- Be Mine -
©Shiina
Main cast: Jeon Jungkook x Kim Taehyung
Slight cast: Park Jimin & Min Yoongi
Warning: Pedo!Jungkook Kid!Taehyung / BL / Typos
.
A/N: If You dont like with all from this fic, just klick 'close'. !Saya tidak memaksa kalian untuk membaca!
.
.
Happy Reading!
"Dad? Hari ini daddy pulang malam lagi?" Tanya seorang bocah laki-laki berusia tujuh tahun itu pada pria dihadapannya. Kaki-kaki mungilnya yang tergantung di kursi berayun santai sedang kedua tangannya tampak sibuk. Tangan kiri memegang sisi mangkuk berisi sereal dan sendok di tangan kanannya.
"Begitulah sayang, daddy harus menyelamatkan seseorang hari ini. Tae bersama dengan Yoong-ie samchon dulunde?" Jawab pria itu. Ia mengusap sayang kepala bocah itu saat dilihatnya wajah bocah itu yang merengut sedih.
"Daddy berjanji menemani Tae pergi ke toko buku hari ini.." cicit bocah bernama Taehyung itu sedih.
Jungkook, pria itu lantas memasang raut wajah menyesalnya. Mengusap kepala itu semakin lama dan menatapnya sayang. "Daddy akan membeli cheese cake sepulang dari rumah sakit nanti.. Tae berkata kemarin ingin makan cheese cake 'kan?"
Taehyung hanya terdiam. Ia menjauhkan mangkuk serealnya yang masih tersisa banyak. Menolak untuk melanjutkan makan.
"Kenapa tidak dihabiskan?" Jungkook berbisik halus. Meraih mangkuk itu dan berniat menyuapi Taehyung. Taehyung harus dipaksa makan jika ia tidak ingin putranya ini jatuh sakit mengingat bocah manis itu terakhir menelan makanan kemarin siang.
Taehyung menggeleng. Menolak saat sendok aluminium itu mendekat ke bibirnya. "Tidak mau. Tidak lapar."
"Sedikit saja. Daddy tidak bisa berangkat kalau belum melihatmu makan." Karena jika Jungkook memutuskan berangkat dan mempercayakan persoalan makan Taehyung pada Yoongi—sepupunya, bisa dipastikan bocah itu tidak akan menelan makanannya karena Yoongi benar-benar tidak berdaya melihat raut memelas Taehyung.
Taehyung menggeleng. Mengerucutkan bibirnya sebal.
"Disneyland Tokyo?"
"Hm?" Taehyung mengangkat wajahnya tertarik.
Jungkook tersenyum. Mengusap poni Taehyung yang panjangnya mencapai bulu mata lentiknya. Dalam hati ia berpikir harus segera mengantarkan Taehyung ke salon untuk memotong rambutnya.
"Minggu depan. Daddy janji akan mengosongkan jadwal dan mengambil cuti untuk menemani Tae ke Disneyland. Bagaimana?" Tawarnya. Tidak ada salahnya mengambil cuti, sudah lama ia tidak keluar mengajak Taehyung pergi karena kesibukannya di rumah sakit. Dan ia berpikir bisa memanfaatkan libur panjang musim panas sekolah Taehyung.
"Jinjja?" Bola mata cokelat Taehyung berbinar bahagia.
"Tentu. Asal Tae menghabiskan makanannya dan berjanji menjadi anak baik hari ini, bagaimana?"
"Tiga suap?"
"Lima." Ucap Jungkook final. Dan tersenyum saat Taehyung membuka mulutnya malas.
"Bagus.." lalu ia mulai menyuapi Taehyung. Mendekatkan segelas cokelat hangat kesukaan Taehyung saat bocah itu selesai dengan suapan terakhirnya.
Taehyung membuka mulutnya sekali lagi saat Jungkook memberikan vitamin rasa jeruk kesukaannya. Lalu memberikan segelas air putih.
