Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
.
.
.
THREE SHOT
Pairing: Naruto x Ino
Genre: romance/humor
Rating: T
Start: Kamis, 14 Juli 2016
.
.
.
Request fic untuk Geki Uzumaki
.
.
.
NARUTO-SENSEI, NO OTHER
By Hikasya
.
.
.
Chapter 1. Menyatakan perasaan
.
.
.
"OHAYOU SEMUANYA!"
"OHAYOU, NARUTO-SENSEI!"
Suara-suara keras memecahkan keheningan di suasana pagi yang cerah ini. Saat seorang guru laki-laki menyapa murid-muridnya dengan penuh semangat di dalam kelas 12-A. Kelas di mana dipenuhi berandalan-berandalan yang bercampur baur dengan orang-orang teladan. Semua menjadi ribut tatkala sang guru sudah datang untuk mengajar di jam pertama ini.
Guru laki-laki yang bernama lengkap Namikaze Naruto. Seorang laki-laki berambut pirang jabrik. Bermata saffir biru yang disembunyikan di balik kacamata bulatnya. Ada tiga guratan di dua pipinya. Kulitnya coklat yang eksotik. Selalu mengenakan pakaian yang rapi dan bersih. Bertubuh tinggi dan tegap. Umurnya sekitar 22 tahun.
Dia merupakan guru baru yang baru mengajar di Konoha High School ini. Baru lulus dari universitas ternama di kota Konoha. Mengajar di bidang mata pelajaran matematika. Dikenal sebagai guru yang baik, lembut, semangat dan ceria.
Beberapa murid perempuan dan guru perempuan menaruh hati padanya karena kelembutannya. Dia selalu ramah pada siapa saja terutama terhadap perempuan. Bahkan ada dua-tiga murid perempuan di kelas 12-A itu, menyukainya secara diam-diam.
Salah satunya adalah seorang gadis berambut pirang diikat satu. Ada sedikit poni yang menjuntai di wajahnya sehingga menutupi mata kirinya. Kulitnya yang putih. Umurnya sekitar 18 tahun. Namanya adalah Yamanaka Ino.
Dia duduk di paling depan, persis di dekat pintu kelas. Terus memandangi Naruto yang mulai mengajar. Tanpa berkedip sama sekali. Wajahnya merona merah. Pasalnya, dia sudah jatuh cinta pada sang guru selama beberapa hari ini karena sang guru mengajarinya tentang pelajaran matematika secara privat.
Jadi, intinya dia dan Naruto sudah dekat karena Naruto selalu datang ke rumahnya untuk mengajarinya tentang pelajaran matematika yang sulit. Ino yang memintanya sendiri pada Naruto. Naruto mau mengajarinya dengan senang hati. Apalagi mengingat Ino sudah masuk di semester terakhir. Sebentar lagi Ino akan lulus SMA. Atas alasan itu, Naruto mau menjadi guru privat yang mengajari Ino seorang saja.
Sungguh, hal ini membuat beberapa teman laki-laki Ino cemburu pada Naruto. Pasalnya juga, Ino adalah primadona kelas 12-A. Diam-diam, para laki-laki di kelas tersebut, saling bersaing untuk merebut cintanya Ino. Salah satunya laki-laki yang sangat mencintai Ino setengah mati, namanya Sai, ingin berencana menembak Ino secepatnya agar tidak didahului oleh Naruto dan yang lainnya.
"Baiklah, semuanya. Buka buku pelajaran kalian, halaman 120," ucap Naruto yang berdiri sambil memegang buku pelajaran."Saya akan menjelaskan kembali tentang pelajaran algoritma yang sebelumnya sudah saya terangkan. Coba perhatikan semuanya!"
Maka sang guru segera menghadapkan dirinya pada papan tulis. Mengambil spidol yang ada di tepian papan tulis. Lalu menulis soal yang tercetak pada buku pelajaran tersebut.
