Mira : "Minna-san, selamat datang di fanfic Mira~" *lemas*

Rukia : "Lho, kau kenapa Mira?"

Mira : "Hiks...Rukia~ Semua data fanfic Mira menghilang! Huwaaa~" *nangis gegulingan*

Ichigo : "Kok bisa ?"

Mira : "A-awalnya Mira mau print bahan ujian kemarin di warnet dekat sekolah. Terus kata penjaga warnetnya, flashdisk Mira bervirus jadi gak bisa di print. Dia bilang scan aja. Mira yang nggak curiga setuju aja, tapi waktu Mira buka flashdisk di rumah, ternyata falshdisk Mira malah kosong!" *masih nangis sesegukan*

Rukia : "Nggak minta tolong ke penjaga warnetnya lagi ?"

Mira : "Ugh, tentu saja Mira protes! Tapi kata penjaganya kalau memang scan virus data yang terkena virus hilang! Waktu Mira minta tanggung jawab dia bilang nggak tahu! Karena itu semua data fic yang mau update, fic yang masih proses pengerjaan, semua data di flashdisk Mira buat hilang!"

Ichigo : "Tragis banget nasibmu, thor." *prihatin*

Mira : "Karena itu Mira minta maaf pada readers yang udah nunggu update fic 'Fience OF MONSTER' bersabar. Mira akan ulang lagi semua fic Mira dari nol." *nunduk minta maaf*

Rukia : "Terus kok fic ini masih ada ?"

Mira : "Mira belum pindahkan naskah fic ini ke falshdisk, jadi fic ini satu-satunya yang tersisa. Untung banget! Karena itu Mira publish fic ini."

Ichigo : "Tapi fic inikan multi-chapter, utangmu bertambah lagi, thor."

Mira : "Tenang aja, fic ini nggak sampai lebih dari 5 chapter kok. Mira buat fic ini untuk menghibur readers dari IchiRuki~" *ceria lagi*

Rukia : "Cepat amat ganti moodnya."

Ichigo : "Dia memang aneh, Rukia. Jangan di pedulikan."

Mira : "Oh ya! Mira buat fic ini setelah dapat ide membaca komik buatan Iwaoka Meme-sensei sambil dengar lagu CHERRY milik Yoshioka Yui. Karena itu fic ini judulnya CHERRY. Tapi fic ini bukan termasuk SongFic lho."

Rukia : "Iya, sebab sang author trauma saat tahu songfic itu dilarang."

Mira : "Nggak bisa di bilang trauma juga, sih. Tapi rada syok gitu, padahal Mira senang buat song fic."

Ichigo : "Lalu sebagai tambahan, fic ini ASLI dari pikiran sang author! Jika terdapat kesamaan alur cerita dengan fic lain itu hanya KEBETULAN."

Mira : "Happy reading, minna~! Jangan lupa Read and Review ya!"


\(^0^\)"Selamat Membaca, minna-san~!"(/^0^)/

***# CHERRY #***

#*** Mirai Mine***#


Disclamer: Tite kubo-sensei ! *nodongin bazoka Hiruma di Eyeshield 21* Berikan BLEACH pada saya! *di bantai*

Rated : T

Pairing : Ichigo x Rukia slight Kaien x Rukia

Genre : Friendship and Romance

Warning : typo(s), Alternated Universe (AU), Out Of Character (OOC), alur kecepatan, dkk. Don't like ? Don't read! I have warned you so don't flame me! *plak!*

Summary : Apakah kalian tahu ? Kalau kita menyerahkan surat cinta di bawah pohon sakura di dekat gerbang sekolah maka cinta kita pasti kesampaian.


***# CHERRY #***


Menatap tajam selembar kertas di depannya, kedua permata violet itu berkali-kali membaca isi pesan yang tertulis di sana. Kedua tangannya gemetar saat memegang tepian surat dengan motif kelinci putih itu. Berkali-kali ia memeriksa surat di depannya, memastikan bahwa tidak ada kalimat yang salah. Kadang semburat merah menghiasi pipinya yang ranum, menambah kesan manis dari gadis berambut sehitam malam ini.

Di samping meja tempat gadis itu kini duduk, terdapat sebuah keranjang dengan gumpalan kertas di dalamnya, sedangkan di dekat tangan sang gadis terdapat jam kamar yang sudah menunjukkan malam semakin larut.

Tapi gadis itu tidak peduli, ia sudah menghabiskan berjam-jam waktunya di depan meja dan menulis hal yang sama. Beberapa kali ia menulis dan saat menyadari tulisannya tidak cocok dengan pikirannya maka saat itu juga ia akan langsung membuang kertas itu ke tempat sampah di sampingnya.

Kuchiki Rukia. Itulah nama gadis mungil ini. Ia seorang siswa kelas 1 SMA di Karakura Gakuen sekolah yang cukup ternama di kotanya. Rukia salah satu murid yang cukup terkenal di sekolah, ia gadis yang cantik, ramah dan memiliki banyak teman. Ia juga memiliki prestasi akademik yang memuaskan di sekolah. Jadi jangan meremehkannya hanya karena tubuhnya yang lebih 'mungil' dari anak-anak seusianya.

Lalu apa yang sedang di lakukan gadis ini?

Rukia sedang menulis sebuah surat cinta.

Surat cinta pertama yang dibuatnya untuk seorang laki-laki di sekolahnya. Ini pengalaman pertamanya membuat surat cinta, sebelumnya Rukia belum pernah membuat yang seperti ini. Bahkan ketika ia mulai menyukai laki-laki itu. Dan Rukia tidak akan membuatnya kalau saja temannya Orihime Inoue tidak memberi tahunya satu kisah di sekolah.

