sana,'' Ahra menunjuk sebuah lorong di dekat tangga dan menjinjing dua buah kantong plastik besar. ''Kau tidak apa-apa menungguku?'' lanjutnya menatap Yunho.

Lagi-lagi Yunho mengangguk.

Ahra mendengus kesal. ''Hei, tak bisakah kau berbicara sedikit lebih banyak? Jangan seperti manusia es begitu!''

Tak menunggu jawaban dari Yunho, gadis itu melangkahkan kakinya susah payah menuju lorong. Yunho yang melihat Ahra kesusahan dengan sampah itu pun berjalan cepat dan mengambil salah satu kantong plastik dari tangan Ahra.

Ahra terlonjak kaget dan memutar tubuhnya.

''Kau, Yunho-san,'' katanya lega. ''Ku kira siapa. Terima kasih, ya.''

Ahra kemudian berjalan mendahului Yunho sedangkan Yunho sendiri berjalan tenang di belakangnya.

Dia sangat mirip denganmu, pikirnya. Tapi kemudian dia memukul kepalanya pelan. Apa sih yang aku pikirkan. Kau pasti sudah bahagia di sana.

Yunho berjalan dengan tenang di samping Ahra. Pemuda itu hanya sesekali melirik Ahra yang sibuk memakan es krimnya. Gadis itu bahkan sudah tidak cerewet setelah memulai makan es krim.

Mereka baru saja dari swalayan yang ada di depan apartemen mereka. Yunho tidak menyangka jika apartemen yang dia pilih sangat strategis letaknya walaupun ini apartemen yang sangat sederhana.

''Yunho-san,'' panggil Ahra. Gadis itu menyodorkan es krimnya. ''Kau mau?'' tawarnya pada Yunho.

Yunho menggeleng.

''Aaah, padahal ini es krim kesukaanku. Vanilla.'' Gadis itu mendesah dan melanjutkan makan es krimnya.

Yunho tersenyum miris. Bahkan es krim kesukaannya pun sama.

''Oh, aku lupa menanyakan ini,'' Yunho melihat Ahra yang menjilati sisa es krim di jarinya. ''Kau dari mana, Yunho-san? Ku pikir kau bukan orang Jepang. Wajahmu tidak seperti orang Jepang.''

''Aku dari Korea.'' Jawab Yunho.

Mata Ahra berbinar. ''Korea?'' pekiknya tertahan. ''Aku juga punya teman yang sekarang tinggal di Korea.''

Yunho tersenyum kecil. ''Benarkah?''

''Um!'' angguk Ahra antusias. ''Aku juga sebenarnya orang Korea. Tapi sejak kecil aku sudah di sini karena ayah dan ibuku pindah ke sini.''

''Aku sudah menebaknya dari namamu.'' Kekeh Yunho.

Ahra menepuk pelan keningnya. ''Astaga! Kenapa aku tidak menyadarinya ya?'' keluhnya. Ia menatap Yunho nakal. ''Hei, aku pikir kau orang yang menyenangkan juga, Tuan Tampan.'' Gurau Ahra tersenyum genit. Gadis itu mengedipkan sebelah matanya seakan-akan menggoda Yunho.

''Kau tidak pantas bertingkah seperti itu!''

Ahra hanya tertawa. Sepanjang perjalanan mereka, Yunho hanya diam, membiarkan gadis yang baru dikenalnya berceloteh sesuka hatinya. Terkadang ia hanya sedikit menimpalinya.

Musim gugur di kota Tokyo sangat indah. Yunho memang tahu jika selama musim gugur, Jepang adalah salah satu negara yang wajib dikunjungi untuk melihat keindahan musim gugurnya. Hanya saja, ia tidak menyangka jika musim gugur di kota Jepang sangatlah indah. Melampaui apa yang pernah dibayangkannya.