Semua orang sudah mengeluarkan buku pelajaran masing-masing. Ada yang fokus memperhatikan. Ada yang tertidur. Ada yang melukis sang guru yang sedang menulis dengan disertai tulisan 'Naruto-sensei baka'. Ada yang asyik memandangi punggung sang guru yang begitu tegap sampai wajahnya kemerahan begitu. Ada yang asyik melemparkan bola kertas ke arah teman yang lain dan mendapatkan balasan lemparan berupa tas ransel sehingga si pelempar tepar di lantai karena terjatuh dari bangkunya. Ada yang menyanyi tidak jelas. Ada yang menghitung uang. Ada yang cengar-cengir karena membaca buku terkutuk. Ada yang melempar bola basket pada orang yang membaca buku terkutuk itu. Ada yang bermain game. Pokoknya masih ada aktifitas yang menarik untuk diperhatikan.
Suasana cukup ribut saat Naruto sedang menulis beberapa soal di papan tulis. Hingga dia pun selesai menulis dan kembali memandang ke arah murid-murid didikannya.
"Nah, siapa yang bisa mengerjakan soal yang pertama? Ayo, tunjuk tangan kalian!"
Beberapa murid perempuan yang menunjuk tangan, termasuk Ino. Sedangkan murid-murid laki-laki tampak sewot memandangi Naruto.
"SAYA, SENSEI!"
"SAYA SAJA, SENSEI!"
"SAYA SAKURA, SENSEI!"
"JANGAN SAKURA! SAYA INO, SENSEI!"
"HAH? APA-APAAN KAMU, INO?"
"HUH, AKU YANG DULUAN, JIDAT LEBAR!"
"APA KATAMU!? AKU NGGAK JIDAT LEBAR, TAHU!"
"ITU BENAR KOK!"
BLA... BLA... BLA...
Pada akhirnya terjadilah pertengkaran adu mulut antara Ino dengan gadis berambut merah muda pendek yang bernama Haruno Sakura. Semua orang menjadi sweatdrop melihatnya. Termasuk Naruto juga.
Dengan cepat, Naruto menengahi pertengkaran dua kubu itu.
"Hei! Hei! Ya, sudah. Kalian berdua saja yang maju, Ino, Sakura!" pinta Naruto sambil tersenyum kecil.
Sehingga membuat wajah Ino dan Sakura memerah karena melihat senyuman sang guru. Apalagi Sakura juga menyukai sang guru. Jadi, dia ikut bersaing dengan Ino dalam merebut hati sang guru.
Mendadak keduanya menjadi bersemangat. Mereka berhenti bertengkar dan bangkit berdiri bersama-sama dari duduk masing-masing. Ditambah mereka memang duduk saling berdekatan.
Semua murid perempuan memasang wajah kecewa karena Naruto memilih Ino dan Sakura yang maju ke depan. Sedangkan semua murid laki-laki semakin sewot saja melihat Naruto.
Dengan sigap, Sakura dan Ino mulai memilih tempat untuk mengerjakan satu soal di papan tulis. Mereka bersaing dengan pandangan sinis dan mulai berlomba-lomba untuk membuat sang guru terkesima dengan kepintaran mereka dalam mengerjakan soal matematika dengan benar.
"Karena kalian sudah maju, maka saya putuskan kalau Sakura mengerjakan soal yang pertama. Ino, kamu mengerjakan soal yang kedua ya," sahut Naruto sambil memegang kacamatanya.
"Ya, Naruto-sensei," jawab Ino dan Sakura bersamaan.
Kedua gadis itu mengambil spidol masing-masing di tepian papan tulis. Mereka pun mulai menulis jalan rumus untuk menentukan jawaban soal matematika itu.
Hening.
Tempat itu hening sejenak. Semua orang terdiam saat memperhatikan mereka.
Naruto mengawasi kedua muridnya dengan teliti. Memperhatikan rumus yang mereka tulis dengan seksama. Sesekali dia tersenyum simpul saat memperhatikan apa yang ditulis oleh Ino dan Sakura. Sampai kedua gadis itu selesai menulis secara bersamaan.