Flash Back

"Pohon sakura?"

Menatap siswi berambut coklat panjang di depannya. Rukia mengerutkan alisnya bingung. Sementara yang di tatap hanya mengangguk semangat dan menggenggam kedua tangan Rukia.

"Kalau menyerahkan surat cinta di bawah pohon sakura di samping gerbang sekolah saat bunga sakura bermekaran. Pasti cintanya kesampaian," ujar gadis itu tersenyum. Gadis itu Orihime Inoue teman baik Rukia.

"Itu hanya mitos bukan? Aku tidak percaya dengan cerita khayalan begitu, Inoue," komentar Rukia sambil melanjutkan makan siangnya yang tertunda.

"Itu bukan mitos, Rukia! Kau kenal dengan Unohana-sensei'kan? Kudengar dari beliau langsung kalau dulu Unohana-sensei menyerahkan surat cintanya ke Ukitake-sensei di bawah pohon sakura itu," gumam Inoue mencoba menjelaskan cerita yang di dengarnya beberapa hari lalu dari sang guru. Unohana-sensei dan Ukitake-sensei adalah pasangan suami-istri yang menjadi guru sekaligus alumni dari Karakura Gakuen.

"Eh? Benarkah?" ujar Rukia tidak percaya. Ia tahu betul dengan guru itu, Unohana-sensei adalah guru favorit murid di sini karena kelembutannya, begitu juga dengan Ukitake-sensei yang terkenal ramah pada murid-muridnya. Dan Rukia juga sering melihat Ukitake-sensei terlihat sangat mesra saat sedang berbicara dengan sang istri.

"Karena itu, bagaimana kalau kau juga mencobanya ke Shiba-kun," ucap Inoue meyakinkan.

Mengangguk kecil, kali Rukia setuju dengan pendapat Inoue. Ia sudah lama menyukai kakak kelasnya, Shiba Kaien. Tapi selama ini ia hanya diam dan menceritakan keluhannya serta perasaannya ke Inoue. Wajar jika gadis itu tahu banyak tentang kisah cinta Rukia.

End of Flash Back

Menghela nafas lega, Rukia memasukkan surat yang susah payah di buatnya selama 4 jam lebih ke dalam sebuah amplop bewarna putih. Merekatkan tutup amplop itu lalu dengan hati-hati Rukia menyelipkan suratnya ke dalam sebuah buku dan memasukkannya ke dalam tas.

Meregangkan kedua tangannya, Rukia menguap lalu beranjak ke tempat tidurnya. Hingga ketika sudut matanya melihat ponsel miliknya bergetar, Rukia mengambil ponselnya dan melihat 2 pesan dari Inoue di sana. Sedikit penasaran saat tahu kenapa temannya itu belum tidur padahal sekarang sudah jam 1 pagi, Rukia membuka pesan itu.

Pesan pertama datang jam 8 malam tadi, tepat saat ia mulai membuat surat untuk Kaien. Isinya seperti sebuah laporan.

"Kuchiki-san, aku baru saja mendapat informasi kalau besok jam 8 pagi Shiba-kun ada rapat dengan OSIS. Kau temui dia sebelum jam 8 saat ia masuk gerbang sekolah. Ganbatte!"

Rukia mengerutkan alisnya saat membaca pesan itu, dari mana Inoue mendapat informasi sedetail ini? Apa mungkin ia bertanya pada kakaknya Sora Inoue yang juga anggota OSIS sama seperti Kaien?

Pesan kedua datang beberapa menit yang lalu, kali ini Rukia benar-benar yakin kalau Inoue sama sekali belum tidur. Mungkin gadis itu kini sedang menonton acara lawak tengah malam kesukaannya atau membuat bekal 'istimewa' untuk makan siang besok. Membuka pesan kedua, kali ini wajah Rukia memerah saat membacanya. Pesan itu mengatakan.

"Aku sudah menghubungi Shiba-kun. Dia bilang tidak keberatan kalau kau ingin bertemu dengannya besok. Kuminta dia menunggumu di gerbang tepat bawah pohon sakura, kuharap kau tidak bangun kesiangan untuk besok, Kuchiki-san."

A-apa yang dipikirkan Inoue? Apa gadis itu tidak tahu kalau hanya untuk membuat surat saja ia menghabiskan waktu 4 jam lebih dan menghabiskan 1 rim kertas surat? Dan kini gadis itu meminta Kaien untuk menunggunya?

Oh, kelihatannya Rukia tidak akan bisa tidur dengan tenang malam ini.


***# CHERRY #***


Berjalan dengan langkah gontai, beberapa kali Rukia menguap dan menggosok kedua matanya yang terasa sangat berat. Ia benar-benar tidak bisa tidur semalaman, matanya tidak mau berkompromi dengan tubuhnya yang sudah lelah. Berapa kalipun ia menutup mata, pikirannya selalu tidak tenang mengingat apa yang akan dilakukannya besok.

Rukia yakin kalau saat ini penampilannya sangat berantakan, tadi pagi ia hampir kesiangan jika tidak di bangunkan kakaknya Hisana. Dan ia hampir tersedak karena sarapan dengan terburu-buru saat melihat jam yang sudah pukul 07.30 pagi, bahkan ia tidak sempat merapikan seragam dan menyisir rambutnya. Dan yang terburuk, kini tubuhnya lemas karena kurang tidur dan kantong mata hitam melingkari kedua mata violetnya.

