... You ...
Main Cast : Byun Baekhyun, Park Chanyeol
Pairing : ChanBaek/BaekYeol
Rated : T
Genre : Romance, Hurt/Comfort
Lenght : TwoShot!
Summary : Park Chanyeol yang benci dan marah pada kedua orangtuanya yang tak pernah akur. Hidup di dalam keluarga yang tidak pernah harmonis selama hampir 16 tahun hidupnya jelaslah membuat Chanyeol merasa kecewa. Sampai suatu hari, ketika ia melihat ketulusan dari seorang gadis yang sangat pandai bermain piano. Gadis itu berhasil menghancurkan bekuan es dalam hati Chanyeol.
All Cast Belong to God and Their Family but This Story Belong to Me.
Warning : Uke as Girl, GENDERSWITCH, OOC and SO MANY TYPOSSSSS. If you don't like, so don't Read
Start Story
Happy Reading all~
.
.
Park Chanyeol, namja tampan itu sedang duduk di pinggir Sungai Han. Matanya yang terpejam menikmati alunan musik yang berdendang dari headphone yang dipasangnya di telinga. Kedua tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celana abu-abu miliknya. Chanyeol terlihat benar-benar menikmati sore hari yang tenang di pinggir sungai Han yang selalu sepi ketika menjelang sore seperti ini.
Sudah menjadi rutinitas sehari-hari bagi Chanyeol untuk tidak langsung pulang ke rumah ketika jam belajarnya di sekolah telah berakhir. Menikmati sore hari dimanapun ia mau. Entah itu di atap gedung sekolahnya, di taman yang biasa di datanginya, di lapangan basket favoritenya bersama teman-teman sebayanya, ataupun di pinggir Sungai Han seperti saat ini.
Chanyeol tidak pernah peduli ia akan menghabiskan berapa lama waktunya seorang diri seperti ini. ia tidak pernah peduli jikalau ia pulang menjelang malam, Appanya akan memarahinya bahkan sampai memotong uang sakunya. Chanyeol selalu acuh tak acuh pada Eommanya yang selalu menyambutnya dengan wajah hangat yang terasa palsu bagi namja itu. ia juga tak peduli pada segala macam kebisingan yang selalu menjadi akhir dari semua perhatian tersebut.
Hidup dalam keluarga yang jauh dari kata harmonis terasa sangat melelahkan bagi Chanyeol. Eomma dan Appanya yang tidak pernah bosan-bosannya untuk saling beradu argument dan saling memaki satu sama lain. bahkan tak jarang, Chanyeol—anak mereka sendiri—yang akan menjadi object perkelahian mereka. Chanyeol merasa bosan. Ia merasa tidak betah untuk hidup lebih lama lagi dalam keluarga yang seperti itu. kalaupun kedua orangtuanya tak lagi saling mencintai, kenapa mereka tetap bertahan untuk bersama? kenapa mereka tidak berpisah saja. sungguh, Chanyeol akan jauh lebih senang jikalau kedua orangtuanya pergi sekalian dari kehidupannya.
"Ck!" Chanyeol berdecak kesal saat ia melihat ada panggilan dari layar Iphone putih miliknya. Terterah dengan manis disana kata 'Eomma' sebagai nama si pemanggil di kontak telepon Chanyeol.
Langsung saja Chanyeol menekan icon merah di layar touchscreen ponselnya. Chanyeol merasa tak perlu untuk menjawab panggilan itu.
Chanyeol menatap lurus kedepannya, melihat bola besar berwarna orange kemerahan yang sudah siap kembali ke peraduannya. Sebentar lagi matahari akan terbenam. Lalu Chanyeol beraih mengelus perutnya yang mulai menunjukkan tanda-tanda protes. Chanyeol sangat ingat kalau hari ini, ia bahkan baru makan satu kali. Apa lebih baik Chanyeol pergi ke suatu tempat untuk mengisi perut keroncongannya ini. Ya, mungkin itu pilihan yang terbaik saat ini.
Chanyeol beranjak berdiri dan mulai berjalan meninggalkan tempatnya tadi duduk. Berjalan menuju kedai makanan yang biasa ia datangi.
"Annyeong Haelmoni." Sapa Chanyeol pada seorang wanita tua yang sedang membuat mie.
"Ah... Annyeong Chanyeol-ah." Balas si wanita tua yang memang sudah mengenal Chanyeol cukup lama.
"Aku pesan yang seperti biasa, ne?"