"Saya selesai, sensei," ujar Sakura yang tersenyum.
"Saya juga, sensei," Ino juga tersenyum dengan kemerahan di dua pipinya."Apa jawaban saya benar, sensei?"
Pria berambut pirang itu maju sedikit untuk lebih memperhatikan rumus matematika yang ditulis oleh Ino dan Sakura. Diamatinya dengan cermat. Lalu menoleh ke arah dua gadis itu secara bergantian.
"Jawaban kalian berdua benar," Naruto tersenyum."Kalian sangat pintar, Sakura, Ino. Saya salut pada kalian berdua."
BRUUUSH!
Wajah dua murid perempuan itu bersemu merah. Mereka senang dipuji sang guru. Hati mereka berbunga-bunga dan serasa akan melayang-layang ke langit ketujuh.
"Kalian boleh duduk sekarang," lanjut Naruto kemudian.
"Ah, iya, sensei. Terima kasih," Sakura dan Ino menjawab kompak lagi. Mereka sedikit tersentak karena baru saja melamun.
TAP! TAP! TAP!
Maka mereka kembali ke tempat duduk masing-masing. Kembali juga Naruto menerangkan pelajaran. Semua murid memperhatikannya lagi.
"Itulah contoh rumus untuk mengerjakan soal seperti ini. Ada dua rumus yang berbeda, sudah ditunjukkan oleh Sakura dan Ino," Naruto memandang wajah semua orang satu-persatu."Saya akan menerangkannya lagi sampai kalian benar-benar mengerti. Jadi, tolong lebih perhatikan saya! Mengerti?"
"Mengerti, sensei!" balas semuanya.
Lalu sang guru menghadapkan dirinya lagi ke papan tulis. Menulis jalan rumus disertai dengan penjelasan yang panjang lebar. Beberapa orang fokus memperhatikannya dan mencatat apa yang ditulis olehnya. Sebagiannya lagi tidak fokus untuk memperhatikan Naruto karena pikiran mereka sedang berada di tempat lain sekarang.
Begitulah kejadian yang berlangsung di jam pertama di kelas 12-A. Pelajaran matematika yang sangat membosankan, pikir semua murid laki-laki yang sangat sebal pada Naruto karena Naruto dikenal dekat dengan Ino. Karena itu juga, Naruto dibenci oleh semua murid laki-laki yang ada di kelas tersebut. Mereka berharap pelajaran matematika ini segera lenyap secepatnya sampai masuk ke jam pelajaran kedua.
.
.
.
Saat jam istirahat tiba. Semua orang mulai keluar dari kelas masing-masing. Mereka ingin ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sedang mengadakan konser keroncongan. Ada juga sebagian kecil menuju ke toilet, perpustakaan, taman, dan lain-lain. Semua tempat yang ada di sekolah tersebut, dipenuhi oleh banyak orang. Bahkan gudang dan tiang bendera, juga dipenuhi banyak orang.
Di koridor lantai tiga yang dipenuhi orang-orang yang lalu-lalang, tampak Naruto yang sedang berjalan seorang diri. Di tangan kanannya, tergenggamlah sebuah buku pelajaran matematika. Dia baru saja keluar dari salah satu kelas 12 yang diajarinya hari ini.
Hingga terdengarlah suara keras yang memanggilnya. Naruto menyadarinya karena mengenal suara tersebut.
"NARUTO-SENSEI!"
Dia berbalik badan saat seorang gadis berambut kuning diikat ponytail, berlari-lari kecil ke arahnya. Menghampirinya dengan tergesa-gesa di antara orang-orang yang lewat di koridor itu.
"Ino," kata Naruto yang bertampang bengong."Ada apa kamu memanggil saya?"
Begitu dekat dengan sang guru, Ino menghentikan larinya. Dia sangat terengah-engah. Rona merah tipis hinggap di wajah cantiknya.
"Aku ingin mengajak sensei ke suatu tempat sekarang."
"Eh? Kemana?"