Yunho merapatkan sweater tebalnya. Musim gugur akan berakhir sebulan lagi, tapi udaranya sudah sedingin ini. Yunho sedang berdiri di balkon apartemennya, melihat keindahan kota Tokyo di malam hari dari balkon. Kelap-kelip lampu kota Tokyo memanjakan mata. Apalagi saat melihat jalanan dibawahnya yang penuh dengan gugur bunga sakura.

''Yunho-san? Kau di dalam?''

Teriakan itu membuat Yunho tersadar. Ia melangkahkan kakinya membuka pintu utama apartemennya. Di hadapannya, berdiri Ahra yang tersenyum lebar mengenakan sweater tebal dan mengangkat kotak bekal di kedua tangannya tepat di depan wajah Yunho.

''Apa itu?'' tanya Yunho heran.

''Aku membawakanmu makan malam. Kupikir kau tidak akan sempat membeli makan malam karena cuaca yang dingin.'' Kata Ahra menjelaskan. ''Bolehkah kau mengizinkan aku masuk?''

Yunho segera tersadar. Ia menyingkir dari depan pintu. ''Silakan masuk, Ahra.''

Ahra tanpa dua kali disuruh langsung masuk apartemen Yunho. Gadis itu duduk di ruang tamu Yunho, meletakkan kotak bekalnya di meja dan menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya.

Yunho segera saja duduk di samping gadis itu. Ahra kemudian membuka kotak bekalnya, memperlihatkan sushi juga okonomiyaki yang tampak lezat.

''Ayo makan, Yunho-san.'' Kata Ahra, ''Aku bosan jika harus makan sendiri. Lagipula sekarang ada kau yang bisa kuajak makan bersama. Kau tidak keberatan, kan?''

Yunho menggeleng. ''Tidak.''

''Kalau begitu ayo kita makan!''

Ahra menyodorkan Yunho salah satu kotak bekalnya.

''Silakan Yunho-san. Aku yang memasaknya sendiri, loh.''

Yunho mengambil kotak bekal itu. Pemuda itu tersenyum pada Ahra. ''Kau bisa memasak?'' tanyanya yang diangguki oleh Ahra.

Kedua orang berbeda jenis kelamin itu pun makan dengan tenang. Tidak bersuara sedikitpun sampai makanan mereka habis.

Yunho yang sudah selesai makan terlebih dahulu pun berdiri. Berinisiatif membuat minum untuknya juga Ahra.

''Yunho-san, kau mau ke mana?'' tanya Ahra dengan mulut yang mengembung lucu.

''Aku ingin membuat cokelat panas untuk kita.''

''Boleh aku membantu?'' tawar Ahra.

''Tidak. Kau belum menghabiskan makananmu.''

Ahra mengambil okonomiyaki yang tersisa dengan sumpitnya dan memakannya sekaligus. Pipinya semakin mengembung. ''A-ku sudah selesai.'' Katanya terpatah-patah dan menelan makanannya.

Yunho tidak berkata apa pun. Hanya membiarkan Ahra mengekorinya menuju dapur.

Bahkan tingkah mereka pun hampir sama, batin Yunho. Yunho menggeleng, tidak. Aku tidak boleh memikirkannya. Dia sudah bahagia di sana.

Sekarang, Yunho dan Ahra berdiri diam di balkon apartemen Yunho sembari menyesap cokelat panas mereka. Ahra tampak sibuk memandang kelap-kelip lampu kota dari atas balkon. Sedangkan Yunho sendiri sibuk dengan pikirannya.

Ahra menyesap cokelatnya pelan. ''Yunho-san, apa yang membuatmu pindah ke sini?''

Yunho terlonjak pelan mendengar perkataan Ahra.

''Oh, maaf jika pertanyaanku menyinggungmu.'' Bisik gadis itu tidak enak.

Yunho menggeleng. Ia pikir tidak ada salahnya bercerita dengan Ahra. Ahra terlihat seperti gadis yang sangat menyenangkan dan bisa diajak bertukar pikiran.

Yunho memandang langit abu-abu kota Tokyo. ''Tidak. Kupikir aku bisa berbagi cerita denganmu.''

