Kembali lagi sama Megami, fanfic kali ini terinspirasi dari cerita nyata yang Megami alami sendiri (walaupun agak beda). Nah selamat baca aja deh mudah-mudahan para reders suka sama fanfic ini. Dozoyoroshiku !

CINTA YANG TAK AKAN SAMPAI

"NARUTO, , , , , FIGHTO, ayo berjuang kalahkan semua lawanmu!" teriak Sakura di sisis lapangan basket meneriaki siswa Konoha Gakuen yang sedang bertangding basket yaah atau lebih tepatnya Sakura sedang meneriaki Naruto.

"Perkenalkan namaku Haruno Sakura, aku bersekolah di Konoha Gakuen. Saat ini aku sedang menonton pertandingan basket putra di sekolahku bersama sahabat terbaikku Yamanaka Ino, lihat itu dia laki-laki yang aku cintai sejak aku SD dulu. Laki-laki itu bernama Uzumaki Naruto, kyaaa tampannya dia andai saja aku bisa bermarga Uzumaki Sakura, kyaaa nama yang sangat indah lalu aku hidup bahagia dengan Naruto naah itulah impianku." kata Sakura sambil jingkrak-jingkrak narsis di kamera.

"Hei, kau kira ini sedang shooting. Sudah cukup omong kosongnya. Kenapa kau hanya meneriaki Naruto saja ? Kan yang bertanding itu tidak hanya Naruto." Ino mencibir pada Sakura.

"Biar saja karena hanya Naruto yang aku suka." kata Sakura acuh.

"Sakura?" panggil Ino.

"Hn, ada apa Ino ?" tanya Sakura.

"Apa yang kau sukai dari Naruto ?Padahalkan kebanyakan gadis menyukai Sasuke, yaaah termasuk aku tentunya." Ino tertawa genit.

"Hah? Uchiha Sasuke? Si manusia patung itu tidak ada apa-apanya di banding Naruto. Dia dingin sekali dan tidak pernah tersenyum. Sedangkan Naruto kyaaa. . . . lihatlah Ino dia begitu bersinar sampai-sampai aku merasa silau." ucap Sakura menjelek-jelekan sasuke dan terus memandangi Naruto, Ino hanya bisa ber-sweatdrop ria. Seketika itu Naruto dan yang lainnya telah selesai bermain basket dan berjalan di dekat Sakura dan Ino.

"Halo Sakura-chan, apa kabar?" tanya Naruto riang.

"Hai Naruto-kun, kabarku baik. bagaimana denganmu?" Sakura tersenyum amat manis. ("Dan senangnya lagi aku dan dia akrab sejak masuk sekolah ini." inner Sakura terus senyam-senyum.)

"Haha, tentu saja aku selalu sehat. Lihat aku sehat sekali kan." kata Naruto sambil menggerak-gerakkan badannya.

"Ng, , ,anu, , , ,Naruto-kun aku membawakan minuman untukmu, silahkan." Sakura memberikan sebotol minuman dingin pada Naruto.

"Waaah terima kasih, kau memang baik sekali Sakura-chan. Kebetulan aku haus sekali." ucap Naruto.

"Sakura-chan kenapa hanya Naruto saja yang kau bawakan minuman? Apa ada bagian untukku juga?" tanya senpai mereka yang bernama Rock Lee.

"Maaf Lee-senpai, aku hanya membawa satu." ucap Sakura menyesal.

"Tidak apa-apa Sakura-chan, Ino apa itu untukku?" tanya Lee pada Ino.

"Maaf Lee-senpai ini untuk pacarku Sai." Ino tersenyum getir.

"Malangnya nasibku!" kata Lee murung.

"Jangan khawatir nee-chan, aku membawa satu untukmu. Tadinya sih mau aku berikan pada Neji tapi adiknya telah membawakan untuknya. Tenang masih ada aku, perempuan yang akan selalu menyemangatimu!" ucap gadis dengan dua cepol di rambutnya tersenyum riang.

"Uuuhh tenten itu karena kau adikku. Tapi aku masih beruntung mempunyai adik perempuan." ucap Lee murung.

"Hei nee-chan kau tidak boleh murung terus ayo kobarkan semangat masa muda!" kata Tenten bersemangat.

"Sampai jumpa lagi Naruto-kun, sampai jumpa besok!" Sakura melambaikan tangannya pada Naruto dan pulang bersama Ino.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

"Aku pulaaaaang" salam Sakura ketika sampai di rumah.