Hari ini dia terlihat tidak seperti Rukia yang biasanya dimana ia selalu berpakaian rapi dan tersenyum menyapa setiap orang yang di temuinya, namun kini ia malah berjalan lemas layaknya orang stres yang sakit. Beberapa kali Rukia berusaha tersenyum saat beberapa siswa menyapanya tapi ketika ia balas tersenyum siswa yang menyapanya itu malah bergidik ngeri sambil membungkuk minta maaf dan menjauh darinya. Apakah penampilannya seburuk itu?

Ugh, padahal hari ini ia ingin menyatakan cinta tapi penampilannya malah seperti ini? Apa yang akan dikatakan Kaien padanya nanti?

"Ohayou, Rukia!"

Suara riang yang terdengar di belakangnya membuat Rukia menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Di mana seorang siswi berambut panjang bewarma coklat karamel melambai dan berlari kecil padanya.

Senyum mengembang di wajah Rukia saat melihat siswi yang bernama Orihime Inoue itu menuju ke arahnya. Yaah, meski lagi-lagi senyumannya itu membuat siswa di sekitarnya bergidik ngeri -lagi- tapi untungnya kelihatannya Inoue tidak terlalu mempedulikan raut wajah Rukia 'saat itu' dan terus tersenyum.

"Kupikir aku akan datang menemanimu, Rukia. Akan kupastikan kalau rencana yang kubuat semalam akan berhasil. Fu fu fu fu fu, " jelas Orihime dengan senyuman mencurigakan yang membuat Rukia sempat sweetdrop melihat tingkah temannya ini. Memangnya apa yang direncanakan Inoue semalaman tadi?

"Tapi kelihatannya aku terlalu khawatir," ujar Inoue dengan senyum yang masih mengembang di wajahnya. Rukia menelan ludah paksa, ia tahu kalau gadis ini bermaksud memperhatikan penampilannya.

"Kau tahu Rukia," ucap Inoue dengan nada riang. "menurutku penampilanmu hari ini sangat sem-pur...na?" lanjutnya kemudian dengan nada yang awalnya terdengar riang berubah drastis menjadi ragu campur heran saat melihat penampilan Rukia saat ini.

Dan Rukia yang menyadari perubahan temannya itu dengan cepat menjawab "Aku tidak bisa tidur semalaman sejak membaca pesanmu tadi malam, Inoue."

Hening.

Rukia bisa menebak jika yang ada di pikiran Inoue saat ini yaitu rencananya -yang Rukia juga tidak tahu- langsung berantakan saat melihat penampilan Rukia pagi ini. Dan dugaan Rukia bisa dikatakan benar saat melihat keringat dingin menetes kecil di wajah sang gadis. Ooh, Rukia merasa penampilannya memang sangat buruk hari ini.

"…Rukia, kudengar sore nanti Shiba-kun ada pertandingan sepak bola. Bagaimana kalau kau menonton pertandingannya dan memberikannya seusai pertandingan. Akan kubuat penampilanmu menjadi sempurna sampai beberapa jam kedepan," saran Inoue yang kembali bersemangat dan mengeluarkan sebuah tas berisi beberapa peralatan kecantikan yang entah kenapa di bawanya hari ini.

Rukia kembali membatu, sebenarnya seberapa jauh Inoue mencari informasi tentang Kaien? Apakah gadis itu sampai membuntuti semua aktifitas Kaien sampai seminggu ke depan? Rukia yakin kalau Inoue bisa menjadi chupid (peri cinta) ketika ia reinkarnasi setelah mati nanti.

"Ba-baiklah, terima kasih saranmu, Inoue," ujar Rukia sedikir gelagapan melihat keseriusan temannya ini. Ia beruntung mempunyai teman seperti Inoue yang ingin membantu persoalan cintanya sampai sejauh ini.

"He he he…tidak masalah. Kalau begitu kau mau mampir ke rumahku? Masih ada 1 jam lagi sebelum sekolah dimulai," balas Inoue sambil melihat jam tangan kecil yang melingkar di pergelangan tangannya.

Rukia mengangguk kecil dan tersenyum singkat. Karakura Gakuen memulai aktifitas sekolah pukul 9 nanti, waktu pagi hari biasanya digunakan siswa untuk kegiatan klub mereka. Termasuk kegiatan OSIS yang di ikuti oleh Kaien.

"Lalu bagaimana dengan Kaien-senpai? Dia sudah menunggu bukan?" tanya Rukia saat mata violetnya melihat seorang laki-laki berambut hitam dan bertubuh tegap berdiri di bawah pohon sakura samping gerbang.

Inoue yang sedang mengetik beberapa pesan di layar ponselnya mengalihkan perhatiannya pada Rukia dan tersenyum manis sembari menyerahkan ponselnya tadi pada Rukia. "Kukatakan pada Shiba-kun kalau kita akan menemuinya seusai pertandingannya nanti," jelas Inoue.

Rukia mengangguk mengerti, setidaknya ia harus berpenampilan lebih 'wajar' jika ingin bertemu dengan Kaien. Ingat, pandangan pertama itu PENTING. Terutama bagi Rukia yang ingin memberikan surat cintanya pada Kaien.

CKKIIIIIIT!

Suara ban yang berdecit karena dihentikan tiba-tiba membuat Rukia dan Inoue yang kebetulan sudah ada di dekat gerbang menoleh bersamaan. Kabut dari pasir berterbangan menutup pandangan, ketika kabut menipis tampak seorang cowok dengan seragam Karakura Gakuen menaiki sebuah motor Harley Davidson bewarna hitam.