"Daddy, Tae mau yang medium yaa.." ucap Taehyung saat Jungkook memakaikannya jaket dan sepatu setelah ia mengenakan sepatu miliknya sendiri.
"Huh?"
"Cheese cake. Masih berlaku 'kan?" Ia menerima uluran Jungkook dengan senang hati dan berjalan ke pintu apartemen.
Jungkook tertawa. Menutup pintu apartemen dengan kaki yang langsung terkunci otomatis karena tangan kanannya yang sibuk menenteng tas kerja dan jas dokternya. Sedang tangan kirinya menggenggam jemari mungil Taehyung.
"Tentu jagoan! Ada lagi?"
Taehyung menggeleng menggemaskan. Poninya yang panjang ikut bergerak lucu. Jungkook yang tidak bisa menahan kegemasannya, meraih tubuh Taehyung kedalam pelukannya lalu memberikan kecupan-kecupan di seluruh wajah manis itu.
"Pulang malam lagi?" Tanya Yoongi saat Jungkook sudah hendak pergi meninggalkan apartemennya setelah mengantar Taehyung dan menemani bocah itu menonton televisi sebentar.
Jungkook mengangguk sembari mendesah. Matanya menatap Taehyung yang sibuk dengan tayangan cartoon kegemarannya di televisi, Spongebob.
"Begitulah hyung. Aku ada dua operasi hari ini. Dan yang terakhir akan benar-benar lama karena cukup rumit."
Yoongi mengangguk. Ia mengusap lengan adiknya lembut. "Tidak perlu khawatirkan Taehyung. Dia aman bersamaku."
"Terima kasih hyung. Aku sangat tertolong. Tapi apa kau tidak sibuk? Proyek lagumu sudah mendekati deadline 'kan? Kudengar itu dari Jimin-hyung."
Yoongi menggeleng. Mengusap rambut hijau tosca-nya yang masih basah. "Tidak. Itu sudah hampir selesai. Aku bisa menyelsaikannya dengan cepat besok."
Jungkook mengangguk. Melirik jam tangan Rolex di pergelangan tangannya dan mendesah. "Aku akan terlambat. Terima kasih banyak hyung dan maaf merepotkanmu lagi." Lalu ia berjalan mendekat pada Taehyung yang sibuk mengunyah cookies dari dalam kaleng di atas sofa davinci abu-abu yang lembut milik Yoongi.
"Sayang, daddy pergi dulu ya. Jangan merepotkan Yoongi samchon. Karena kau sudah berjanji apa?"
"Menjadi anak baik hari ini." Taehyung menjawab dengan suaranya yang imut. Dan membuat Jungkook ingin membatalkan niatnya pergi ke rumah sakit saat itu juga.
"Dan baby, tidak ada cookies terlalu banyak hari ini karena nanti daddy akan membawa cheese cake. Kurangi makanan manis. Daddy tidak mau Tae mengeluh sakit gigi lagi. Mengerti?"
"Oke."
Jungkook menyempatkan diri mengecup sayang bibir merah muda yang menggoda itu sebelum melangkah terburu-buru karena ia sudah sangat terlambat.
"Aku pergi dulu Yoongi-hyung.. tolong telepon aku jika terjadi sesuatu." Pamitnya sambil mengenakan sepatu nike putihnya.
"Oke. Dan hati-hati di jalan." Jawab Yoongi sambil menatap Jungkook yang lalu menghilang di balik pintu.
"Tae-ah, mau pergi jalan-jalan?" Tanya Yoongi sambil mendudukkan dirinya di sebelah Taehyung yang masih menikmati cookies-nya.
"Ke mana?" Lagi-lagi Taehyung menjawab dengan suaranya yang imut. Dan Yoongi hampir saja menjerit karena gemas dan meraih bocah itu ke dalam pelukan gemasnya.
"Lotte world?" Tawarnya. Yoongi benar-benar membutuhkan liburan setelah seminggu ini ia menghabiskan waktunya dengan berkutat di depan layar macbook-nya. Dan Lotte world mungkin pilihan yang tepat karena sudah lama sekali semenjak ia pergi kesana bersama Jimin.. mungkin tahun lalu?
