If You Start to Miss Me
.
.
Disclaimer: Durarara! Belongs to Ryohgo Narita
Pairing: Heiwajima Shizuo x Orihara Izaya
Dengkuran halus terdengar dari balik selimut putih tebal di kamar tersebut. Tirai jendelanya tersingkap, membiarkan cahaya mentari di pagi itu menembus tiap sisi surai pirang yang mulai menampakkan diri. Shizuo merasa tenggorokkannya sedikit gatal, ia terbatuk beberapa kali.
Belakangan ini tidurnya tak pernah nyenyak. Malas bangun, tubuhnya berguling ke samping kiri. Alisnya mengernyit, sementara kelopak matanya masih sangat berat untuk dibuka. Tak biasanya tempat tidurnya terasa luar biasa luas seperti ini. Dengan perlahan tangannya bergerak meraba-raba bagian samping tempat tidurnya yang ia yakini telah kosong. Pemuda itu langsung bangun seketika.
Sesaat, ia menghela nafas. Shizuo mengusap wajahnya beberapa kali. Ini sudah kelewatan! Ia sudah melewatkan tiga hari tiga malam tanpa seekor kutu busuk—Orihara Izaya—yang selalu mengekorinya, dan demi Tuhan ia sama sekali belum terbiasa karenanya. Ini aneh. Padahal ia sudah terbiasa melewatkan hari-harinya seorang diri jauh sebelum bertemu dengan Izaya. Tapi tiga hari belakangan ini pikirannya selalu gelisah jika masuk ke dalam rumahnya tanpa menemukan siapa-siapa. Apa sebegitu rindunya ia pada sosok tersebut?
Seharusnya ia senang dan bahagia karena tidak ada lagi seekor kutu yang selalu membuatnya kesal hampir setiap hari. Seharusnya. Seharusnya memang begitu kan?
Ia tak perlu bangun pagi dan menemukan tubuh berat Izaya yang menidih tubuhnya ataupun membeli properti-properti baru karena kerusakan yang ia perbuat—berhubung ia tidak bisa mengendalikan emosi jika Izaya mengganggunya.
Lihat? Shizuo seharusnya senang. Bukannya malah kelimpungan seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Lagipula ia sendiri yang sudah mengusir pemuda itu dari rumahnya dengan kasar. Lalu Shizuo berharap apa? Berharap Izaya akan kembali padanya dan bertengkar dengannya seperti biasa? Heh, memikirkannya saja hal itu jelas tidak mungkin terjadi.
Izaya, ia bahkan tak mengucapkan sepatah katapun di malam itu. Shizuo tersulut emosi hingga mengeluarkan kata-kata pedas pada Izaya. Pemuda itu hanya terdiam, tak mengeluarkan pisau lipatnya yang Shizuo tahu selalu Izaya kantongi kemana-mana untuk membela diri. Langkahnya tertuju pada pintu keluar rumahnya dan Shizuo sama sekali tak berpikiran untuk mengejarnya. Dan sekarang yang ia peluk adalah sesal.
Banyak yang bilang kita baru menyadari bahwa sesuatu itu begitu berharga ketika sesuatu itu telah hilang.
Hingga hari ini Izaya tak pernah lagi menghubunginya. Padahal biasanya setiap hari pemuda yang hobi memakai jaket berhoodie itu selalu mengiriminya pesan singkat. Setiap hari! Setiap waktu! Tentu saja alasannya tak lain dan tak bukan adalah untuk mengganggu Shizu-chan.
Terkadang Shizuo terlalu angkuh untuk mengakui bahwa Izaya sangat penting dalam hidupnya. Ia merasa terbiasa dengan kehadiran Izaya karena berpikir jika kutu itu memang selalu akan ada untuknya selamanya. Shizuo pernah tak bertemu Izaya selama dua tahun setelah kelulusan SMA. Dan ia merasa terbiasa dengan hal itu. Sementara kali ini ia bahkan tak bisa berpikir jernih karena kehilangan Izaya selama tiga hari saja.
Shizuo merasa kalau otaknya mulai rusak. Tidak, tidak. Jika Izaya ada di sini, dan ia berpikiran kalau otaknya rusak, ia pasti akan diledek habis-habisan olehnya. Dia memang seperti itu.
Tiba-tiba saja sudut bibir Shizuo tertarik sedikit.
"Hmp. Sepertinya otakku memang sudah rusak." dengusnya.