"Sakura kau sudah pulang, ayo kesini ada yang mau ibu bicarakan padamu dan kakakmu!" ucap Kushina sambil menarik tangan Sakura ke ruang keluarga, di sana tengah menanti seorang anak laki-laki tampan berambut merah seperti ibunya.

"Ibu cepatlah sebenarnya apa yang akan kau bicarakan pada kami? Sebentar lagi aku harus pergi karena Deidara telah menungguku." ucap Sasori tak sabar.

"Batalkan acaramu dengan Deidara karena sebentar lagi akan ada acara yang sangat penting." perintah Kushina.

"Huh dasar ibu ini seenaknya sekali, kalau aku tidak mau apa yang akan ibu lakukan?" kata Sasori menantang.

"Dengan amat sangat menyesal aku harus mematahkan tulangmu agar kau tak bisa pergi." Kushina tersenyum bagaikan iblis.

"Oh, baiklah aku mengerti!" kata Sasori dengan secepat kilat mengambil ponselnya. "Hai Deidara, aku membatalkan acara kita bermain game hari ini karena aku ditawan oleh wanita tomat yang telah menularkan gen tomatnya padaku terima kasih atas semua kebaikanmu, sampai jumpa lagi di sekolah."

"Huh dasar anak aneh, yaah tapi terserahlah aku akan mengajak Itachi atau Pain saja!" kata Deidara yang berbicara di seberang telepon. Lalu Sasori pun mematikan ponselnya.

"Nah baru itu anakku yang selalu menuruti perintahku." Kushina tersenyum lembut dan manis.

"Wanita itu sangat menyeramkan. . . . . ." Sasori berguman merinding.

"Memangnya apa yang mau ibu bicarakan pada kami? Sepenting itukah?" tanya Sakura.

"Hnn, ibu tahu mungkin ini mendadak tapi ibu tidak bisa hidup sendirian semenjak ayah kalian meninggalkan kita entah kemana dan ibu tahu kalian juga sudah mengizinkan ibu untuk menikah lagi dan sekarang calon suami ibu akan datang kesini." ucap Kushina malu-malu.

"Benarkah? Jadi ibu akan menikah lagi, ooohh terima kasih akhirnya aku mempunyai ayah juga. Baiklah seharian ini aku akan menjadi anak baik agar dia mau menjadi ayahku!" kata Sasori girang.

"Ya bu, aku juga setuju dengan kakak, aku senang kalau ibu senang akhirnya ibu bisa mendapatkan cinta baru. Jadi kapan mereka akan datang?" tanya Sakura.

"Mungkin sebentar lagi cepat kalian ganti baju yang rapi dan siap-siap." ujar Kushina.

"Baik bu." ucap Sakura dan Sasori kompak.

BEBERAPA SAAT KEMUDIAN. . . . . . . . .

TING TONG. . . . . . . . Terdengar bunyi bel ditekan.

"Pasti itu mereka, sebentar ibu akan bukakan pintunya." kata Kushina senang dan pergi untuk membuka pintu.

"Kira-kira seperti apa ya calon ayah kita?" tanya Sakura.

"Yang pasti pasti laki-laki itu tampan karena aku tahu betul selera ibu." Sasori menyeringai.

"Siapa pun dia aku ingin dia baik dan bisa membahagiakan ibu." ucap Sakura.

"Ya, dan tentunya harus bisa menyayangi dan membahagiakan kita juga." Sasori menyetujui ucapan Sakura.

SEMENTARA ITU DI LUAR

"Ayo Minato silahkan masuk, anak- anak sudah menunggu mereka senang sekali setelah mendengar aku akan menikah lagi." ucap Kushina.

"Sepertinya mereka akan bertambah senang ketika tahu calon ayahnya sangat tampan, hahaha." Minato tertawa.

"Ayah kau terlalu percaya diri." anak tunggal Minato pun mencibirnya.

"Oia, di keluarga kita nanti kau akan menjadi anak kedua. Kau akan mempunyai kakak dan adik sekaligus." kata Kushina menerangkan.

"Waah bahagianya aku, mulai sekarang aku akan benar-benar mempunyai keluarga yang sesungguhnya." anak itu tertawa riang.

"Anak-anak inilah yang sebentar lagi akan menjadi keluarga kita, silahkan perkenalkan diri kalian." perintah Kushina.