"Oke. Sangat oke." Taehyung tersenyum gembira. Menampilkan cengiran lucu yang sekali lagi mampu membuat Yoongi terpekik gemas.
"Ya ampun, kau menggemaskan sekali sihh~" lalu mencubit pipi Taehyung gemas.
Jungkook berjalan santai di area cafetaria rumah sakit dengan tangan kanannya menggenggam kopi kaleng instan yang baru saja dibelinya dari vendor machine. Kedua matanya menatap seluruh area yang ramai, tentu, ini adalah jam makan siang. Lalu mendapati sahabatnya yang melambaikan tangannya di sudut area yang sepi dan sedikit tertutup. Berada di outdoor dan langsung mengarah ke pemandangan kota Seoul yang sibuk.
"Yo! Bagaimana operasimu hari ini?" Jimin menyambut kedatangan Jungkook dengan suara berisiknya yang khas. Kedua matanya tenggelam saat ia tersenyum.
"Lancar." Jawab Jungkook pendek dan duduk di hadapan Jimin. Ia membuka kaleng kopi miliknya lalu meneguknya rakus.
"Cih, kau memberikan sejuta larangan tentang makanan dan minuman instan pada Taehyung tapi setiap hari kau mengkonsumsinya. Ada apa denganmu, man?" Cibir Jimin dan menatap Jungkook yang meminum rakus kopi itu hingga tetes terakhir.
Jungkook tertawa. Membuang kaleng kopi di tempat sampah yang berada tak jauh dari mereka. "Tae harus tumbuh sehat."
"Dan kau merusak tubuhmu."
"Yah hyung, aku hanya meminum dua kopi kaleng saja hari ini. Menurutku aku masih dalam batas wajar."
Jimin melengos. Meraih sandwich-nya dari atas piring dan mengambil sebuah gigitan besar.
"Hyung.."
"Hm?"
Jungkook menghela napas. Sempat ragu sebelum kembali menatap Jimin dan bertanya dengan suara dalamnya. "Apa kau.. menganggapku menjijikan?"
"Hah?" Jimin menurunkan sandwich-nya. Menatap Jungkook tidak mengerti. "Apa maksudmu?"
"Kau tahu maksudku.. aku dan Tae.." Jungkook menjawab lirih. Menatap sahabatnya yang tertawa keras.
"Kau bodoh? Tentu saja tidak. Oh ayolah Jeon Jungkook, dokter muda kenamaan spesialis bedah saraf yang dikagumi banyak orang karena sukses besar di usianya yang baru menginjak dua puluh lima, kau bercanda?"
Jungkook masih menatap Jimin tak mengerti.
"Begini.." Jimin membenarkan posisi duduknya. "Kau mencintai putramu sen—"
"Dia bukan putra kandungku hyung, kau tahu itu dengan jelas." Potong Jungkook tidak terima.
"Tapi semua orang berpikir begitu. Aku tidak menganggap itu adalah hal yang menjijikan, setiap orang memiliki seseorang yang dicintainya. Aku paham kenapa kau mencintai Taehyung mengingat anak itu sangat manis. Perasaan mencintai itu tidak pernah salah, pada siapapun itu. Kau mencintai Taehyung, aku menghargainya. Aku mendukungmu asal kau tidak melakukan sesuatu hal yang brengsek padanya. Aku tidak akan segan memberimu sebuah pukulan."
Jungkook mengangkat alisnya tidak terima. "Aku tidak akan pernah melakukan hal yang brengsek padanya, tidak di usianya yang sekarang. Kau tahu itu dengan jelas hyung."
Jimin kembali mengambil satu gigitan besar di sandwich-nya. "Aku tidak meragukanmu. Aku mengatakan itu hanya untuk berjaga-jaga."