"Baiklah. Kau tunggu saja disana. aku akan membuatkannya khusus untuk pelanggan setiaku." Ujar wanita itu setengah bercanda lalu mulai membuatkan menu makanan yang di inginkan Chanyeol.
Chanyeol pun duduk dengan manis di kursi yang tadi di tunjuk wanita tua itu. kursi yang terletak tak jauh dari pintu kedai sederhana tersebut. Sejak dulu, Chanyeol memang selalu duduk disini. bahkan pemilik kedai sampai hafal dengan kebiasaan Chanyeol.
Chanyeol memperhatikan keadaan kedai yang sore ini tak terlalu ramai. Hanya ada beberapa pria dewasa yang sepertinya baru pulang dari kerja. Ada juga beberapa pelajar yang sama sepertinya. Namun tak lama, pandangan Chanyeol terhenti pada salah satu sudut cafe. Terlihat disana, seorang gadis yang sedang menikmati semangkuk mie.
Wajah gadis tersebut terlihat bersinar akibat terpaan sinar matahari sore. Entahlah ini bisa di sebut apa, mungkin terpesona. Yah, Chanyeol merasa seakan dirinya terhipnotis oleh wajah cantik gadis itu. Bagaimana cara gadis itu menyuapkan mie ke dalam mulutnya yang mungil. Gerakan gadis itu sangat perlahan dan terkesan hati-hati. Namun di mata Chanyeol, hal itu terlihat sangat lucu. Tanpa sadar Chanyeol tersenyum kecil menatap gadis itu. Hahh... dalam hati Chanyeol sedikit berharap gadis itu menoleh ke arahnya.
.
.
Chanyeol sudah menyelesaikan acara makannya dan berniat untuk membayar. Namun sebelum ia mengeluarkan dompetnya, Chanyeol masih sempat-sempatnya melihat ke arah gadis tadi. gadis itu masih duduk manis di tempatnya.
Lama memandang membuat Chanyeol sedikit heran. Ekspresi gadis itu terlihat tidak tenang. Tangannya pun bergerak-gerak gelisah merogoh setiap sakunya.
"Ada apa, nona?" seorang pelayan wanita yang sepertinya juga memperhatikan gadis itupun mendekat dan bertanya padanya. Chanyeol sendiri pun tetap memperhatikan gadis yang membuatnya terpesona itu.
"Err... sepertinya dompetku terjatuh. Aku tak menemukannya." Ujar gadis itu tanpa menoleh sedikitpun. Chanyeol yang ikut mendengarnya pun diam-diam tersenyum kecil. Ia berbalik dan berjalan ke arah kasir.
"Ahjussi berapa tagihannya? Milikku dan gadis yang disana." Ujar Chanyeol sambil menunjuk ke arah gadis itu.
"Ah dia, semuanya 10.000 won." Ujar pria dewasa itu. Chanyeol pun mengeluarkan beberapa lembar uang dan menyerahkannya pada pria itu. perlahan ia mulai berjalan ke arah pintu keluar. Mungkin sekarang saatnya dia untuk pulang.
"Haelmoni terima kasih atas makanannya." Seru Chanyeol.
"Ne. Datang lagi ya Chanyeol-ah." Balas wanita tua yang tengah berbicara dengan salah satu anak buahnya.
"Ne."
Sebelum benar-benar meninggalkan kedai itu, Chanyeol menoleh sebentar ke arah gadis cantik tadi. terlihat gadis itu sudah berniat untuk berdiri. Chanyeol lagi-lagi tersenyum lalu benar-benar melangkah pergi. dalam hati ia berharap, semoga ia bisa bertemu lagi dengan gadis itu. Yah, semoga.
.
.
Pagi Hari
Chanyeol terbangun dengan mata yang terasa masih sangat berat. Ia melirik ke arah jam dinding di kamarnya. Tertera disana kalau kini sudah pukul 6.00 pagi. Ia harus bangun dan pergi ke sekolah kalau tidak mau terlambat.
Setidaknya jika sudah menyangkut sekolah, Chanyeol menjadi lebih bersemangat. Bahkan dibandingkan hari libur yang memang selalu dinanti-nantikan pada umumnya tidak pernah terasa menarik bagi Chanyeol. Ia bukannya tidak suka hari libur dimana ia bisa tidur seharian. Melainkan ia merasa tidak suka jika harus berlama-lama di rumah. Jika hari libur maka kedua orangtuanya juga sering berada di rumah, tidak jarang Chanyeol akan mendengar segala macam umpatan sampai makian yang terlontar diantara kedua orang dewasa itu.
