A Drabble-ish Fic
Riichiro Inagaki and Yuusuke Murata are the owner of Eyeshield 21.
I'm the owner of this fic. Only this fic.
Warning: Drabble-ish, OoC (maybe), Typo (maybe?), dll.
DLDR!
.
.
.
.
-xXx-
"Hey, Sena, sini deh!" seru Mamori pada adiknya. Hiruma tengah duduk di sebelah Mamori sembari memainkan laptopnya.
Sena pun menghampiri Mamori. "Ada apa, kak Mamori?"
"Aku menjual dua tiket Maroon 5, apa kau mau membelinya?" tawar Mamori dengan senyum malaikatnya.
Sena diam sebentar. Ia nampak berpikir. "Kak, itu bagus tidak?"
"Tentu saja, Sena. Kau bisa menontonnya berdua dengan Suzuna, 'kan?" ucap Mamori.
"Yah, habisnya aku dan Suzuna belum pernah menonton Maroon 1-4nya sih, ahaha," ucap Sena polos sembari menggaruk belakang kepalanya.
"KEKEKEKEKEKE!" kekeh Hiruma, "Cebol sialan, kau bodoh sekali! Kekeke!"
"Hieee? Kenapa? Apa ada yang salah?" tanya Sena bingung.
Mamori memasang wajah '-_-', tapi setelah itu dia tersenyum. "Sena, Maroon 5 itu nama band, dan yang kujual itu tiket konser, bukan tiket bioskop," jelas Mamori dengan raut—yah, seperti menahan tawa.
"E-eh? Ahaha," ucap Sena malu-malu sembari menggaruk belakang kepalanya.
-xXx-
Kakei dan Mizumachi berjalan berdua menaiki tangga menuju atap sekolah mereka. Mereka ingin melihat langit Jepang di sore hari.
Kreeek!
Pintu atap datar itu terbuka. Mizumachi langsung menghambur keluar, "Nhaaa!"
Sementara Kakei hanya berjalan dengan tenang dan menatap lurus. Mizumachi menatap sekelilingnya dan pandangannya berhenti saat ia menemukan sesuatu yang menjulang tinggi di langit.
"Hey, Kakei-chan," panggil Mizumachi.
"Apa?" tanya Kakei acuh-tak acuh.
"Sini, deh!" komando Mizumachi sembari memberi isyarat pada Kakei agar menghampirinya.
Kakei pun berjalan menghampiri sahabatnya itu. Setelah Kakei sampai, Mizumachi bicara lagi, "Kakei-chan, ternyata dari sini kelihatan Menara Eiffel, ya!" seru Mizumachi.
Kakei menaikkan sebelah alisnya, "Menara Eiffel? Itu tidak mungkin, Mizumachi!"
"Tapi beneran, kok! Lihat deh!" seru Mizumachi sembari menunjuk-nunjuk sesuatu yang terlihat dari atap datar sekolah mereka.
"Mana?" tanya Kakei lagi, Mizumachi hanya terus menunjuk sesuatu itu. Tiba-tiba Kakei menghela napasnya, "Ya ampun, Mizumachi."
"Ng? Kenapa?" tanya Mizumachi bingung sembari mengerucutkan bibirnya.
"Itu bukan Menara Eiffel, tapi itu Sutet," jelas Kakei sweatdropped.
"Ng? Oh, begitu," kata Mizumachi paham sembari mengangguk-angguk.
-xXx-
"Manajer sialan," panggil Hiruma sembari mengalihkan perhatiannya dari laptopnya sejenak.
"Apa, Hiruma-kun?" tanya Mamori seraya mengangkat kepalanya yang sedari tadi melihat ke layar ponselnya.
"Apa kau punya anjing laki-laki sialan, heh?" tanya Hiruma dengan pertanyaan yang tidak biasa.
"Hm? Anjing laki-laki? Aku tidak punya. Memangnya untuk apa, Hiruma-kun?" tanya Mamori penasaran.
Hiruma kembali memainkan laptopnya, "Aku ingin mengawinkan Cerberus," jawab Hiruma santai lalu meletupkan permen karet kesukaannya.
"Ce-Cerberus? Hiruma-kun, Cerberus itu 'kan laki-laki! Masa' kau ingin mengawinkannya dengan Cerberus," kata Mamori heran.
"Hm? Cerberus 'kan yaoi," ucap Hiruma—lagi-lagi—santai.
Mamori tercengang. Mulutnya terbuka.
"Hey, kau kenapa, manajer sialan?" tanya Hiruma sembari menaikkan sebelah alisnya.
"Tidak. Tidak apa-apa, lupakan saja," ucap Mamori. 'Memangnya anjing bisa yaoi juga, ya?' batin Mamori masih bingung.
-xXx-
"Julie, Julie!" panggil Kotaro heboh.
"Ada apa, Kotaro?" Julie menutup majalah yang tadi dibacanya.
"Ayahmu itu rajin memakai shampoo, ya?" tanya Kotaro.
"Hm? Kenapa? Rambutku wangi, ya?" tanya Julie percaya diri. Julie mengira Kotaro sedang menggodanya.
"Bukan, tadi aku melihat ayahmu memborong shampoo di supermarket," jawab Kotaro.
"Huh! Dasar bodoh!" marah Julie sembari berdiri dan meninggalkan Kotaro yang kebingungan.
"Eh? Aku salah bicara, ya? Tunggu, Julie!" seru Kotaro sembari mengejar Julie.
-xXx-
Shin dan Wakana tengah berjalan bersama di sebuah departement store terkenal di Tokyo. Seharusnya mereka berangkat bersama-sama dengan anggota White Knights lain, tetapi, karena Shin ingin latihan lebih lama dan Wakana yang memegang kunci gym, alhasil mereka berangkat berdua.
Untuk apa White Knights ke department store? Karena hari ini adalah hari ulang tahun ke dua puluh tim ini, jadi mereka merayaknnya dengan makan di salah satu restoran yang cukup terkenal. Restoran itu berada di lantai dua, jadi, untuk menuju ke sana, orang-orang harus menaiki eskalator—begitu pula Shin dan Wakana.
Shin menaiki eskalator dengan melipat kedua tangannya di dada, sementara Wakana, sebelah tangannya berpegangan pada pegangan eskalator. Takut, mungkin? Shin yang melihat Wakan berpegangan berkata, "Manajer, jangan berpegangan pada pegangan eskalator itu."
Refleks Wakana melepas pegangannya, "Memangnya kenapa, Shin?
"Sepertinya pegangan itu kotor. Kalau kau takut, pegang tanganku saja," ucap Shin datar—tetapi manis—sembari mengulurkan tangannya.
"Eh? I-iya," Wakana pun menyambar tangan Shin, "terima kasih, Shin."
"Ya." Shin pun mengeratkan pegangannya pada Wakana.
FIN
Ya Allah fic apaan lagi neh yg gw bikin -_-
Oke, ide fic ini muncul dari mana2, salah satunya dari (at)Poconggg, (at)TheSalahGaul, sama (at)Teletubbles di twitter. Check their tweet(s), guys! XD
Oke, oke, saya tau fic ini garing. Hhh-_- Kalo ada yang mau flame, flame aja, tapi jangan serem2 ya, okok? /plak.
Pokonya kalo ada yang gasuka fic ini, bilang aja biar gw apus, oke?
Oke, sekian, kalau ada apa2, tanya via PM/twitter/tumblr saya :D bye~