Jungkook terdiam. Pikirannya melayang pada Taehyung kecil yang baru menginjak usia tiga tahun saat ia bertemu dengan Jungkook di panti asuhan. Bocah kecil yang menggemaskan, tapi sangat penyendiri. Taehyung hanya akan menatapnya dari jauh saat ia melakukan kunjungan berkala sebagai donatur tetap disana, berbeda dengan anak-anak lain yang akan mengelilinginya dengan ceria. Hal itu membuatnya tertarik mendekatinya, tapi Taehyung memasang dinding terlalu tinggi untuk membatasinya dengan dunia luar dan bocah itu selalu menolak didekati. Dan itu semakin membuat Jungkook tertarik untuk mendekatinya dan memutuskan mengadopsinya saat pertama kali bocah itu membuka dinding pelindungnya dan membiarkan Jungkook mendekatinya dengan senyum kecilnya yang lucu.
"Jungkook-ah,"
Jungkook tersadar dari lamunannya. Ia menatap Jimin yang sibuk mengangkat smartphone-nya dan mengarahkan layar itu tepat di wajahnya. Ia tampak tersenyum ke arah layar dan menggumamkan kata 'oke' sebelum memberikan ponselnya pada Jungkook.
Jungkook mengangkat kedua alisnya tidak mengerti.
"Yoong-ie-hyung dan Taehyung sedang berada di lotte world sekarang. Tae berkata ingin melihatmu."
Jungkook menerima uluran ponsel itu dan menatap layar smartphone Jimin yang saat ini sedang terhubung video call dengan Yoongi. Ia langsung melihat wajah ceria Taehyung yang sedang menggenggam cotton candy ukuran besar yang melebih wajahnya sendiri, lalu bando mickey mouse di atas rambutnya dan senyum cerianya yang lucu. Di sampingnya Yoongi tampak sedang menggigit sebuah hot dog besar.
'Daddyyyyy!'
Jungkook tersenyum. "Iya sayang?"
'Daddy coba tebak Tae dan Yoongi-samchon ada di mana sekarang?'
"Eung? Dimana ya? Daddy tidak tahu." Jawab Jungkook pura-pura tidak tahu sekalipun ia tahu di mana Taehyung sekarang. Jungkook hanya ingin menghiburnya.
'Lotte world~~!'
Jungkook pura-pura merengut dan membuat Taehyung menghentikan tawa bahagianya.
'Kenapa daddy?'
"Tae tidak mengajak daddy?" Jungkook memasang wajah sedihnya.
'Maaf Daddy.. tadi Yoong-ie-samchon yang mengajak Tae kesini. Daddy tidak marah 'kan?'
Jungkook tertawa saat menatap wajah Taehyung yang seperti kucing dibuang. Ia lantas menggeleng tanpa menghentikan tawanya.
"Tentu tidak. Daddy hanya bercanda tadi." Ujar Jungkook sebelum beberapa saat kemudian mengerutkan keningnya. "Baby, apa pesan daddy tadi?"
'Eung?'
"Tidak ada makanan manis berlebihan hari ini. Dan lihat ada apa di tanganmu baby,"
Di layar Taehyung tampak mengerjap bingung lalu menatap tangannya yang sedang menggenggam cotton candy sebelum berseru heboh dan berusaha menyembunyikan cotton candy-nya.
'Ma-maaf daddy, tadi Tae lupa dan.. dan.. maaf daddy.'
"Itu artinya tidak ada cheese cake hari ini."
'Daddy!' Taehyung tampak merengut tidak terima. Membuat Yoongi yang sendari tadi sibuk dengan hot dog-nya mendekatkan wajahnya ke layar.
'Kenapa kau hobi sekali menggoda Taehyung sih?'
Jungkook tertawa. Dilihatnya Yoongi yang mendengus di belakang Taehyung.
"Daddy hanya bercanda sayang. Cheese cake medium asal Tae berjanji cotton candy makanan manis terakhir Tae hari ini, mengerti?"
'Oke!'
"Daddy menyayangimu, oke?"