Karena itu, meskipun sekolah sangat membosankan, Chanyeol akan lebih memilih sekolah karena dengan begitu telinganya akan terlindungi oleh suara berisik yang paling dibencinya.
.
.
Chanyeol melangkah keluar dari kamar mandi sampai menggosok rambutnya yang masih basah dengan handuk. Berjalan ke arah meja belajar dan mengambil beberapa buku mata pelajaran yang sekiranya akan di pelajarinya hari ini. tanpa sengaja tangan Chanyeol menjatuhkan sebuah buku miliknya.
Chanyeol mendengus dan segera mengambil buku tersebut. Bersamaan dengan itu, Chanyeol mendapatkan sebuah surat dengan amplop pink yang sepertinya terselip di dalam buku itu. Chanyeol pun juga mengambil surat tersebut dan melihatnya sekilas. Ia langsung saja membuang surat itu ke dalam tempat sampah tanpa ada niatan membukanya sedikitpun. Chanyeol sama sekali tak tertarik pada hal semacam itu.
Bahkan tanpa dibaca pun Chanyeol sudah tahu kalau itu adalah surat cinta. Uuuh, jika surat cinta itu dari para gadis di sekolahnya, Chanyeol tidak akan pernah sudi. Gadis-gadis disekolahnya yang hobi berdandan dan berbelanja, bersikap berlebih dan sangat suka berteriak. Oh! Dan jangan lupakan tingkah centil menggelikan mereka. Chanyeol sangat anti dengan yang seperti itu. Bahkan sekalipun gadis itu terlihat baik pun Chanyeol belum tentu tertarik. Chanyeol sangat ragu dalam menjalin hubungan dengan seorang gadis. Ia tidak mau jika sampai harus seperti kedua orangtuanya. Tidak peduli ia akan disebut apa, Chanyeol tidak ingin menjalani hidup yang rumit dan berisik. Bahkan sekalipun akan hidup sendiri seumur hidup pun Chanyeol akan tetap merasa bahagia. Dia tidak membutuhkan perempuan dalam hidupnya.
Chanyeol meraih tas ranselnya dan menyampirkannya disalah satu pundaknya. Tidak lupa juga ia mengambil headphone dan Iphone miliknya.
Chanyeol melangkah keluar dari kamarnya dan tak lupa menutupnya dengan rapat. Chanyeol paling benci jika privasinya terusik. Ia akan selalu mengunci pintu kamarnya jikalau ia tak berada dirumah.
Ia melangkah turun ke lantai bawah dan mendapati Appanya yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Pria dewasa itu tampak sedang membaca koran. Chanyeol sendiri hanya melangkah acuh ke arah dapur tanpa ada niatan mengucapkan sapaan 'selamat pagi'.
Chanyeol mengambil sebuah sandwich isi tuna lalu meminum susu yang sudah tersedia di atas meja. Tidak peduli ia pada sang Eomma yang sedang tersenyum ke arahnya. Sesekali Eommanya mengusap pipinya dengan penuh kasih sayang. Inilah yang membuat Chanyeol tak sanggup. Setiap kali melihat wajah Eommanya yang tersenyum seolah tak terjadi apapun. dalam hati Chanyeol pasti merasa kesal. Ia tahu kalau sesungguhnya Eommanya tak sekuat itu.
"Aku pergi dulu." Ujar Chanyeol singkat lalu segera berbalik pergi.
Ketika melewati ruang tamu tempat Appanya berada, Chanyeol pun langsung melangkah pergi begitu saja. Tuan Park sendiri hanya bisa menghela nafas mengerti. Putranya menjadi sedingin itupun karena kegagalannya juga. Kegagalannya dalam mempertahankan keharmonisan keluarganya.
.
.
Chanyeol melipat tangannya pada sisi jendela dan menatap ke arah langit-langit yang cerah. ia pun membenamkan wajahnya pada lipatan tangannya tadi. Di saat jam istirahat seperti ini, Chanyeol merasa sangat malas keluar. Perutnya pun belum terlalu lapar sehingga ia lebih memilih menghabiskan waktunya di dalam kelas.
"Hei Chanyeol!" Chanyeol sedikit mengangkat wajahnya untuk melihat siapa orang yang sedang menyapanya. Terlihat seorang namja berwajah kotak dengan tubuh yang lebih pendek dari Chanyeol sudah berdiri di samping namja itu.
"Ada apa Hyung?" Tanya Chanyeol malas.
