Hello There!

Saya author baru disini :D, jadi ummmm... saya mohon senpai yang sudah lebih lama disini men-review story saya... jadi saya bisa tahu gituh, dimana kekurangan fic ini. Tokoh-tokoh GA disini mungkin agak OOC, tapi saya mohon kerja samanya! V ~PLEASE READ N REVIEW~


TITLE: Empty Space within Me

AUTHOR: Austine-sophia

SUMMARY:

Natsume Hyuuga adalah seorang artis ternama yang tiba-tiba saja menghentikan karirnya dalam dunia artis, tidak ada seorangpun yang tahu tentang penyebab kemundurannya itu, kecuali dirinya sendiri. Pertemuannya dengan seseorang, membuat kehidupannya yang sekarang terikat dengan orang itu. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, ternyata bukan hanya Natsume saja yang memiliki rahasia pribadi...

PAIRING: MikanXNatsume so pasti! Minor MikanXRuka...

WARNING: Fic pertama! Go easy on me! Chara sedikit OOC


Prologue

Dunia ini tak adil. Kenapa mereka yang diluar sana bisa hidup dengan bebas, sementara aku terkurung disini?

Aku berjalan kearah kaca besar yang berada dipojok ruanganku. Kulihat pantulan diriku di kaca itu. Mata merah, kulit putih, tubuh yang tegap...Siapa? Siapa ini? Aku tak kenal dengan bayangan yang dipantulkan oleh kaca ini! Tapi ini jelas aku, aku yang bukan diriku. Aku yang ingin lari dari tempat ini.

Aku yang ingin lari dari kehidupan yang palsu ini.


Aku memandang sebuah bingkai foto yang berada diatas meja belajarku. Kulihat diriku yang masih kecil berdiri diantara dua orang dewasa yang menggenggam erat tanganku.

Rindu. Aku rindu mereka. Aku ingin pulang ke rumah. Aku ingin mengetahui kabar mereka. Tapi aku tak bisa, ya, tak bisa.

Karena jika aku pulang, pengorbanan ini akan sia-sia.


No need for saying 'farewell', but 'see you then' it is...

I hate you for hurting me...

But the most from it all...

I hate you...

For make me falling in love with you.

Empty Space within Me

~End of Prologue~


Chapitre 1: Mâle ou Femelle?

'Inilah kisah kehidupanku yang baru, takdir yang berubah seiring dengan berjalannya waktu yang tak pernah kusadari'

-Natsume


Seorang pemuda tengah berteduh sendirian dibawah pohon yang rindang, sambil memandang jalan yang berada dihadapannya. Angin yang berhembus perlahan, tampak seperti menyisiri rambut hitam legamnya itu.

Ia mengenakan kaus putih yang kontras dengan jaket hitamnya, dipadu dengan jeans biru yang panjangnya hanya selutut, dan mengenakan sepatu coklat ditambah aksesoris kacamata hitam yang menutup mata merah musim kemarau miliknya. Pria itu terlihat keren dengan pakaian yang dipakainya, sampai menarik perhatian gadis-gadis yang berlalu-lalang di jalan tersebut.

Ia hanya diam dan bersandar pada batang pohon. Terkadang, mata musim gugurnya melihat keatas dan menatap awan yang terlukis dengan indah diatas kanvas biru.

'Sungguh pemandangan yang sangat menyejukkan mata,' pikirnya.

Lima menit telah berlalu, ia melihat semua yang berada dihadapannya terus menjalankan aktivitasnya masing-masing. Kendaraan-kendaraan terus berlalu-lintas dan para pejalan kaki terus berlalu-lalang. Akhirnya, ia memutuskan untuk beranjak dari tempat itu dan melangkahkan kakinya dengan santai.

Ia terus berjalan tanpa memperhatikan kanan-kirinya, terus melangkahkan kakinya tanpa tujuan. Ia bisa melihat, setiap kali ia berpapasan dengan pejalan kaki yang lain. Mereka terus memandangi dirinya, seolah-olah seperti pernah melihat dirinya disuatu tempat. Tapi ia tidak memperdulikan mereka. Masa bodoh, itu , kan, bukan urusannya.

Jalanan yang ia lalui terasa asing baginya, karena ini pertama kalinya ia berada di jalan tersebut. Sudah begitu ia tidak tahu kemana ia harus pergi, alias tidak tahu kemana tempat tujuannya.

'Haahhh...,' Ia menghela nafasnya sambil berpikir, apa benar keputusannya tepat. Tiba-tiba, Ia menghentikan langkahnya.

'Apa aku kembali saja? Ah, tidak. Itu artinya percuma saja aku bisa sampai sejauh ini,' bisik pemuda itu dalam hatinya yang sedang dilanda dilemma.

'Semoga, keputusanku untuk pergi dari tempat itu benar.' Kemudian ia pun segera melanjutkan langkah kakinya yang sempat berhenti.


Ia menghentikan langkahnya, kemudian melihat sekelilingnya. Ia sampai di tempat ini, sebuah pasar tradisional. Baru pertama kali ia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri, ia sedikit kagum dengan suasana pasar yang begitu ramai. Sambil memasukkan kedua tangannya ke kantung celananya, lelaki berkacamata hitam itu pun memutuskan untuk berkeliling dan melihat-lihat tempat itu.

