a/n: Assalamu'alaykum, vea dateng dengan fic serial baru~! Huhuy~! #Plak. Tenang saudara-saudara, vea udah membuat fic ini dari awal sampai akhir kok. Jadi ngga usah khawatir menggantung dan lama update seperti fic serial vea yang lain. (tapi kalau update tergantung yang review ya.. XD). Lanjut ah, vea upload fic ini (sebenarnya ini fic lama, dibuat waktu masih zaman SMP), biar para Fans Vea #Plak, bisa menikmati karya vea sembari menunggu fic serial vea yang lain, yang belum vea bikin sampai tamat. Begitu, jadi sembari vea cari inspirasi, kalian masih bisa menikmati karya Vea. Vea harap kalian akan menyukainya.
Judulnya vea baru siapkan tadi karena vea lupa judul aslinya yang dulu. Vea menamai ini "Sacrificium Amoris Anemone". Sacrificium Amoris vea ambil dari bahasa Latin. Hayo, ada yang tahu ngga artinya apa? Sementara Anemone merupakan nama sebuah bunga yang memiliki bahasa dengan arti tersendiri. Kenapa vea akhiri banya-akhir ini suka ngasih judul dari banyak bahasa? Karena vea ingin terlihat beda dari orang lain, dari author lain.
Yup, mungkin cuma segitu cuap-cuap dari vea. Silahkan menikmati cerita ini, vea harap kalian akan suka...
Sacrificiun Amoris Anemone
Kamichama Karin © Koge-Donbo
Sacrificium Amoris Anemone © Invea
Rated : T
Crime-Romance-Hurt/Comfort-Friendship-Angst
Warning : GaJe! Typo! OC! Alur berantakan! Kurang pendeskripsian! De eL eL
Enjoy~!
.
.
"Karin… Karin…"
'Siapa itu? Rasanya aku mengenal suara itu?' tanya Karin dalam hati. Tiba-tiba, ia melihat seorang anak laki-laki yang tadi memanggilnya. Wajahnya tertutup oleh poni rambutnya yang cukup panjang.
"Karin… Karin…" Anak itu terus menerus memanggil namanya.
'Perasaan apa ini? Rasanya ada sedikit kerinduan…' ujar Karin dalam hati.
"Hei, siapa kamu? Tunggu! Jangan pergi!" Karin berlari mengejar anak itu. Namun...
.
.
Kring… Kring… Kring…
Jam weker Karin berbunyi. Karin lalu terbangun dari mimpinya.
'Siapa ya anak laki-laki itu? Rasanya aku telah mengenalnya? Siapa dia?' tanya Karin dalam hati.
Pagi yang cerah, hari ini adalah hari nyugakushiki (upacara penerimaan murid baru). Matahari yang cukup terik menerangi bumi. Membuat keringat bercucuran dari kepala para siswa. Pidato panjang dari kepala sekolah membuat para siswa mengantuk, termasuk Karin yang berada di barisan paling belakang.
'Aduh, pidatonya lama banget sih! Kakiku kan udah pegal, mana ngantuk lagi,' keluh Karin dalam hati.
.
.
55 menit kemudian, upacara pun berakhir. Siswa baru termasuk Karin memasuki sekolah dengan antusias. Mereka lalu mencari nama mereka dalam pengumuman daftar kelas.
'Hum… Aku kebagian di kelas 7C… Orang-orangnya asyik-asyik nggak ya?' tanya Karin dalam hati dengan penuh penasaran. Ia membayangkan di sana, di kelas barunya, ia akan mempunyai banyak teman yang baik. Dengan langkah tegap penuh percaya diri, dia lalu memasuki ruang kelas.
"Ohayou mina!" sapa Karin dengan penuh semangat. Suaranya yang begitu keras, membahana di dalam ruangan itu.
Tak ada satu siswa pun yang menjawab salamnya.
'Huh! Teman sekelasnya menyebalkan…' keluh Karin dalam hati. Pupus sudah khayalannya mempunyai banyak teman yang baik. Namun, tiba-tiba ada seorang anak perempuan cantik yang menjawab sapaan Karin.
"Ohayou… Watashi wa namae Kujo Himeka desu… Hajimemashite…" sapa anak perempuan berambut panjang indigo tersebut. Dia kemudian menghulurkan tangannya.
Senyum Karin mengembang. 'Ini teman pertamaku di sekolah ini,' ujarnya dalam hati. Dengan gembira, ia kemudian menjabat tangan gadis itu.
"Watashi wa namae Hanazono Karin desu… Salam kenal ya, Himeka…"
"Himeka, kau harus berhati-hati, jangan mudah bicara dengan orang baru yang belum bisa dipercaya," ujar seorang anak cowok cool yang tiba-tiba datang menimpali.
"Maaf, Kazune. Tapi kelihatannya Karin orang yang baik kok,"
'Huh! Itu cowok kenapa sih? Mentang-mentang cool, jangan-jangan dia itu pacarnya Himeka, ya?' tanya Karin dalam hati.