'Tae juga saaaaayaaaaanggg Daddy!'
Jungkook sekali lagi mengulas senyum bahagianya. Lalu menyerahkan ponsel Jimin kepada pemiliknya. Dilihatnya Jimin yang tersenyum dan berulang kali melayangkan kecupannya ke arah layar sebelum memutuskan panggilan dan menyimpan smartphone-nya ke saku jas dokter miliknya.
"Kuharap kau tidak melayangkan kecupan menjijikanmu itu pada Taehyung." Ujar Jungkook posesif yang membuat Jimin tertawa keras di atas kursinya dan melemparkan kertas aluminium foil pembungkus sandwich ke arah Jungkook.
"Dasar maniak! Aku memberikannya untuk Yoong-ie-hyung!"
Jungkook ikut tersenyum. Lalu melirik jam tangan di pergelangan tangannya. "Aku harus pergi. Aku ada operasi dua puluh menit lagi."
"Lagi?" Pekik Jimin tak percaya.
Jungkook mengangguk. "Dan mungkin akan lebih lama dari sebelumnya karena yang satu ini cukup sulit."
"Kau harus mengurangi jadwal operasimu Dokter Jeon."
"Seandainya aku bisa." Ia menghela napasnya. "Aku akan mengambil cuti minggu depan untuk menemani Taehyung ke Tokyo. Aku tidak ingin mengecewakan Taehyung lagi."
"Pilihan bagus. Lagi pula kau butuh istirahat." Saran Jimin saat melihat raut lelah yang terukir jelas di wajah tampan Jungkook.
Jungkook mengangguk. Merapikan kemeja biru langit yang dikenakannya di dalam jas dokter putih selutut miliknya.
"Aku pergi dulu hyung."
"Hmm.." jawab Jimin sambil menyelsaikan makanannya.
.
.
"Dokter Jeon.."
Jungkook melepaskan sarung tangan karet yang berlumuran darah bekas operasi ke tong sampah lalu melepas pakaian operasi dan meletakkannya di sebuah kotak besar yang sudah disediakan. Ia lalu berbalik sambil mengenakan kembali jam tangannya.
"Ya?" Ia menatap dokter perempuan cantik sekaligus asistennya.
"Apa kau sibuk malam ini?"
Jungkook mengangkat kedua alisnya. Membawa tangannya ke kran air yang terbuka otomatis saat ia mendekatkan tangannya dan menekan sabun antiseptic yang tersedia lalu membasuh tangannya.
"Begitulah.. aku harus pergi ke toko kue dan menjemput Taehyung setelahnya." Ia mengusap tangannya dengan tissue kering lalu kembali menatap Park Jiyeon.
"Ada apa?"
"Aku ingin mengajakmu makan malam hari ini." Ucap Jiyeon yang nyaris membuat Jungkook memutar bola matanya.
Jungkook tau perempuan di hadapannya ini menaruh perasaan padanya. Ia mendengar gosip tidak mengenakan tentang hubungannya dan Jiyeon yang menyebar ke seluruh rumah sakit. Demi tuhan, ia bahkan tidak tertarik sedikitpun pada perempuan cantik ini. Hubungan mereka hanya sebatas asisten dan dokter. Tidak lebih. Dan Jungkook tidak mengharapkan hubungan yang lebih dari itu. Ia menahan sekuat tenaga agar tidak mendengus.
"Maaf sekali.." ia melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Ia harus cepat-cepat menjemput Taehyung. "Aku harus segera menjemput Taehyung."
Dapat dilihatnya Jiyeon yang melengos. "Mungkin lain kali?" Tanya Jiyeon sekali lagi.
Jungkok mengenakan cardigan di atas kemejanya lalu meraih tas kerjanya. "Maaf. Tapi aku tidak bisa menjanjikannya. Aku permisi.."
Lalu Jungkook berjalan keluar. Jiyeon menatap kepergian pemuda itu dengan pandangan mencibir.