Wajah pucat langsung menghampiri wajah semua siswa yang ada di sekitar sana begitu cowok itu melepaskan helm miliknya, menampakkan rambut bewarna orange dan mata caramel yang berdiam di wajah cowok itu.

Bagaimana bisa mereka bisa pucat?

Tidak ada yang tidak kenal dengan cowok yang hanya satu-satunya pemilik rambut orange itu. Kurosaki Ichigo. Siswa kelas 3 yang terkenal bermasalah karena pernah menghajar siswa dari sekolah lain dan membuat sekolah mereka diserbu teman-teman dari siswa itu. Dan juga pernah menghajar 10 orang laki-laki teman sekelasnya karena meledek rambut orange miliknya. Dan hebatnya, Ichigo bisa mengatasi semua masalah itu dan menghajar mereka semua sendirian. Benar-benar seorang diri.

"Minggir kalian semua," perintah Ichigo pelan tapi penuh ancaman dan aura membunuh saat melihat siswa lain yang membatu di tempat saat melihat kedatangannya.

"BA-BAIK!" teriak seluruh siswa di sana serentak dan dengan patuh mereka langsung berlarian dari sana. Wajah mereka semua memutih, jika kau sampai membuat masalah dengan Kurosaki Ichigo jangan berharap kalau hidupmu masih berjalan dengan tenang. Itulah prinsip utama semua siswa di sini.

"Ku-kurosaki-senpai?" gumam Rukia saat melihat senpai yang paling di takuti di sekolahnya itu.

"Le-lebih baik kita pergi saja, Kuchiki-san," gumam Inoue saat tahu cowok itu melihat ke arah mereka yang satu-satunya masih berdiri di sana.

Rukia hanya menurut dan mengikuti langkah Inoue yang akan keluar dari area sekolah. Sebenarnya ia khawatir dengan Kaien yang ada di dekat sana tapi mengingat Kaien yang sekelas dengan Ichigo dan tahu kalau cowok itu termasuk kuat karena predikatnya sebagai ketua klub judo, Rukia memilih mengikuti Inoue saja.

Inoue sendiri mempercepat langkahnya, ia tidak memperhitungkan kalau Ichigo akan datang pagi ini untuk mengikuti klub olahraga. Biasanya cowok itu lebih memilih datang saat jam pelajaran hampir dimulai atau kadang di tengah-tengah jam pelajaran ia baru akan masuk kelas.

Banyak guru yang ingin mengeluarkan murid bermasalah itu dari Karakura Gakuen yang cukup ternama tapi guru-guru itu harus berpikir ulang tentang mengeluarkan cowok itu karena prestasinya yang anehnya sangat baik di bidang olahraga maupun akademi.


***# CHERRY #***


Angin yang baru saja datang, berhembus pelan membelai rambut Rukia. Gadis itu menghentikan langkahnya saat seulas debu masuk ke matanya dan mengganggu penglihatannya. Inoue yang melihat temannya berhenti berlari menoleh ke belakang. Baru saja ia akan bertanya, kedua mata coklatnya membulat saat tahu surat yang sebelumnya masih ada di tangan sang sahabat kini telah lenyap dan terbang bebas tertiup angin ke arah sekolah.

"Ru-rukia! Suratmu untuk Shiba-senpai!" pekik gadis itu kaget yang langsung direspon oleh sang pemilik nama.

Mata violet Rukia membulat sempurna saat tahu surat itu terbang ke arah sekolah, mengikuti arus angin yang sedang mengarah ke bangunan itu. Dengan cepat Rukia berlari ke arah sekolah, meninggalkan Inoue yang memanggilnya untuk kembali.

Saat ini mereka memang sudah agak jauh dari sekolah, mereka berlari lebih dari 10 menit lalu jadi seharusnya mereka sudah berada dalam radius 100-200 meter. Namun siapa yang akan mengatakan radius aman jika lawanmu seorang Kurosaki Ichigo. Pemuda itu tidak ragu mengendaraimu motornya dengan kecepatan di atas 300 km/jam di jalan raya.

Dan sampai saat ini waktu baru berlalu 10 menit, tidak tertutup kemungkinan siswa bemasalah itu masih ada di gerbang sekolah. Rukia tahu itu dan ia juga tahu kalau Inoue menyuruhnya kembali dan membiarkan surat itu terbang bebas karena alasan yang sama.

Rukia memang ingin kembali, jika ia kembali ke bangunan sekolah tentu ia akan bertemu Kurosaki-senpai yang di takuti semua siswa. Tidak ada jaminan jika seorang gadis sepertinya akan di biarkan begitu saja seperti angin lalu oleh sang pemuda.

Namun begitu mengingat akan lebih menakutkan jika suratnya di baca seseorang dengan namanya tertulis di sana, terlebih kalau yang menemukannya anggota klub koran seperti Riruka maka tamatlah riwayatnya!

Bagaimanapun juga Rukia termasuk cukup terkenal di sekolah, sebagai salah satu siswi teladan. Apa yang dikatakan orang-orang dan para guru saat tahu dirinya menulis sebuah surat cinta? Apalagi teman sekelasnya, Riruka yang anggota klub koran termasuk wartawan pemberani yang bahkan tidak ragu mencetak rahasia memalukan kakaknya Ginjo di koran sekolah.

Image yang dibangunnya selama ini akan HANCUR! –memangnya Rukia membangut image?- Karena alasan itulah Rukia kini berlari, menghilangkan segala kemungkinan buruk yang akan menimpanya.