Ia menggerakkan kepalanya kekanan dan kekiri, pertanda kebingungan. 'Tadi datang darimana? Pintu keluarnya dimana lagi? Yang ada dari tadi cuma lautan manusia dan bau sayuran, ikan, dan daging yang menyengat! Sial, bagaimana ini?' rutuk pemuda berambut hitam itu dalam hati.

Karena gelisah, pemuda itu mulai tidak memperhatikan sekelilingnya. Ia tidak sadar bahwa tangan kanannya meraba-raba kantung celana orang yang berdiri disampingnya dan kebetulan sekali terdapat dompet didalamnya. Sontak orang yang disampingnya itu terkejut dan berteriak, "COPEEETTTT! COPETTT!" sambil menunjuk pada pemuda malang yang tak bersalah itu.

Tapi, yang dituduh pencopet malah dalam keadaan shock berdiri, kaget karena dituduh pencopet. Pencopet? Orang ini pikir dirinya pencopet? Yang benar saja. Dilihatnya orang yang menuduhnya pencopet. Seorang anak laki-laki bertubuh lebih pendek darinya, mengenakan topi biru muda yang menutup seluruh rambutnya, dan memakai kemeja hijau plus celana olahraga pendek berwarna putih? Selera pakaiannya aneh sekali.

Belum ia sempat menggerakkan mulutnya untuk memprotes fitnahan tersebut, kerumunan orang di pasar itu sudah bersiap ramai-ramai untuk mengadili dirinya (baca: keroyok rame-rame). 'What the-?' rutuk orang itu. Tanpa berpikir dua kali, ia pun langsung berlari meninggalkan TKP1 dengan tangan kanannya menyeret orang yang menuduhnya pencopet, ia ingin membuat perhitungan dengan orang yang memfitnahnya ini.

"Hah...hah...hah..." Ia mendengar cowok pendek disebelahnya itu mulai kehabisan tenaga setelah ia seret kesana kemari. Cowok pendek itu kemudian mulai mengangkat kepalanya yang tertunduk sebelumnya, sambil meluruskan tangannya yang tertekuk di lututnya. Ia melihat mulut orang yang sekarang berada didepanya mulai terbuka.

"Hei! Dasar copet kurang ajar! Berani-beraninya menyeret orang!" lelaki yang diteriaki copet itu merasa tak menerima dikatai pencopet, sontak ia membalas perkataan sang pemfitnah dengan kasar.

"Siapa juga yang mau nyopet? Jangan ngasal nuduh, dong, dasar pendek!" Mata birunya membulat seketika, ia lalu menatap lelaki yang lebih tinggi darinya dengan tatapan tak percaya.

"Siapa yang pendek? Tarik ucapanmu, dasar tiang listrik." Bagus, si cebol ini mulai membuatku naik pitam, rutuk sang pemuda tiang listrik dalam hati.

"Apaaa? Jangan menghina, ya, kau sendiri tidak punya selera berpakaian yang baik." Yang membalas pun mulai tersenyum pada pemuda didepannya, bukan senyuman biasa tapi senyuman meremehkan. Ia berusaha untuk tetap cool dihadapan lelaki kecil ini, menahan tawanya yang ingin meledak. Keinginannya untuk tertawa semakin jadi, melihat muka si pemuda kecil yang mulai memerah seperti kepiting rebus, tanda kesabarannya sudah mencapai batasnya. Hah, entah berapa lama aku tak pernah merasakan perasaan ini, anak ini membuatku melupakan masalah yang kuresahkan dari tadi dengan mudahnya.

"Grrr...Memangnya kenapa kalau selera berpakaian jelek, dasar tukang copet tidak tahu sopan santun!"

"Hah? Masih menduduh orang pencopet? Mana ada tukang copet sekeren dan seganteng ini, dasar cebol!"

"Di zaman modern seperti ini apa saja juga mungkin, Tuan! Masa tukang copet gak berevolusi juga dari dulu? Tukang copet juga bisa ikut perkembangan zaman, pohon kelapa!"

"Dari ucapanmu itu, berarti kau mengakui bahwa aku ini keren, dong, bocah?" Air mukanya pun mulai memerah, ia malu dengan ucapannya yang mengandung dua makna tersebut.

"Kauuuu...Kau dasar Tugu Monas!"

"Apa Tugu Monas? Dasar kau pengecut!"

"Hahhh? Pengecut?" tanyanya tak mengerti.

"Kau, kan, laki-laki. Kalau misalkan ada pencopet seperti itu, langsung saja hajar sendiri, memangnya cewek, hanya bisa menangis dan berteriak saja memanggil bantuan? Kau jelas-jelas seorang pengecut!" ujar si pemuda dengan bangga. Ia melihat reaksi muka si laki-laki yang diejeknya, matanya membulat seketika kemudian menatap wajahnya datar.

"Maaf, ya, kalau saya seorang pengecut, tapi saya harap ini tidak mengecewakan anda," mengecewakan? Mengecewakan apa? Ia menghentikan perkataannya. Jari-jari tangannya meraih topi birunya dan membukanya, kemudian rambut panjang berwarna coklat hazel pun terurai di bahunya. Tunggu, rambut panjang? Cowok cebol ini punya rambut panjang? "FYI2, aku ini seorang perempuan, tahu!" Ia pun terdiam sambil menatap tak percaya pada laki-scratch that-gadis mungil yang berada didepannya. Dunia ini memang penuh dengan kejutan...


~End of Chapitre 1~

1 Tempat Kejadian Perkara

2 For Your Information