"Selalu Taehyung.. Taehyung dan Taehyung." Gumamnya sebal.
Pukul sebelas kurang lima belas menit malam saat Yoongi mendengar bel apartemennya berbunyi. Mungkin Jungkook pikirnya lantas segera meletakkan baskom air di atas meja nakas di samping tempat tidur tempat Jimin dan Taehyung tertidur. Ia lalu berjalan menuju pintu apartemen dan membukanya.
Jungkook berdiri lelah. Di tangannya ada sekotak kue dari toko kue ternama di Seoul.
"Hai hyung. Aku membawakanmu chesee cake sekalian membeli milik Taehyung. Di mana Tae?"
Jungkook masuk ke dalam apartemen Yoongi. Meletakkan kotak kue di atas meja. Dan hendak duduk di atas sofa saat Yoongi menginstrupsinya.
"Tae sedang tidur. Kau tidak membaca pesanku?" Tanya Yoongi membuat Jungkook mengernyitkan keningnya.
"Ponselku low bat."
"Taehyung demam."
"Apa?" Jungkook lantas kembali berdiri dengan wajah paniknya. "Di mana Tae?"
"Dia sedang di kamar, tidur bersama Jimin setelah meminum obatnya."
Jungkook segera berjalan gusar menuju kamar Yoongi dan membukanya cepat. Ia mendapati wajah pulas Taehyung dengan plester penurun demam di keningnya, dan keringat yang juga memenuhi wajah manisnya. Di sampingnya, Jimin tertidur pulas. Jungkook mengusap pipi itu untuk memeriksa suhu tubuhnya dan semakin memekik panik. "Panas sekali. Bagaimana bisa? Ia masih baik-baik saja tadi."
"Mungkin dia kelelahan. Aku mengajaknya berkeliling lotte world hingga pukul empat. Maafkan aku.." jawab Yoongi menyesal sambil tangannya bergerak untuk membangunkan Jimin.
"Aku tidak menyalahkanmu hyung. Apa dia sudah makan?" Tanya Jungkook melirik mangkuk bubur di samping baskom yang masih tersisa banyak.
"Dia hanya mau dua suap. Aku benar-benar bingung bagaimana membujuknya untuk makan. Sedang dia dari tadi sibuk merengek mencarimu." Jungkook mengerutkan kening khawatir saat mendengar penjelasan Yoongi.
Jimin yang baru saja terbangun melihatnya lalu mengusap lengan Jungkook. Bergumam agar Jungkook tidak perlu khawatir. "Ia hanya kelelahan. Dia akan baik-baik saja, aku sudah memberinya obat penurun panas berdosis ringan."
Jungkook mengangguk. Masih tidak bisa melepaskan pandangannya dari Taehyung dan mengusap pelipisnya lembut. "Aku.. aku hanya merasa gagal melindunginya."
"Kau melakukannya dengan baik saeng-ie." Yoongi mengusap kepala Jungkook lembut.
Jungkook terdiam. Taehyung selalu bisa membuatnya khawatir. Bocah kecil itu memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah dan membuatnya mudah jatuh sakit. Membuat Jungkook selalu khawatir dan memperhatikan kesehatan Taehyung dengan ketat. Membatasi makanan-makanan tertentu untuknya, memberikan vitamin secara rutin dan menolak mentah-mentah tentang ide Jimin untuk menyewa baby sitter mengingat jadwal kerjanya yang padat, ia bisa berada dua belas jam di dalam ruang operasi.
Ia akan membesarkan Taehyung tanpa campur tangan orang lain, menjemput Taehyung dari sekolah lalu mengantarnya ke apartemen Yoongi yang dengan senang hati menerimanya. Yoongi bekerja sebagai penulis lagu, waktunya lebih banyak ia gunakan di rumah dan ia terbiasa mengerjakan proyek lagunya pada malam hari.
"Mau mandi? Aku akan menyiapkan air hangat, kau terlihat lelah." Tawar Yoongi. Jimin sudah beranjak keluar kamar karena tidak mau mengganggu Taehyung yang masih tertidur.