Matanya mengikuti arah sang surat, saat angin mengarah ke kanan ia berbelok ke kanan, saat angin berhembus cepat ia mempercepat langkahnya. Beberapa kali tangannya berusaha menggapai surat itu, sayang karena tubuhnya yang mungil membuat Rukia membutuhkan tenaga lebih mendapatkan sepucuk surat itu.

Nafas Rukia mulai terasa sesak, wajahnya mulai memerah karena mulai lelah bercampur kesal karena tak kunjung berhasil mengambil sang surat. Rukia sudah berlari bersama Inoue tadi dan kini ia sudah berlari lagi diselingi beberapa lompatan untuk menggapai sang surat.

Saat sadar langkahnya mulai melambat dan aliran nafasnya yang sudah kacau Rukia mengumpulkan segenap tenaganya, di perhatikannya gerakan angin hingga sampai angin kembali berhembus ke kanan Rukia melompat lagi. Di arahkannya tangannya lebih tinggi ke atas untuk meraih sang surat, tinggal sedikit lagi Rukia menaikkan tangannya lebih tinggi lagi dan akhirnya….DAPAT!

Perasaan lega memenuhi Rukia, kalau surat itu sudah berada dalam genggamannya berarti rahasianya tersimpan aman. Tapi dewi fortuna kelihatannya tidak berpihak pada Rukia, keseimbangan gadis itu goyah saat kakinya menginjak tanah. Membuat posisi berdiri sang gadis menjadi limbung, gadis itu mengubah posisi kakinya berusaha menjaga keseimbangannya.

Tapi yang terjadi malah sebaliknya, tubuh Rukia berat ke kanan membuat kaki kirinya yang berfungsi sebagai tumpuan tubuhnya bergerak, tangannya yang berpegangan erat pada surat memperburuk keadaan.

Rukia menutup matanya dan bersiap terjatuh, tapi karena tidak merasakan tubuhnya menghempas tanah Rukia membuka kembali matanya dan detik itu juga kedua matanya terbelalak tidak percaya.

Di depannya, seorang remaja berambut orange memandangnya heran. Bukan tanpa sebab, tapi karena kini di depannya Rukia menyerahkan sebuah surat tepat di hadapannya. Kedua iris coklat madu itu melihat wajah Rukia yang tertunduk dengan muka memerah. Membuat alisnya yang sudah berkerut kini semakin dalam.

Sedangkan Rukia?

Setetes keringat dingin kini mengalir di keningnya, posisinya saat ini sungguh buruk! Tubuhnya membungkuk dengan kepala menunduk ke bawah dan tangannya terjulur lurus ke depan dengan sang surat masih tergenggam. Wajahnya memerah akibat berlari tadi dan kondisi ini membuatnya seolah menyerahkan sepucuk surat dengan perasaan berdebar ke seorang pemuda berambut orange di depannya…Kurosaki Ichigo!

Menengadahkan kepalanya ragu, Rukia bermaksud menjelaskan kejadian sebenarnya pada pemuda di depannya. Tapi niat itu langsung diurungkannya saat kedua iris pemuda itu menatapnya tajam seolah mengunci gerakannya.

"Ano, Kurosaki-senpai…te-tentang surat ini aku ti-tidak bermaksu-"

Rukia hanya mampu melongo saat Ichigo mengambil surat di tangannya dengan wajah datar dan bergumam "Hmm, untukku ya?"

"Eh? Bukan! Maksudku itu…"

Terlambat! Ichigo sudah membuka amplop surat itu dan membaca lembaran kertas di dalamnya, Rukia menelan ludah paksa. Suaranya menghilang saat tahu senpai-nya itu membaca isi surat cinta buatannya yang bahkan dirinya sendiri yang membaca merasa malu.

Ooh kami-sama, kenapa hari ini segala kejadian yang menimpanya selalu berakhir buruk.

"Boleh saja."

Lamunan Rukia terhenti begitu mendengar suara Ichigo yang terdengar berada tidak jauh darinya. Membetulkan posisi berdirinya, Rukia dapat melihat seringai menghiasi wajah tampan Ichigo. Mendekat ke arahnya dengan suratnya yang terselip di antara jemari sang pemuda.

"Kau boleh menjadi pacarku," lanjut Ichigo pelan. Di dekatkannya wajahnya ke hadapan wajah Rukia hingga Rukia dapat merasakan hembusan nafasnya di wajahnya. Membuat wajah sang gadis kini memerah hingga tidak mampu berkata apapun lagi.

Satu kata terpikirkan di dalam kepala Rukia.

Tamatlah RIWAYATNYA!


***# CHERRY #***


Meski pandangan Rukia menatap lurus seorang guru berambut hitam di depannya, tapi pikirannya sendiri sudah melayang entah kemana. Kejadian tadi pagi saat sebuah kecelakaaan 'kecil' menimpanya dan membuatnya terlibat dengan seorang siswa paling ditakuti di sekolah membayangi benaknya.

Bayangkan saja! Kalau kau yang selama ini hidup tentram tanpa masalah yang berarti, tiba-tiba menjadi kekasih dari seorang pemuda bermasalah di sekolahmu! Rukia bahkan tidak menyangka bahwa dirinya saat itu malah mengangguk kecil dan terpaku mendengar suara sang senpai. Bukan menolak dan memberikan penjelasan sebenarnya.

Dan memikirkan hal itu, membuat Rukia yang biasanya akan bersemangat di jam pelajaran matematika seperti sekarang malah melamun memikirkan masa depannya yang terancam.

"Ssst…Rukia."