"Pulang sekolah nanti kami ingin pergi makan-makan. Kau ingin ikut? Kris Hyung loh yang traktir." Ujar Jongdae—salah satu teman sekelas Chanyeol.
Chanyeol sedikit berpikir untuk mempertimbangkannya.
"Sudah, ikut saja Hyung. Lumayan kan kita bisa makan gratisan." Ujar Oh Sehun—teman Chanyeol yang lain—dari sudut kelas. namja itu terlihat sedang bercengkerama dengan kekasihnya, Luhan.
"Memang dalam rangka apa dia mentraktir?" Tanya Chanyeol lagi. Meskipun Kris terkenal sangat kaya namun tetap saja dia cukup pelit. Sangat jarang dia mentraktir teman-temannya seperti saat ini.
"Kau tak tahu? ah payah sekali. Makanya jangan pasang headphone di telinga terus dong. Buka telinga lebarmu itu agar bisa mendengar berbagai berita baru. Kris Hyung baru saja jadian dengan Tao. Kau tahu sendirikan kalau Kris Hyung sangat menyukai gadis panda itu." Jelas Jongdae panjang lebar.
"Oh." Respon Chanyeol singkat lalu kembali membenamkan wajahnya.
"Yak!" kesal Jongdae sambil memukul kepala Chanyeol. "Jadi kau mau ikut atau tidak?" Tanya Jongdae dengan wajah sewotnya.
"Iya. Aku ikut." Balas Chanyeol dengan wajah sebal. Dia mengelus-elus belakang kepalanya yang terasa nyeri akibat pukulan maut Jongdae.
"Baguslah. Semakin ramai maka semakin seru. Hiihii, kapan lagi kita bisa menghabiskan uang naga pelit itu. sudah ya, aku ingin mencari Chubby Noona."
Chanyeol sendiri sudah kembali membenamkan wajahnya tanpa peduli pada kata-kata Jongdae. Ia ingin istirahat sebentar lagi sebelum bel masuk berbunyi.
.
.
Chanyeol menguap malas mendengarkan obrolan teman-temannya yang terasa sangat membosankan. Kebanyakan dari mereka sibuk membicarakan gadis-gadis cantik disekolahnya. Jika yang bawa kekasih justru sibuk bermesraan dengan kekasihnya itu. sedangkan Chanyeol yang sedang tidak ada bahan obrolan pun hanya bisa mengerang kebosanan.
Saat ini mereka memang sedang berada di salah satu cafe yang terletak di persimpangan jalan Gangnam. Daerah yang memang biasanya di datangi para remaja seperti mereka. terutama cafe ini yang terkenal sebagai tempat tongkrongan anak muda.
Chanyeol mengarahkan tatapannya ke arah panggung kecil yang memang tersedia di cafe ini. berdiri disana seorang namja yang mengetuk-ngetuk mic. Namja itu pun mulai mendudukkan dirinya di kursi yang ada di depan mic sambil mengeluarkan gitar miliknya. Sepertinya namja itu akan memulai penampilannya.
"Hei, dia Suho Hyung kan?" tanya Jongdae sambil menatap Sehun. Chanyeol sendiri pun hanya menatap lurus ke arah panggung.
"Iya. Dia memang Suho Hyung." balas Sehun singkat.
"Aku baru tahu kalau Hyungmu suka bernyanyi di cafe." Kata Kris sambil ikut menatap ke arah panggung.
"Hari ini memang jadwalnya untuk tampil di cafe ini." jelas Sehun.
Chanyeol memperhatikan Suho yang sudah mulai memetik gitarnya. Tak lama, Suho pun sudah memulai nyanyiannya. Suaranya sangat merdu dan membuat para pengunjung terpesona.
"Sehun-ah, suara hyungmu sangat bagus tapi kenapa kau justru tak pandai bernyanyi." Cetus Xiumin—kekasih Jongdae yang ikut hadir juga—dengan polosnya.
Sehun yang mendengar itupun langsung mem-poutkan bibirnya. "Aku bukan tidak bisa tetapi tidak mau, Noona." balas Sehun. Yang lain pun hanya terkikik geli mendengar jawaban Sehun.
4 menit berlalu dan lagu yang dibawakan Suho pun telah berakhir. Chanyeol pun beralih melirik ke meja di hadapannya lalu mengambil satu potong pizza. Ia kembali melihat ke arah panggung, berharap-harap kalau ada penampilan musik lagi. Jujur, Chanyeol sangat tertarik dalam hal musik. Ia sendiri juga bisa bermain gitar dan suaranya tidak terlalu buruk—malah bisa dikatakan bagus. Bakat inilah yang juga menjadi salah satu alasan para gadis disekolahnya menyukai dirinya.