Well, sudah cukup memikirkan Izaya untuk hari ini. Shizuo meregangkan kedua tangannya dan turun dari tempat tidur. Terlalu awal juga untuk mandi karena hari ini Tom-san memberikannya jatah untuk libur. Rencananya Shizuo akan bermalas-malasan saja di rumah tapi libur seperti ini jarang ada. Akan lebih baik jika ia sarapan di luar sekalian jalan-jalan di sekitar Ikebukuro. Kebetulan ia juga ingin bertemu dengan Celty hari ini. Orang itu selalu bisa jadi pendengar dan penasihat yang baik untuknya.
Kakinya menapaki lantai yang terasa dingin menuju kamar mandi. Shizuo menggosok gigi kemudian mencuci mukanya dengan sabun wajah di depan wastafel. Tak sengaja ada sebagian busa sabun yang memasuki daerah matanya. Shizuo merasa matanya begitu perih dan panas. Dengan segera ia membasuh wajahnya dengan air mengalir tapi perih di matanya belum juga hilang.
"IZA—" katanya-katanya tertelan begitu saja karena Shizuo ingat. Ingat jika Orihara Izaya tidak lagi ada di sini untuk membawakannya handuk yang lupa ia bawa ke kamar mandi.
Selang beberapa menit, Shizuo telah selesai mandi lantas membersihkan rumahnya yang cukup berantakan. Pakaian kotor yang tak dimasukkan ke keranjang cucian, debu-debu yang mulai menebal di tiap sisi kaca jendela dan lemari, juga bekas sampah makanan instant yang berserakan di meja makannya.
"Rumah ini seperti kapal pecah," Shizuo berdecak. Dengan segera mengambil penyedot debu di dapur. Meski penampilannya seperti itu, sebenarnya Shizuo adalah seorang pecinta kebersihan. Ia akan merasa tidak nyaman jika tempat huniannya berantakan dan dipenuhi oleh sampah.
"Ah?" Shizuo menemukan sebuah benda yang menarik perhatiannya saat ia menggeser sofanya untuk ia bersihkan.
Sebuah ponsel pintar—yang ia yakini adalah milik Izaya. Shizuo mengetahuinya karena benda itu tak pernah jauh dari pemiliknya. Ia mengambil ponsel itu dan mencoba menghidupkannya beberapa kali namun layar ponsel tersebut tetap blank. Kemudian Shizuo menyadari satu hal, mungkin saat ponsel ini kehabisan baterai.
Shizuo dengan cepat meraih kabel charger dan benar saja, setelah dicharge ponsel itu menampilkan layar terang dengan wallpaper wajah seorang pemuda berambut pirang yang sedang tertidur pulas, dengan mulut setengah terbuka, melekat pada sebuah bantal—itu Shizuo!
"Izaya sialan! Ia mengambil gambar memalukan seperti ini tanpa sepengetahuanku!"
Butuh kesabaran yang kuat dalam menahan dirinya untuk tidak meremukkan benda yang tengah ia genggam sekarang. Shizuo beralih kembali pada ponsel tersebut. Membuka riwayat pesan masuk yang ternyata kosong dan dengan wajah campur aduk membuka satu-persatu galeri foto yang sebagian besar berisikan fotonya—yang cukup memalukan.
Matanya meredup sayu saat tangannya bergerak untuk menggeser satu persatu foto Izaya yang diambil olehnya sendiri. Dan tangannya berhenti di salah satu foto Izaya yang tengah memakai kaos merah, tersenyum seperti biasa tertuju pada kamera yang dipegangnya.
"Dasar kutu!"
Bahkan senyuman Izaya masih terlihat menyebalkan meski hanya dalam foto.
Tapi kenapa sekarang ia begitu merindukan senyuman itu?
Shizuo menghela nafas hingga tak menyadari jika ada seseorang yang masuk melalui pintu depan rumahnya. Seseorang yang memakai jaket berhoodie hitam melangkah memasuki rumahnya dan berdiri berseberangan dengannya yang tengah terduduk lesu.
"Shizu-chan?"
Shizuo tersentak kaget begitu melihat sosok Izaya yang berdiri di depan mata kepalanya sendiri. Ia mengerjap beberapa kali berpikir jika ini hanya khayalannya saja. Efek terlalu memikirkan Izaya sampai seperti ini. Izaya tak mungkin ada di sini. Shizuo menyangkalnya. Namun sekeras apapun pemuda penagih hutang itu menyangkalnya, sosok Izaya masih saja ada di sana, bahkan kali ini sosok itu berjalan dan duduk di sofa meski agak jauh darinya.