Mendengar bisikan pelan di belakangnya, Rukia menoleh kebelakang dan melihat Inoue yang melemparkan secarik gulungan kertas kecil dan memberi isyarat membuka kertas itu. Mengerutkan alis heran, Rukia kembali berbalik ke depan dan membuka kertas tadi.

Sebuah tulisan tertulis di sana. Juga sebuah gambar kecil seorang wanita yang terlihat cemas. Isi kertas seperti potongan komik kecil. Di kolomnya tertulis tulisan besar-besar "Bagaimana dengan tadi pagi ? Apa kau benar-benar menerima Kurosaki-kun?"

Selesai membaca, Rukia mengambil kertas kecil baru dan menulis "Akan kukatakan padanya saat bertemu nanti. Dia pasti mengerti."

Melemparkan kertas itu kebelakang, Rukia kembali memfokuskan pandangannya ke depan memperhatikan pelajaran. Namun entah kenapa tidak ada satupun pelajaran yang memenuhi papan tulis itu yang masuk ke pikirannya. Apa otaknya sudah terlalu sibuk memikirkan Ichigo sampai tidak ada ruang memori yang kosong ?

CTAK!

Sebuah kapur tepat mengenai dahi Rukia, membuat gadis itu terlonjak kaget dari lamunan sesaatnya dan terjungkal ke belakang kursi hingga terjatuh ke lantai.

BRUK!

Dentuman keras terdengar di kelas, semua mata siswa di sana tertuju pada seorang gadis mungil yang kini meringis kesakitan memegangi kepalanya yang terbentur akibat terjatuh tadi. Sungguh, Rukia tidak menyangka ia akan terjatuh hanya karena terkena lemparan kapur dari sang guru.

Menatap ke depan kelas, Rukia melihat sang guru perempuan menatapnya tajam tanpa rasa bersalah karena membuat siswinya terjatuh.

"Tolong jangan melamun di pelajaranku, Kuchiki-san," tegus Nanao-sensei tegas.

"Ma-maaf Nanao-sensei," ujar Rukia sambil menunduk hormat. Memalukan sekali ia di tegur di jam pelajaran Nanao-sensei, guru pelajaran Sejarah yang paling di hormatinya.

Nanao-sensei hanya menatap Rukia sekali lagi sebelum kembali menatap papan tulis di hadapannya dan melanjutkan menulis beberapa catatan lagi untuk siswanya. Rukia mengambil pulpennya dan mulai mencatat secepat yang dia bisa karena sang gadis sudah tertinggal terlampau jauh sejak awal pelajaran tadi.

Karena kejadian tadi entah kenapa Rukia jadi tidak ingin mengikuti pelajaran hari ini dan sangat berharap bel pergantian jam segera berbunyi sehingga ia bisa segera keluar dari kelas.

BRAKKK! "RUKIA!"

Kembali terlonjak kaget, Rukia menatap horor pintu kelasnya yang kini telah mengukir sedikit retakan akibat dibongkar paksa seorang pemuda berambut orange. Pandangan semua anggota kelas itu termasuk sang guru kontan memucat saat tahu siapa yang datang. Kurosaki Ichigo!

Rukia sendiri kini berusaha menyembunyikan wajahnya dengan sebuah buku yang di buat tegak di atas meja, namun tentu saja usahanya itu percuma. Buktinya, pemuda berambut orange itu malah berjalan dengan tenang ke arahnya sambil tersenyum lebar. Padahal Rukia tidak memberitahu Ichigo kelasnya, apa yang dilakukan pemuda itu sampai mengetahu letak kelas dan temapt duduknya ?

"Ayo pergi," gumam Ichigo sambil menarik tangan Rukia lembut, gadis itu terpana.

"Hei…kau! Sekarang sedang belajar," tegur sang guru, suaranya sedikit gemetar. Bahkan guru perempuan itu ketakutan pada sang pemuda dan Ichigo yang tahu itu malah tidak mengacuhkan sang guru dan terus menarik tangan Rukia keluar dari kelas itu.

"Eh ? Apa maksudmu, Kurosaki-senpai ? Sekarang sedang jam pelaja-"

"Ayo kita kencan!" teriak sang pemuda berambut orange itu semangat dan memopong Rukia dengan satu tangan kirinya lalu berlari keluar kelas, meninggalkan jeritan kaget para siswi dan gumaman kesal sang guru yang di acuhkan.

'O-orang ini kacau sekali! Bagaimana bisa bilang yang sebenarnya!' jerit Rukia dalam hati, ia tidak bisa melawan saat pemuda berambut orange itu menaikkannya ke motor Harley Davidson miliknya dan meninggalkan area sekolah diiringi sambutan 'ramah' satpam yang sedang bertugas.


***# CHERRY #***


CRING CRING CRING! DING! DONG!

Menatap tempat yang asing baginya, Rukia menatap Ichigo yang berdiri di sampingnya dengan pandangan bertanya. Rukia tidak mengenal tempat dimana mereka berada sekarang, tempat itu penuh dengan suara gemericing koin dan musik-musik dari beberapa permainan yang ada di sana.

Dan yang membuat Rukia merasa tidak nyaman di sana, karena tempat itu dipenuhi laki-laki dengan gaya yang sangat tidak wajar dan wajah menyeramkan. Untungnya Ichigo menyadari pandangan Rukia padanya dan menggenggam tangan sang gadis menariknya ke salah satu permainan.

"Game Center, ini tempat biasa aku menghabiskan waktu," gumam pemuda itu lalu menyuruh Rukia duduk di salah satu permainan. "Kau mau main apa, Rukia?" lanjutnya.