"Ikuti saja saya, sensei!"
Tanpa menunggu persetujuan dari Naruto, langsung saja Ino meraih tangan Naruto dan menyeret Naruto ke arah lain. Naruto pun terheran-heran karena Ino malah menyeretnya seperti itu. Terkesan tindakan yang dilakukan Ino itu adalah tindakan yang tidak sopan terhadap seorang guru. Sehingga semua orang di koridor itu, memandangi mereka dengan tatapan yang aneh. Saling berbisik-bisik antara satu sama lainnya. Curiga dan berprasangka buruk. Menyangka Naruto memang berpacaran dengan Ino karena telah berhembus sebuah gosip miring tentang kedekatan Naruto dan Ino yang sudah seperti sepasang kekasih. Bukan terkesan seperti hubungan guru dan murid. Begitulah yang terjadi saat ini.
Tentu saja Naruto kewalahan saat ditarik oleh Ino seperti ini. Orang-orang terdekat mereka tercengang saat melihat mereka lewat begitu saja tanpa menyapa orang-orang terdekat mereka. Hal ini membuat rasa penasaran semakin bertubi-tubi di pikiran geng berandalan kelas 12-A yaitu geng Akatsuki. Geng Akatsuki diam-diam mengikuti mereka dari belakang sampai keluar sekolah karena mereka akan berbicara di taman sekolah sekarang juga.
Geng Akatsuki yang diketuai oleh laki-laki berambut orange dan bermata ungu pola riak, bernama Yahiko Pain. Dialah yang mengajak semua anggotanya untuk mengintai Naruto dan Ino demi membuktikan kebenaran kalau Naruto dan Ino berpacaran seperti yang diceritakan semua penghuni sekolah. Maka semua anggota Akatsuki menyamarkan diri menjadi tanaman hidup. Dengan mencabut tanaman-tanaman yang ada di depan sekolah, lalu memakai tanaman-tanaman itu pada tubuh mereka. Tidak lupa pula mereka memakai kacamata hitam dan membawa teropong. Kemudian memanjat di atas pohon besar yang tak jauh dari Naruto dan Ino berada. Karena guru dan murid itu sudah berdiri di bawah pohon rindang di taman sekolah. Suasana di sana cukup sepi dan sunyi. Sehingga cocok dijadikan tempat strategis untuk membicarakan sesuatu yang sangat penting seperti ini.
Lalu tampak Ino yang celingak-celinguk untuk memastikan keadaan sudah aman atau tidak. Sementara Naruto keheranan melihatnya dan mulai bertanya pada Ino.
"Hm... Memangnya apa yang akan kamu bicarakan pada saya?" Naruto berkata dengan bahasa resmi. Maklum, seorang guru harus berbahasa indonesia yang baik dan benar, bukan?
Hingga Ino menatapnya dengan serius. Kedua pipinya mulai memerah lagi.
"Sebaiknya sensei berbicara dengan bahasa sehari-hari. Jangan berbicara dengan bahasa resmi seperti itu sama aku, kan?" Ino tersenyum malu-malu begitu."Aku sudah meminta sensei menganggapku sebagai teman sensei. Kalau di sekolah, barulah sensei menganggapku sebagai murid. Ingat nggak?"
Naruto terdiam sebentar. Setelah itu, dia tertawa lebar sambil memegang bingkai kacamatanya.
"Hahaha... Aku hampir melupakannya. Terus kamu mau berbicara apa sama aku di sini?"
Kembali ke topik utama. Ino segera memberitahukannya.
"Begini... Kudengar Hinata meminta les matematika sama sensei, apa itu benar?"
Sang guru tersentak. Dia pun memasang wajah sumringahnya.
"Iya. Hinata juga minta les privat sama aku. Memangnya kenapa?"
Giliran Ino yang tersentak. Kedua matanya sedikit membulat. Kemudian dia berusaha menguasai dirinya yang tengah dilanda rasa cemburu.
