The Sadistic
.
.
.
Bleach = Tite Kubo
.
.
.
"Hh, hh, hh..."
Terlihat seorang wanita terengah-engah dalam jebakan kegelapan yang begitu pekat. Ia berlari, menyelusuri setiap lorong yang ditemuinya tanpa mengetahui, kemana akhir dari lorong tersebut. Dengan mengandalkan senter dalam genggaman dia menembus kegelapan yang seolah mengancam itu. Seperti lari dan mungkinkah ada sesuatu dibalik ketiadaan cahaya itu? Tidak ada yang tahu, kecuali wanita tersebut. Ya, dialah satu-satunya yang selamat dari para makhluk tak berbelas kasihan itu. Yang terus memburu siapapun yang mengusik tidur panjang sang tuannya. Tanpa kenal lelah ia terus mengejarnya... Hingga rasa takut akan makhluk tersebut telah terpatri kedalam sanubari jiwanya. Bahkan suara besi tua bergesekan pun sudah dikiranya makhluk tersebut telah mendekat.
Ini bukanlah sebuah lelucon.
Pasti aku tengah bermimpi sekarang ini.
Demikian yang dipikirkan oleh wanita tersebut. Dia terus mengulangi kalimat yang sama seperti sebuah lagu yang terus dimainkan. Terlihat dia bergetar mengucapkannya. Seperti takut bahwa yang dialami saat ini bukanlah mimpi. Bukankah lebih baik kalau semua ini adalah mimpi dan begitu bangun, mentari telah menyambut dirinya?
Ya. Itu terlalu muluk untuk tempat dimana ketakutan sekecil apapun dapat menjelma menjadi sesuatu yang mampu membunuh sang empunya.
Nafasnya memburu. Pegal pada kakinya sudah tak tertahankan lagi. Dengan perlahan dia melambatkan laju jalannya, sambil mengatur nafas dan menenangkan diri sesekali ia menyinari setiap koridor yang telah dilewati. Memastikan bahwa tak ada seseorang bahkan sesuatu pun yang membuntuti. Kita tidak tahu, termasuk wanita itu tidak mengetahui bahwa dipenghujung sana, terdapat benang tipis yang menghiasi lorong tersebut. Cukup tipis untuk kau lemparkan apapun itu, dalam sekejap mata akan terpotong dengan sempurna. Termasuk daging manusia sekalipun.
Dengan seksama dia mengamati langkahnya, satu langkah salah saja dapat membawa petaka dimana yang dilaluinya kini penuh dengan ribuan pecahan berserakan. Bukan karena mampu melukai kaki melainkan suara pecahan itu pasti menarik perhatiannya.
Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga.
Mungkin inilah peribahasa yang tepat untuk menggambarkan keadaan wanita itu. Tanpa disadari, sebuah pecahan menggema dan berasal dari pijakan tempat dia berada. Bunyinya memang kecil, namun ditempat asing seperti ini, bunyi sekecil itu sudah cukup untuk membuatmu dikerumuni. Bahkan suara gesekan kusen pintu dan deritan jendela sekalipun dapat kau rasakan kehadirannya.
Tanpa mempedulikan pecahan yang berserakan, ia berlari dalam keadaan panik. Kembali menembus gelapnya koridor tersebut. Bau busuk yang menyengat mulai tercium semakin pekat seolah semakin menghampirinya. Namun dengan hanya memikirkan nyawanya saja sudah cukup untuk membuat dia tidak memperhatikan sekelilingnya lagi. Termasuk lorong tersebut...
Tes.
Dalam hitungan detik keseimbangannya runtuh dan baru disadari ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Ini bukan karena sepatu ataupun tergelincir dilantai. Tidak lantainya ini sangat jauh dari kata licin, lalu apa yang membuat keseimbangannya dalam sekejap runtuh begitu saja?
Ia mendapati darah yang mengalir disekelilingnya. Sangat banyak seolah dia tenggelam oleh darah itu sendiri. Ia tidak merasakan apapun lagi kecuali rasa sakit yang begitu perih telah memenuhi sekujur tubuhnya. Untuk merintih sekalipun sudah tidak mampu lagi. Dalam sela-sela kesadaran yang semakin menjauh itu, ia melihat sebuah potongan kaki yang terpotong dengan sempurna. Disertai sebuah tangan yang terjatuh menimbulkan bunyi dug dalam keadaan masih tergenggam erat cahaya kehidupan tersebut. Cukup erat sampai disaat terpisah sekalipun, ia masih menggenggam. Seperti bagian dari tubuh tangan tersebut yang terus menyoroti wajahnya yang rindu akan cahaya.
Ia tersenyum sampai seseorang menginjak senter tersebut dengan keras. Kegelapan kembali menyelimuti tepat sebelum dia mendengar sebuah bunyi benda keras yang dihancurkan menghiasi koridor tersebut. Menyisakan sebuah tanda tanya kepada kita semua...
.
.
.
Ditempat yang sama, seseorang memperhatikan drama tersebut dari kejauhan sambil berlalu dalam kegelapan yang begitu pekat dan menyiksa.
.
.
.
The End?
.
.
.
Halo para senpai semuanya, ini adalah fanfic pertama saya disini.
Mohon masukan dan komentarnya ataupun reviewnya demi penulisan yang lebih baik lagi
Salam kenal sebelumnya ^^