Rukia hanya diam melihat sekeliling, ia tidak berminat dengan permainan di sekitarnya. Game yang ada di sana untuk orang dewasa, bukan untuk anak SMA seperti mereka. Kenapa Ichigo bisa betah di tempat seperti ini, sih?

"Dasar, aku lupa membeli koin," ucap Ichigo sambil merogoh kantung seragamnya. "Tunggu sebentar di sini, Rukia," ujarnya lagi dan meninggalkan Rukia sendirian sementara ia membeli koin untuk permainan.

Rukia menatap tempat sekitarnya dan menghela nafas berat. Sungguh, ia tidak pernah berpikir akan dibawa kencan oleh Ichigo di sebuah game center. 'Ini bukan kencan namanya," keluhnya dalam hati.

"Wahh, manis sekali. Ini bukan tempat yang aman untukmu lho."

Menoleh ke belakang, Rukia melihat seorang laki-laki dengan rambut botak licin seperti bola pachinko yang sedang di mainkannya tersenyum lebar ke Rukia.

"Benar yang dia bilang. Atau kau mau mencoba main dengan kami?"

lanjut temannya yang berambut hitam dengan tato bergambar 69 di wajahnya. Rukia berdiri dari duduknya dan berjalan mundur, bagaimana ia tidak tahu ? Ia hampir saja melupakan keberadaan orang-orang berpenampilan nyentrik di sekitarnya karena memikirkan Ichigo. Padahal orang-orang itu bisa saja berbahaya untuk seorang gadis sepertinya.

BUAKKK! "JANGAN MAIN-MAIN DENGAN PACARKU!"

Kyaaaaa!

Menjerit kaget saat Ichigo tiba-tiba saja memukul orang botak tadi, Rukia refleks berteriak. Bagaimana tidak berteriak? Kepala orang itu terbentur keras ke game yang dimainkannya tadi hingga casing game itu mengeluarkan koin-koin yang ada di dalamnya lalu pecah.

Saat melihat pemuda pachinko itu ambruk, temannya yang berambut hitam bergidik ngeri dan hendak pergi sebelum Ichigo menggenggam kerah bajunya lalu menarik laki-laki tadi dan bergumam dengan wajah yang sengaja dibuat menakutkan.

"Mau kemana kau?"

Dan Ichigo, baru saja akan melayangkan tinjunya pada laki-laki tadi kalau saja Rukia tidak memeluk tangannya dan berkata lirih "Kurosaki-senpai, sudahlah. Jangan menghajar mereka."

Ichigo terdiam sebentar sebelum melepaskan pemuda berambut hitam tadi, membiarkan sang pemuda membopong teman botaknya tadi dan berlari sejauh mungkin dari sana.

Sementara Ichigo kini mengalihkan pandangannya pada Rukia, di tatapnya Rukia dengan wajah khawatir. "Kau hampir membuatku jantungan, Rukia. Aku tidak akan memaafkan mereka kalau berani mendekatimu."

Rukia dapat merasakan wajahnya memanas saat Ichigo mengatakan kalau ia mengkhawatirkannya. Seorang pemuda bermasalah di sekolah mengkhawatirkanmu ? Bukankah itu hal yang langka…

"Hei, kalian dari sekolah mana? "

Seakan mendengar tawa dewa kematian dan merasakan seluruh tubuhnya mendingin, Rukia melihat ke belakang dan saat melihat siapa yang datang wajahnya langsung memucat layaknya kapas putih. Jauh berbeda dengan wajahnya yang masih merona beberapa detik yang lalu.

Tentu saja! Sebab di belakangnya, sekumpulan orang berseragam hitam-hitam dengan tubuh kekar menatap tajam ke arahnya. Siapapun yang melihat ini tentu tahu kalau ini sebuah RAZIA! Kalau Rukia sampai terlibat dengan polisi, tentu masalah ini akan sampai ke sekolah. Itu hal buruk!

"Kurosaki-senpai!"

Berharap sang pemuda berambut orange berada di sampingnya, Rukia menoleh dan menemukan tempat Ichigo masih berdiri beberapa detik yang lalu telah kosong. Keringat dingin mengucur dari seluruh tubuh Rukia, mana mungkin Ichigo meninggalkannya begitu saja? Ichigo tidak sejahat itu sampai tega meninggalkannya bukan?

"Hei, apa kau mendengar kami?"

Salah seorang dari laki-laki itu bertanya sekali lagi, Rukia hanya menunduk kecil dan mengambil langkah mundur. Bagaimana mungkin ia menceritakan kalau ia di bawa lari ke sini? Sepanjang sejarah, tidak ada pernah terjadi penculikan yang bermarkas di Game Center.

"Ini, Rukia."

Melihat ke belakang saat mendengar suara Ichigo, Rukia hanya bisa terdiam saat pandangannya melihat sebuah boneka kelinci putih besar yang berada di genggamannya. "Eh? Boneka kelinci?" gumamnya terkejut.

"Tadi kutukarkan koinnya untuk Rukia," ujar Ichigo sambil tersenyum bangga dengan kedua tangan terlipat di dada.

Rukia tertegun, di tatapnya Ichigo dengan pandangan bertanya. "Untukku? Benarkah?" tanyanya lagi memastikan.

"Kenapa, Rukia? Nggak suka ya?" tanya Ichigo.

Rukia terdiam sekilas menatap wajah pemuda itu lalu menggeleng pelan dan tersenyum kecil sambil memeluk boneka kelinci besar di tangannya. "Suka kok. Lucu sekali," ujarnya senang.