"Selamat malam anak-anak salam kenal namaku Uzumaki Minato akulah yang akan menjadi ayah kalian, aku akan bekerja keras untuk membahagiakan kalian semua dan tentunya aku juga sangat meyukai dan menyayangi kalian semoga kalian pun menyukaiku. Mohon bantuannya." Minato mulai memperkenalkan dirinya.

"Hai semuanya salam kenal namaku Uzumaki Naruto, aku adalah anak dari Uzumaki Minato. Ibu kalian bilang aku akan menjadi kakak dan adik di sini!" kata Naruto riang yang dengan tiba-tiba muncul dari belakang punggung Minato mengagetkan Sasori dan Sakura.

"Naruto-kun?" tanya Sakura heran.

"Heeei Sakura-chan kenapa kau ada di sini?" tanya balik Naruto.

"Baiklah perkenalkan namaku Haruno Sakura, aku adalah anak dari Haruno Kushina. Semoga kita menjadi keluarga yang baik!" Sakura membungkuk dalam.

"Aku Haruno Sasori, nnngg calon ayah kau tampan sekali ya. Pantas saja wanita tomat ini suka padamu, semoga kau menyayangiku." salam Sasori.

"Ayah jadi aku akan menjadi adiknya Sakura-chan ya? Tapi asik juga punya kakak perempuan. Padahal tadinya kupikir lebih baik kalau aku yang menjadi kakaknya saja ya, bukan begitu yah?" tanya Naruto.

BLETAK. . . . . . . .

"Tentu saja Sakura-chan yang akan menjadi adikmu, kau ini bodoh sekali Naruto." Minato memarahi Naruto.

"Maaf, hanya saja aku tidak percaya kalau Sasori yang akan menjadi kakakku." kata Naruto sambil mengelus kepalanya.

"Memangnya kenapa Naruto?" tanya Kushina.

"Wajah Sasori masih seperti anak kecil, dia imut sekali susah dipercaya kalau dia lebih tua dariku." ucap Naruto seenaknya.

"Enak saja kau mengataiku seperti anak kecil, aku ini sudah kuliah sekarang dan kau hanya murud SMA wajahmu juga berbeda dengan ayahmu yang tampan bilang saja kau iri pada ketampananku. Dasar muka kucing garong, baka neko." ledek Sasori.

"APA KAU BILANG ?" Naruto mulai meledak.

"Sudah-sudah ayo kita mengobrol saja untuk mengakrabkan diri." lerai Kushina.

"Aku tidak percaya, aku akan menjadi kakakmu Sakura-chan. Senangnya aku." ucap Naruto girang.

"Iya aku sungguh tidak percaya, benar-benar suatu kejutan bagiku." ucap Sakura tersenyum getir.

"Sepertiya kalian sudah akrab sekali ya?" tanya Minato.

"Iya ayah Sakura-chan ini sahabat baikku di kelas, kami selalu sekelas sejak SD." Naruto menerangkan.

"Syukurlah kalau kalian sudah akrab, rencananya kami akan menikah minggu ini kami sudah menyiapkan segalanya. Apa pendapat kalian anak-anak?" tanya Kushina.

"Kapan saja asal ibu senang." ucap Sakura.

"Kapanpun kalian suka." Naruto menyetujui.

"Cepatlah kalian menikah karena aku ingin segera mempunyai ayah." kata Sasori.

"Kalau begitu segera bereskan barang kalian, karena kita akan tinggal di rumah yang baru." saran Minato.

"Apa rumah itu jauh?" tanya Sakura khawatir

"Tidak usah khawatir rumah itu dekat, jadi kalian tidak perlu cemas soal sekolah dan yang lainnya." tambah Kushina.

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Satu minggu pun terlalui Minato dan Kushina telah resmi menikah dan mereka beserta ketiga anaknya pindah ke rumah mereka yang baru.

"Besar sekali rumah ini, pasti harganya sangat mahal aku tidak berani menempatinya ini sudah seperti rumah keluarga bangsawan saja." ucap Sakura kagum akan kemewahan rumah barunya.

"Jangan begitu Sakura, itu karena ayahmu ini Hokage." ucap Kushina.

"Aku benar-benar tidak menyangka ayahku hebat sekali!" kata Sasori kagum.

"Tidak perlu terlalu kagum ayahku tidak sehebat kedengarannya tenang saja, dengar dia itu ceroboh dan kalau tidur suka ngorok, dan juga suka mengupil sembarangan, dan juga dia suka. . . . . . ." Naruto berbicara seenaknya.