Karin lalu bergegas duduk di mejanya. Namun sial, ternyata Karin harus duduk di depan Kazune.
"Kenapa aku harus duduk di belakang cewek sih? Menghalangi pemandangan saja!" ujar Kazune kesal.
Kesabaran Karin mulai habis.
"Cewek! Cewek! Kau pikir kau ini siapa, hah? Apa orang tuamu tak pernah mengajarimu sopan santun?" bentak Karin kesal. Dia benar-benar marah dengan sikap Kazune yang sangat kasar.
"Harusnya aku yang berkata seperti itu!"
"Apa kau bilang?"
"Kalian berdua bisa tenang sedikit?" tanya Hotaru Senseiyang tiba-tiba masuk.
"Ma… Maaf Sensei," ujar mereka berdua serempak.
"Dasar cewek, udah berisik, bawel pula!" keluh Kazune.
"Kau ini ya!"
"Kalian berdua! Ini hari pertama kalian sekolah di sini tapi kalian malah membawa keributan. Kalian berdua saya hukum berdiri di lorong, sekarang juga!" bentak Hotaru Sensei.
Karin dan Kazune lalu pergi berdiri di lorong.
.
.
"Huh! Menyebalkan, aku jadi harus berdiri di lorong gara-gara cewek jelek!" keluh Kazune.
"Apa maksudmu? Harusnya aku yang mengeluh seperti itu!"
"Enak saja. Jadi kau pikir semua ini salahku, begitu?" tanya Kazune kesal.
"Lha terus, emangnya ini kesalahanku? Perasaan yang mulai gara-gara itu kamu dech bukan aku!"
"Enak saja kau bilang. Dasar cewek jelek, cerewet, bawel lagi! Menyebalkan!"
"Kau pikir kau sendiri tidak bawel apa?"
"Huapa maksudmu itu?"
"Kau itu ya…"
"Kalian berdua ini mau ribut sampai kapan?" bentak Hotaru Senseiyang kini –lagi-lagi, tiba-tiba berada di depan pintu kelas.
"Gomenasai, Sensei," Ujar Kazune dan Karin.
"Sepulang sekolah, kalian harus bersihkan kelas berdua," seru Hotaru Sensei.
"Tapi, Sensei…"
"Tidak ada tapi-tapian lagi. Kalau kalian berdua ribut lagi, kalian akan aku berikan skors! Mengerti?" tanya Hotaru Sensei.
"Me… Mengerti Sensei."
.
.
"Huh! Kenapa aku harus dihukum di hari pertama sekolah sih?" ujar Karin kesal sembari menyapu lantai.
"Kalau kau punya waktu untuk mengeluh, sebaiknya kau gunakan untuk bekerja. Cewek itu bodoh sih, menyebalkan saja!"
Karin tak terima dikatai seperti itu oleh Kazune. Ia menjadi sangat marah.
"Kenapa sih kau selalu berkata seperti itu?" bentak Karin kesal.
"Kenapa apanya? Memang benar kan cewek itu kebanyakan seperti itu!"
"Tapi kan tidak semuanya!"
"Tapi kau memang seperti itu!"
"Sudah… Sudah… Kalian berdua jangan bertengkar! Biar aku bantu," ujar Himeka.
"Himeka? Kenapa kau belum pulang?" tanya Karin.
"Aku sengaja menunggu Kazune. Aku ingin pulang bersamanya," jawabnya sembari tersenyum lembut.
"Himeka, kau diam saja! Kau jangan terlalu kelelahan! Kau tunggu saja, sebentar lagi juga pekerjaanku beres!" seru Kazune dengan lembut. Ia kemudian mendorong punggung Himeka dan mendudukan gadis itu di kursi
"Tapi, Kazune…"
Himeka lalu menatap dalam-dalam mata Kazune.
"Baiklah," kata Himeka sembari mengangguk.
"Sikapmu beda sekali pada Himeka? Apa karena Himeka itu saudaramu? Nama keluarga kalian berdua itu sama, kan?" tanya Karin.
"Tidak. Dia orang yang teramat sangat berharga untukku," jawab Kazune.
"Oh… Begitu ya!"
Karin jadi tampak agak murung.
'Kenapa aku jadi kesal ya? Kenapa aku jadi sedih begini?' tanyanya dalam hati.
.
.
"Karin, benar kau tidak akan ikut pulang bersama kami?" tanya Himeka.
"Iya, tidak usah. Ada yang masih harus aku kerjakan,"
"Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa, ya!"
"Ya!"
Karin berjalan sembari tertunduk lesu.
'Hm… orang yang sangat berharga? Fiuh! Aku ini berpikir apa sih?' tanya Karin dalam hati.
.
.
To Be Continued
.
.
Keep or Delete?
.
.
Review Please?