"Ah... Nggak... Hanya saja aku merasa nggak senang kalau sensei mengajari Hinata les privat juga. Sensei sudah menjadi guru les privatku. Akulah yang meminta sensei duluan mengajariku. Aku mau hanya sensei sendiri yang mengajari aku. Sensei nggak boleh mengajari orang lain. Karena aku..."
Sejenak Ino memutuskan perkataannya. Dia memandang wajah Naruto lekat-lekat. Sedangkan Naruto mengerutkan keningnya karena merasa heran dengan perkataan Ino yang terkesan sangat egois.
"Maksudmu apa, Ino?"
Selanjutnya Ino mulai memberanikan dirinya untuk mengungkapkan isi hatinya pada sang guru. Dia tidak bisa menundanya lagi. Dia tidak mau sang guru jatuh ke pelukan gadis lain. Dia ingin memiliki hati sang guru secepatnya.
"Naruto-sensei, aku... Aku sangat menyukaimu. Aku ingin menjadi pacar sensei. Aku mohon terimalah cintaku ini."
GREP!
Naruto kaget bukan main mendengarnya. Bersamaan Ino memeluk pinggangnya. Kedua matanya membulat sempurna. Mulutnya sedikit ternganga.
Sementara para Akatsuki tercengang habis menyaksikan semua ini. Mereka baru mengetahui kejadian yang sebenarnya. Tetap berkutat bersembunyi di atas dahan pohon. Bahkan ada yang bergelantungan di batang pohon seperti monyet begitu, seperti yang dilakukan oleh laki-laki bertopeng lollipop yang bernama Obito.
"Oh, Ino baru nyatain cintanya sama Naruto-sensei," kata Hidan, seorang laki-laki berambut putih yang asyik menonton lewat menggunakan teropong.
"Berarti itu hanya gosip belaka kalau Naruto-sensei sudah berpacaran sama Ino. Nyam! Nyam! Nyam!" Sasori asyik memakan popcorn. Dia seorang laki-laki berambut merah dan bertubuh pendek.
"Woi, bagi dong popcorn-nya, un! Sasori, kau pelit un!" sembur Deidara marah. Dia seorang laki-laki berambut kuning yang diikat seperti samurai. Menyambar popcorn yang dimakan Sasori.
"Hei, jangan berisik!" sanggah gadis berambut biru pendek yang bernama Konan. Dia memukul kepala Deidara dan Sasori dengan menggunakan batang kayu.
"Uh, sakit tuh/ampun, un," celetuk Sasori dan Deidara bersamaan.
"Seratus. Seratus satu. Seratus dua...," laki-laki bermata hijau dan bercadar sedang asyik menghitung uang. Namanya Kakuzu.
"Hm... Aku penasaran apa yang akan dijawab sama Naruto-sensei. Apa dia menerima cintanya Ino ya?" Pain juga meneropong Naruto yang masih dipeluk oleh Ino. Dia tersenyum penuh misteri dengan sinar putih yang menyilaukan.
Di bawah sana, Naruto terdiam saat dipeluk oleh Ino dengan erat. Wajahnya menjadi datar. Kedua matanya menyipit datar juga. Masih berpikir keras dalam situasi seperti ini. Entah apa yang dipikirkannya. Tiada yang tahu.
Apakah dia menyukai Ino atau tidak? Apakah dia akan menerima Ino sebagai pacarnya?
Lihat saja nanti.
.
.
.
BERSAMBUNG
.
.
.
A/N:
Maaf, telat Geki Uzumaki. Inilah fic request yang kamu mau. Sudah saya update.
Gimana? Apa sudah sesuai dengan harapanmu nggak?
Jadi, fic ini saya bagi menjadi 3 chapter saja karena fic ini lebih bagus sedikit diperpanjang dan mungkin agak sedikit konflik emosi dan perasaan.
Oke, sampai jumpa di chapter 2 jika saya sempat membuatnya nanti.
Mau mereview?
Silakan di bawah ini!
Finish: Jumat, 15 Juli 2016