BLETAK. . . . . . . . Belum selesai Naruto berbicara, Minato sudah melayangkan tinjunya yang dihadiahkan kepada kepala Naruto.

"Jangan menjelek-jelekan ayahmu sendiri, anak nakal." ucap Minato marah.

"Benarkah itu paman Minato?" tanya Sakura serius.

"Bukan, , , , , tentu saja tidak! Mengapa kau percaya pada kebohongan Naruto, percayalah pada ayahmu ini!" kata Minato panik dan berusaha meyakinkan Sakura.

"Mak, , , , maksudku bukan ucapan Naruto, aku sudah terbiasa dengannya. Maksudku apa benar paman ini Hokage?" tanya Sakura.

"Hm, ya begitulah. Ngomong-ngomong mengapa kau memanggilku paman ? Ayolah Sakura-chan panggil aku ayah, kumohon!" pinta Minato dengan puppy eyes.

"Ng, , ,ng, , , iya baiklah a, , ,ayah." ucap Sakura kaku karena sudah lama tidak pernah memanggil dengan sebutan itu.

"Kyaaa senangnya, Kushina sayang Sakura-chan memanggilku ayah. Senang sekali mempunyai anak gadis, kalau ada yang macam-macam padamu laporkan pada ayah ya Sakura-chan." kata Minato kegirangan.

"Baiklah ayah." kata Sakura patuh.

"Kalau aku sih tidak akan sungkan padamu ayah." kata Sasori memeluk Minato.

"Bagus kalau begitu, nah sekarang pilihlah kamar yang kalian suka." Minato menawarkan.

"Aku menyarankan kalian menempati 3 kamar yang bersebelahan di lantai 2 karena aku sudah menyiapkannya untuk kalian." kata Kushina.

"Baiklah kami akan melihatnya." Sakura mulai melihat kamar yang dimaksud Kushina dengan diikuti oleh Sasori dan Naruto.

"Aku mau kamar yang ini." kata Sasori menunjuk kamar pertama.

"Baiklah aku yang tengah." ucap Naruto.

"Hei aku kan yang paling muda disini mengapa aku mendapat sisa dari kalian, padahal aku mau di kamar itu." kata Sakura pura-pura marah dan cemberut sambil menunjuk pada kamar yang dipilih Naruto, mereka pun tertawa sambil mengacak-acak rambut Sakura. Mereka pun memasuki kamarnya masing-masing.

"Lihat balkon kamar kita ternyata terhubung, kita bisa bermain di sini dan tentunya kita bisa leluasa memasuki 3 kamar ini." teriak Naruto sambil membuka jendela kamarnya. "Kamar ini memang bagus!"

"Kalau begitu aku tidak akan membiarkan jendela kamarku terbuka dan aku akan selalu menguncinya agar kau tidak bisa masuk, Sakura sebaiknya kau ikuti saranku." ucap Sasori yang duduk di jendela.

"Hahahaha, kau bisa saja kak, kita semua kan sudah jadi saudara jadi kita tidak usah sungkan bukan begitu Naruto?" tanya Sakura yang kemudian duduk di balkon.

"Tentu saja Sakura-chan, aku senang kita bisa menjadi saudara." ucap Naruto riang.

"Ya, aku juga senang. Sudah dulu ya aku lelah sekali aku ingin istirahat dulu." kata Sakura masuk ke kamarnya dan menutup jendela kaca geser kamarnya.

"Bohong sekali kalau aku bahagia. Hatiku perih sekali saat tahu kau yang menjadi kakakku, kenapa bukan Ino atau yang lainnya saja?" mata Sakura mulai berurai air mata.

"Cintaku padamu tak akan mungkin sampai, di dunia ini tak ada yang mengizinkan percintaan antar saudara. Apa yang harus aku lakukan? Aku sudah sangat terlalu mencintai Naruto, apa perlu aku akhiri saja hidup ini? Aku tidak boleh egois kasihan ibu, tapi semua ini gara-gara ibu. Andai saja dia tidak menikah dengan ayah pasti aku tidak akan menderita seperti ini. Aku harus mengacaukan pernikahan mereka agar aku bisa bersama dengan Naruto. Ya benar aku harus melakukannya." ucap Sakura sambil menyeka air matanya.

. . . . . . . . . . . . . . . . . .

TO BE CONTINUED

Minna, Megami mau minta refiewnya ya. Tolong luangkan waktunya sebentar buat refiew, kritik dan saran selalu Megami terima.