Namun detik berikutnya mulut Chanyeol yang sedang mengunyah makanan langsung terkatup rapat. Ia terdiam dalam keterpakuan. Kini bukanlah Suho yang ada di atas panggung melainkan dua orang gadis. Dan salah satu dari gadis itu adalah ... gadis yang ada di kedai kemarin.
"Ah, itu Kyungsoo Noona dan Baekhyun Noona." Ucap Sehun tiba-tiba.
"Kau tahu mereka Sehunnie?" Tanya Luhan—kekasih Sehun—sedikit ada nada tidak suka dalam suaranya. Jelaslah ia sedikit kesal. bagaimana bisa kekasihnya mengenal dua orang gadis cantik itu.
"Tidak sih. tapi aku tahu mereka. Hyungku sering bercerita. Ia menyukai gadis bermata bulat yang sedang duduk di kursi depan mic itu. Namanya adalah Kyungsoo. Suaranya juga sangat indah." jelas Sehun.
"Berarti yang sedang duduk dibalik piano itu bernama Baekhyun?" tanya Chanyeol tanpa sadar. Bola matanya terus saja menatap gadis itu. gadis yang sedang duduk dibalik piano.
"Betul sekali Hyung. Memang sih, penyanyi-penyanyi di cafe ini sangat keren. Mereka semua memiliki bakat yang patut di ancungi jempol deh. Seperti misalnya Kyungsoo Noona, kata Hyungku, tahun depan ia akan menerima beasiswa penuh untuk sekolah di Universitas musik berkualitas di Amerika. Hebat kan." Cerita Sehun panjang lebar. Namja yang paling muda itu justru semakin asyik menceritakan hal yang memang diketahuinya ketika melihat wajah-wajah tertarik dari teman-temannya.
"Namun diantara semua orang itu, menurutku yang paling istimewa adalah Baekhyun Noona." Ujar Sehun. Otomatis Chanyeol langsung menolehkan wajahnya.
"Wae?" tanya Chanyeol.
"Kau tak melihatnya Hyung. coba lebih kau perhatikan lagi Baekhyun Noona dengan baik." Ujar Sehun tenang. Semua pun juga ikut melihat ke arah gadis yang kini sedang duduk diam. Menunggu waktunya untuk mulai tampil. Baekhyun hanya diam saja sambil menatap lurus ke depan. Tapi... memang ada sesuatu yang berbeda.
"Dia... buta?" bukan Chanyeol yang pertama kali menyadarinya melainkan Luhan.
"Kau benar Noona. dia tidak bisa melihat." Ucap Sehun.
"Kau serius?" tanya Jongdae.
"Eumm... kata Hyungku sih itu sejak 1 tahun yang lalu karena kecelakaan. Namun dia tetap bisa bermain piano dengan baik. Dia juga tetap bisa beraktifitas seperti biasanya tanpa orang yang terus mendampingi."
Chanyeol hanya terus diam sambil memperhatikan pergerakan gadis bernama Baekhyun itu.
Tingg... sebuah dentingan piano sebagai awal dimulainya penampilan kedua gadis cantik itu.
Deoneun mangseoriji ma jebal nae simjangeul geudueo ga
Geurae nalkarousurok joha dalbit jochado nuneul gameun bam (Baekhyun)
'Suaranya sangat indah...' Batin Chanyeol. untuk kedua kalinya ia terpesona akan seorang gadis. Gadis yang sama yaitu Baekhyun.
Na anin dareun namjayeotdamyeon
Huigeuk anui han gujeorieotdeoramyeon neoui
Geu saranggwa bakkun sangcheo modu taewobeoryeo (Kyungsoo)
Memang suara Kyungsoo juga indah, namun mata Chanyeol tetap tidak bisa teralihkan lagi. hanya berada pada satu titik fokus yaitu pada Baekhyun. gadis yang baru beberapa menit tadi ia ketahui namanya.
Baby Don't Cry tonight eodumi geochigo namyeon
Baby Don't Cry tonight eobseotdeon iri doel geoya
Mulgeopumi doeneun geoseun nega aniya kkeutnae mollaya haetdeon
So baby don't cry cry nae sarangi neol jikil teni
Baby Don't Cry – EXO-K
Bahkan sampai lagu itu berakhir pun mata Chanyeol tak pernah terlepas dari sosok gadis yang mahir memainkan piano itu. astaga, sepertinya untuk kali ini saja Park Chanyeol yang mengaku sangat menghindari perempuan, akhirnya jatuh pada pesona seorang gadis. Pesona seorang gadis istimewa.