Ahra menatap Yunho intens. Menunggu pemuda itu menceritakan kenapa pemuda itu pindah ke Jepang. Entah kenapa Ahra melihat ada sorot kesedihan di mata tajam pemuda yang baru dikenalnya hari ini.

''Aku hanya ingin melupakan orang yang kucintai,'' Ahra menahan napas saat Yunho mulai berbicara. ''Ku pikir dengan kepindahanku sementara waktu ini, aku akan bisa melupakannya.''

Ahra meremas mug yang dipegangnya. Ia menatap Yunho dengan pandangan yang sulit diartikan. ''Kenapa kau ingin melupakan cintamu?''

Yunho menatap ke dalam mug dengan pandangan kosong. ''Aku mencintainya sejak kami berteman di Senior High School. Kami bertiga—''

''Kami bertiga?'' Ahra menyela ucapan Yunho. Gadis itu mengangkat alisnya tinggi, kebingungan.

''Aku, dia, dan juga sahabatku.''

Ahra hanya mengangguk paham. Dia sudah bisa menebak jika ada cerita cinta segitiga di sini. ''Aku tak pernah menyangka jika dia menyukai sahabatku. Ku pikir, karena kedekatan kami yang melebihi kedekatannya dengan sahabatku, dia menyukaiku. Tapi ternyata aku salah, dia menyukai sahabatku, dan mereka akan menikah bulan Desember nanti. Tepat saat malam Natal.''

Ahra tidak tahu harus berkata apa. Yang bisa dia lakukan hanya mengelus bahu Yunho, berharap pemuda itu tahu bahwa dia bersimpati dengan ceritanya.

''Jaejoong bahkan ingin aku yang menjadi pendampingnya di pernikahan mereka nanti.''

''Jaejoong?''

''Ya, pemuda yang kucintai namanya Jaejoong, Kim Jaejoong.''

''Maaf?''

Yunho memaksakan senyumnya melihat raut wajah Ahra yang seolah tidak percaya. ''Kau tidak salah dengar. Aku menyukai pria.''

Ahra sempat membelalakkan matanya sepersekian detik, namun setelah itu ia tampak biasa saja. ''Aku sudah biasa melihat hubungan seperti itu. Hanya saja aku tidak menyangka kau—'' gadis itu tersenyum kikuk. ''Yah, seperti itu.''

''Aku masih normal, kok.'' Kata Yunho.

Ahra memelototkan matanya. ''Apa?''

''Kau mungkin tidak akan percaya. Tapi cuma dia satu-satunya pria yang kucintai. Aku tidak tertarik dengan pria manapun kecuali dia.''

Ahra mengangguk. ''Wow! Ku pikir dia sangat spesial sampai kau seperti itu, Yunho-san.''

Yunho tersenyum dan menerawang. ''Sangat.''

Hari-hari berlalu begitu cepat. Yunho bahkan tidak menyangka jika dia sudah sebulan berada di Jepang. Musim dingin sudah menggantikan musim gugur.

Yunho hanya memandang butiran salju yang turun. Tangannya menggenggam tangan Ahra erat. Mereka berdua sedang berada di Festival Musim Dingin tak jauh dari apartemen mereka.

Sebulan perkenalannya dengan Ahra, Yunho merasa nyaman di dekat Ahra. Gadis itu memberinya ketenangan dan rasa nyaman. Dan Yunho menyadari dia sudah jatuh dalam pesona Ahra. Mereka sudah menjadi sepasang kekasih dua hari yang lalu.

''Yunho-san, kau lihat yang di sana? Aku ingin mencobanya.'' Kata Ahra ceria menunjuk stan ramalan.

Yunho tersenyum dan mengacak rambut Ahra. ''Kau seperti anak kecil saja masih percaya pada ramalan.'' Ejek Yunho tertawa. Gadis itu mengerucutkan bibirnya sebal.

Ahra tanpa berkata apa pun melepaskan genggaman tangannya dari Yunho dan melangkahkan kakinya terburu-buru mendekati stan ramalan.