Jungkook menggeleng. Masih sibuk mengusap pelipis Taehyung dengan jarinya.
"Kau harus mandi lalu makan. Aku yakin kau belum menelan makanan apapun malam ini 'kan? Jangan membuatku memaksamu, Jeon."
"Hyung.."
"Ya?" Yoongi menatap Jungkook yang tampak kacau di hadapannya. "Astaga.. dia hanya demam. Dia akan baik-baik saja. Kau seorang dokter. Dan ada Jimin juga di sini. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Yoongi beranjak berdiri. "Dan kau harus makan. Aku tidak menerima penolakan."
.
"Daddy." Bocah kecil itu bergumam. Matanya yang panas membuatnya risih dan berair.
"Hm?" Jungkook duduk dipinggir ranjang. Ia baru saja menyelsaikan makannya dan kembali ke kamar. Yoongi memaksanya untuk menginap malam ini.
"Pulang." Bocah itu bergumam sambil mendekatkan diri pada Jungkook yang menerimanya dengan senang hati.
"Tae demam. Jadi untuk malam ini kita tidur disini oke? Udara malam tidak baik untukmu, baby."
Taehyung menggeleng, suhu tubuhnya masih tinggi dan kedua matanya yang berair sangat mengganggunya. Menjadikannya sangat sensitif.
"Tidak mau, mau pulang!"
Jungkook mendesah. Kedua tangannya bergerak melepas plester penurun demam di kening Taehyung yang basah oleh keringat dan menggantinya dengan yang baru.
"Besok pagi?"
"Sekaraaang!"
Jungkook mengangguk mengiyakan. Meskipun khawatir dengan udara malam yang dingin akan memperburuk kondisi Taehyung. Tapi Taehyung yang sedang merajuk saat sakit akan benar-benar menyebalkan dan keras kepala. Menolak semua obat dan makanan. Tanpa pengecualian.
Jungkook beranjak berdiri dan berjalan ke ruang tengah untuk mengambil jaket Taehyung di sana. Menemukan Yoongi dan Jimin yang masih terjaga dan televisi yang menyala dengan volume kecil.
"Kau yakin?" Tanya Jimin saat Jungkook mengutarakan niatnya membawa Taehyung pulang.
"Tae benar-benar ingin pulang hyung."
Yoongi mengangguk mengerti. "Bawa selimut untuk digunakan di mobil."
Lalu Jungkook kembali ke kamar. Memakaikan jaket pada Taehyung yang masih lemah dan menggendongnya. Yoongi mengeluarkan selimut kecil dan hangat bercorak mickey mouse dari dalam lemari lalu menyelimutkannya pada Taehyung yang menyandarkan kepalanya dengan lemas di bahu Jungkook karena kepalanya yang masih pusing.
"Cepat sembuh oke? Besok pagi samchon akan ke rumahmu dan memastikan daddy tidak akan pergi bekerja untuk menemanimu seharian, oke jagoan?" Yoongi tersenyum. Mengangkat telapak tangannya dan mengarahkannya ke telapak tangan Taehyung yang terkulai lemas. High five.
.
.
Continue or End?
.
.
Author Note:
Halo haiiii.. saya masih baru di fandom ini. Jadi mohon bimbingan semuanyaaa.
KookV moment akhir-akhir ini selalu bikin saya diabetes dan membuat mood saya untuk menulis meletup-letup hahaha.
Ini sebenernya twoshoot or threeshoot. Tp setelah saya lihat-lihat jadi oneshoot pun tidak masalah. Jadi saya putuskan untuk menyerahkan semuanya ke readers. Dan perlu diketahui jika saya mungkin tidak akan memasukan konflik yang terlalu berat di fanfic ini.
Enaknya di lanjut apa engga?
I'm appreciate review so much.
Dan mohon maaf jika ada typos atau bahasa yg salah dll. Terima kasih~~