"Mengagumkan." Puji Luhan sambil bertepuk tangan keras bersama-sama dengan para pengunjung cafe yang lain.
"Sudah kubilangkan." Kata Sehun santai.
'Istimewa' ucap Chanyeol dalam hati.
.
.
Chanyeol tetap saja duduk dengan manis di meja cafe tanpa ada niatan untuk pulang. Teman-temannya yang lain justru sudah pulang sejak 1 jam yang lalu.
Niatannya kali ini adalah untuk menunggu Baekhyun, kalau perlu ia ingin mencoba berkenalan dengan gadis itu.
Chanyeol yang tadinya sedang bersandar sambil memainkan ponselnya langsung menegakkan duduknya saat melihat seorang gadis bertubuh mungil sedang berjalan dengan sebuah tongkat di tangannya. Ah! ternyata Sehun benar. Baekhyun adalah seorang tuna netra. Ia buta.
Ketika sudah dilihatnya Baekhyun yang keluar dari cafe, Chanyeol segera bangkit berdiri dan mengambil tas ranselnya. Dengan langkah santai keluar dari cafe juga. Ia bisa melihat Baekhyun yang sedang berjalan lurus dengan tongkat sebagai penunjuk jalannya.
Ingin sekali rasanya Chanyeol mendekati Baekhyun saat ini. namun sekarang sudah bisa dikatakan malam dan ia seorang laki-laki. Bukannya mendapat sambutan yang baik, Chanyeol malah akan dikira seorang penguntit atau lebih buruknya ialah penjahat. Oh tidak. ia tidak ingin membuat kesan yang buruk untuk Baekhyun. untuk pertama kalinya Chanyeol benar-benar ingin mengenal seorang gadis.
Langkah Baekhyun terhenti di halte bus. Ia berdiri dengan wajah yang seolah menatap lurus ke depan. Namun jika lebih di perhatikan, tatapan Baekhyun kosong. Dengan sedikit memberanikan dirinya, Chanyeol berdiri disamping Baekhyun. namja itu memasukkan tangannya ke dalam saku celana dan memasang headphonenya. Seolah-olah ia juga ikut menunggu bus.
Ketika sebuah bus datang, Baekhyun langsung naik ke atas dengan langkah perlahan. Ingin sekali Chanyeol menyentuh lengan itu untuk membantu Baekhyun. Aahh, Chanyeol merasa hanya bisa menjadi patung yang bodoh disini. hanya bisa berdiri seolah menunggu sambil menatap gadis yang terlihat kesusahan itu.
Ketika Baekhyun sudah masuk ke dalam bus, Chanyeol pun ikut naik. Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah jam 7 malam. Apakah Baekhyun selalu pulang selarut ini? Oh tidak. Bagi Chanyeol, Baekhyun adalah gadis mungil yang seharusnya sudah ada di rumah sejak sore. Bagaimana kalau ia di apa-apakan penjahat dalam perjalanan pulang. Apalagi kondisi Baekhyun yang tidak memiliki kekuatan untuk melakukan perlawanan. Hei! Bukan menghina namun menurut kalian apa yang bisa dilakukan oleh seorang yang tidak bisa melihat. Sungguh mengkhawatirkan kan.
Chanyeol terus saja mengekor di belakang Baekhyun sampai akhirnya ia tiba di depan apartement milik Baekhyun. Setelah bisa melihat dengan matanya sendiri kalau Baekhyun sampai di rumah dengan selamat, Chanyeol pun berbalik untuk pulang. Meski dari sini untuk ke rumahnya ternyata cukup jauh.
Dalam hati Chanyeol mulai membuat janji. Mulai dari saat ini, ia akan menjadi pelindung bagi Baekhyun. ia akan mencari tahu segala macam kegiatan gadis itu sehingga bisa menjaga gadis itu diam-diam.
.
.
To Be Continued
Words :2.938
Published : 19/01/14
sebenernya aku udah ga begitu pede buat update FF, namun dengan segala keberanian yang ada, kuputuskan untuk mencoba mempublish ff yang baru ku buat ini. Jika respon kalian baik, mungkin aku akan kembali aktif lagi seperti dulu.
jadi jika kalian memang berkenan, kutunggu reviewnya Ne? Kritik dan Sarannya lah yang terpenting.