Yunho sendiri hanya tersenyum kecil. Ia meraih ponsel di sakunya dan memotret Ahra yang berjalan di tengah keramaian. Pemuda itu tersenyum tapi kemudian raut wajahnya berubah sendu. Dia ingat berkali-kali dia memotret seseorang dari masa lalunya, seseorang yang pernah dicintainya. Yang paling diingatnya adalah saat orang itu menengadahkan kepalanya ke atas dan tertawa riang di taman maple saat musim gugur.

Yunho kemudian sadar dan berlari menyusul Ahra.

Saat tepat jam dua belas malam, Yunho dan Ahra memutuskan untuk pulang. Keduanya berjalan sambil bergandengan tangan. Tapi Yunho menghentikan langkahnya saat teringat sesuatu.

''Ada apa, Yunho-san?'' tanya Ahra bingung.

Yunho menggeleng kecil. ''Aku lupa, ada yang harus ku kerjakan.'' Sahut Yunho ringan. ''Kau pulanglah dulu.''

''Tapi—'' protes Ahra.

''Tolong, Ahra.''

Gadis itu mendesah dan mengganguk. Ia kemudian tersenyum. ''Baiklah, hati-hati Yunho-san.''

Yunho memasuki sebuah toko. Pemuda itu tersenyum saat melihat sandal Hello Kitty berbahan bulu halus itu masih ada. Ahra pernah berkata bahwa dia ingin membeli sandal itu. Tapi karena harganya yang lumayan mahal, gadis itu mengurungkan niatnya.

Yunho mengambil sandal berbentuk Hello Kitty itu dan menyerahkannya di depan kasir.

Petugas kasir yang melihat itu pun tersenyum. ''Ada tambahan, Tuan?'' tanya petugas itu ramah.

Yunho menggeleng. ''Itu saja.''

''Untuk pacar Anda ya, Tuan.'' Goda si petugas kasir. Yunho hanya tersenyum menanggapi dan menyerahkan beberapa lembar uang untuk membayar.

''Terima kasih sudah datang, Tuan.'' Kata si petugas. Yunho hanya mengangguk dan berjalan keluar toko.

Yunho berjalan tenang menyusuri jalanan yang belum sepi walaupun sudah lewat tengah malam. Banyak pasangan yang bergandengan tangan. Yunho mendesah, tapi kemudian pemuda itu tersenyum menatap kantong kertas cokelat ditangannya. Ia yakin Ahra akan suka.

''AWASSS TUAN!''

Belum sempat Yunho menoleh, tiba-tiba tubuhnya terasa melayang. Orang-orang yang berlalu lalang menatap syok dan segera berlari menghampiri Yunho yang tertabrak dan terhempas tiga meter. Tidak hanya Yunho, seorang pejalan kaki lain pun ikut tertabrak. Pejalan kaki wanita itu berjalan tepat di belakang Yunho.

Orang-orang di sana langsung menghubungi ambulan dan mengangkat tubuh Yunho juga si wanita memasuki ambulan.

TO BE CONTINUE

LALALALALA –Slaps-

Hehe, lagi-lagi two shoot ya? Ara gak tahu kenapa Ara lagi-lagi buat two shoot. Yang Ara tau sih Ara belum ada mood buat bikin Fanficchaptered /plak/

Ara udah tahu kok ceritanya pasaran banget dan klise. Tapi ya, Ara coba buat dengan versi Ara dong LOL

Jangan ada yang protes karena part ini cuma menceritakan Yunho sama Ahra, ya! Kan Ahra udah kasih P.S di atas. Kalau kalian gak tahu, berarti kalian gak baca.

Karena apa? Ara gak mungkin dong nyeritain Yunho yang pindah ke Jepang trus langsung jatuh cinta begitu aja sama Ahra. Jadi Ara nyeritain kedekatan mereka berdua, walaupun gak detail banget.

Maaf jika mengecewakan –bow

Ara mau ngucapin makasih aja buat yang udah baca Fanfic ini :*

With Love,

Ara