"Itu ponselku, kembalikan," katanya. Shizuo beralih dari Izaya, kemudian ponsel di tangannya, lalu tertuju kembali pada Izaya.
"Aku sudah mencarinya beberapa hari ini. Kemudian aku ingat sudah meninggalkannya di sini. Maaf sudah menggunakan kunci rumahmu," Izaya meletakkan sebuah kunci rumah yang dikantonginya ke atas meja. Kunci duplikat rumahnya yang sengaja Shizuo berikan pada Izaya agar pemuda itu bisa keluar masuk rumahnya meski ia sedang bekerja.
"Kurasa sebaiknya aku mengembalikannya padamu."
Tak ada jawaban dari Shizuo. Pemuda itu hanya tak bisa melepaskan pandangannya dari Izaya.
"Soal ponsel ini, sudah kuhapus semua fotoku di galerimu," Shizuo mulai membuka mulut.
"APA?!" Izaya tampak tak terima. Koleksi berharganya…
Shizuo kemudian bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Izaya. Izaya mulai berpikiran jika Shizuo akan kembali mengamuk dan mengusirnya. Mencoba tenang pun tak ada gunanya. Shizuo pasti sangat marah karena ia menyimpan ratusan fotonya yang ia ambil secara diam-diam.
Namun pemikiran Izaya langsung melenceng seketika. Ia melihat pemuda berambut pirang itu dengan raut wajah tak terbaca malah berlutut di depannya. Mata mereka bertemu untuk beberapa saat hingga tiba-tiba Shizuo memeluk dan membenamkan wajahnya di perut Izaya.
Bruk!
"Woah—k-kau apa-apaan, Shizu-chan?" Izaya terpekik atas perlakuan Shizuo yang tiba-tiba. Namun tak ada jawaban dari Shizuo. Ia hanya menjawab dengan gelengan kepala. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang begitu dirindukannya belakangan ini.
"Shizu-chan?" Shizuo kembali menggelengkan kepalanya beberapa kali.
Izaya terkekeh. Ia sedikit merasa geli. Namun tetap membiarkan monster Ikebukuro itu bernafas di perutnya. Tangannya mulai bergerak mengusap-usap rambut pirang Shizuo.
"Apa ini? Apa benar kau ini Heiwajima Shizuo yang kukenal? Padahal baru kutinggal tiga hari saja tapi Shizu-chan sudah begitu merindukanku." Izaya merasa pelukkan Shizuo di perutnya semakin erat. Ia menepuk-nepuk kepala Shizuo beberapa kali.
"Aku ragu untuk meninggalkan Shizu-chan selama seminggu. Jangan-jangan kau akan bunuh diri."
"Maafkan aku!"
"Eh?"
Bola mata Izaya melebar ketika Shizuo melepaskan pelukannya dan mengucap kata maaf di depannya. Protozoa itu berkata dengan sungguh-sungguh. Ia bisa lihat dari pancaran matanya.
Izaya menyeringai. Shizuo dan kata maaf bukanlah kombinasi yang pas untuk dilihat. Tapi ini benar-benar di luar dugaannya.
"Shizu-chan, kata maaf bukanlah kata yang cocok untuk kau katakan saat ini," ucap Izaya. Ia begitu menikmati wajah polos penuh keheranan milik Shizuo. Di wajahnya sekarang seolah tergambar jelas kalimat 'Lalu aku harus berkata apa?'. Itu cukup menghiburnya.
Dibelainya wajah tampan di depan itu dengan lembut berkali-kali. Lantas disibaknya poni Shizuo ke atas dengan kedua tangannya, dan Izaya mendaratkan ciuman bertubi-tubi ke seluruh permukaan wajah Shizuo.
"Tadaima~" ucap Izaya sambil tersenyum. Meletakkan kedua tangannya di masing-masing bahu Shizuo. Matanya menyipit lucu.
Shizuo mengerjap beberapa kali atas tindakan Izaya barusan. Nyawanya terasa melayang untuk beberapa saat. Hingga akhirnya ia sadar dan mendengus.
"Ah, okaeri, I-za-ya-kuuuun~"
-Owari-