Wajah Ichigo memerah saat melihat wajah Rukia yang tersenyum, hingga tanpa sadar seulas senyum juga terlukis di wajahnya. "Sudah kuduga, kau pasti suka kelinci, Rukia," komentarnya.

'Lho? Memangnya aku pernah bilang kalau suka kelinci?' batin Rukia dalam hati.

"JANGAN MENGACUHKAN KAMI! KALIAN BOLOS SEKOLAHKAN!"

Mendengar suara orang-orang berseragam hitam tadi berteriak merasa karena terlupakan, Ichigo mendelik kesal dan tanpa aba-aba langsung melayangkan tinjunya pada laki-laki tadi sambil berteriak "Mengganggu kesenangan orang saja!"

Dan berhasil membuat Rukia kembali menjerit histeris saat petugas Razia itu terbaring lemas tidak berdaya.


***# CHERRY #***


TENG…TENG…TENG…TENG

Bel istirahat sekolah berbunyi, kelas 1-A saat itu dipenuhi tawa bahagia seluruh siswa di kelas itu. Sejak bolos di jam 3-5, akhirnya Rukia pulang dengan selamat oleh Ichigo. Inoue adalah orang pertama yang menyambut kedatangan sahabatnya ini, selanjutnya disusul beberapa siswi lain.

"Rukia~ Aku senang kau selamat," ujar Inoue sambil tersenyum lebar. Rukia membalasnya dengan tersenyum kecil, gadis itu senang Ichigo langsung mengembalikannya ke sekolah sepulang mereka dari Game Center. Padahal ia sempat berpikir akan dibawa keliling ke tempat-tempat aneh bin ajaib lain di Karakura.

"Ngomong-ngomong kau di bawa kemana saja ?" tanya Inoue dengan raut wajah cemas, mata coklatnya memperhatikan tubuh Rukia jeli seolah takut terdapat satu goresan saja di tubuh Rukia. Dan saat tidak menemukannya, di ambilnya nafas lega.

"I-itu…dia membawaku ke Game Center," jawab Rukia lirih. Sebenarnya tadi Ichigo juga ingin mengajaknya ke laut dan restoran, namun Rukia langsung meminta kembali ke sekolah dan untungnya di dengarkan sang pemuda berambut orange.

"Ga-game center ?" ulang Inoue dengan nada heran. "Kalian berkencan di…Game Center ?" tanyanya sedikit ragu.

Rukia hanya mengangguk dengan wajah merona, saat ia bermaksud melihatkan boneka kelinci yang diberikan Ichigo padanya tadi sebelum sebuah suara-

"RUKIA!"

-menghentikan gerakannya serta seluruh aktifitas orang di kelas itu. Suasana yang sebelumnya ramai dan bersahabat berubah tegang dan mencekam. Aura tidak tenang memenuhi ruangan sekolah.

Semua siswa memandang takut ke arah pintu di mana seorang pemuda berambut orange berdiri dan berjalan ke dalam kelas dengan santainya. Langkahnya baru berhenti saat menemukan Rukia yang memandang gugup padanya lewat bahu Inoue.

"Rukia! Pulang sekolah nanti datang ke auditurium olahraga ya!" ujar Ichigo bersemangat.

Rukia mengerutkankan alis bingung dan menampakkan kepalanya yang sebelumnya tersembunyi dari Ichigo. "Memangnya ada apa, Kurosaki-senpai?" tanyanya.

"Hari ini aku ada pertandingan! Kau harus datang!" jawab Ichigo masih dengan nada semangat. Rukia hanya bisa mengangguk melihat senpainya itu dan saat melihat persetujuan Rukia, Ichigo tersenyum lebar dan meninggalkan kelas, membuat semua siswa yang ada di sana menghambil nafas lega.

"Kuchiki-san? Kau tidak takut saat berbicara dengan Kurosaki-senpai tadi?" tanya Hinamori, teman sekelas Rukia dan Inoue. Kedua gadis itu kontan menoleh melihat sang gadis bercepol dengan tatapan bertanya.

"Eh?" gumam Rukia heran.

"Kudengar kalian jadian karena salah-paham kan? Kenapa tadi kau tidak takut saat berbicara dengan Kurosaki-senpai? Atau jangan-jangan… kalian benar-benar jadian?" tanya Hinamori penuh selidik dengan wajah pucat melihat ke arah Rukia.

Rukia yang dipandangi begitu kontan salah tingkah, bagaimana bisa ia lupa tentang kesalah pahaman itu! Suratnya itu seharusnya untuk Kaien-senpai!

"Bukan begitu, Hinamori! Akan kukatakan yang sebenarnya pada, Kurosaki-senpai nanti!" jawab Rukia sedikit gugup.

Hinamori hanya mengangguk mengerti lalu pergi meninggalkan Rukia dan Inoue setelah mengatakan "Semoga sukses ya," dan membuat kedua gadis itu saling berpandangan.

"Rukia, nanti saat pulang sekolah nanti kau mau pergi ke lapangan juga?" tanya Inoue.

Rukia mengangguk pasti, jika ia tidak datang ia takut tidak bisa hidup dengan damai di sekolah ini nanti. Lebih baik ia datang ke lapangan itu sesuai permintaan sang pemuda orange. Meski begitu, terdapat satu hal yang dia tidak tahu dan membuat rasa penasarannya muncul.

"Inoue, memangnya apa yang dilakukan Kurosaki-senpai di gedung olahraga ?" tanya Rukia langsung mengungkapkan pertanyaan yang muncul di benaknya.

Kedua mata Inoue membulat sempurna ketika mendengar pertanyaan Rukia. "Rukia? Memangnya kau tidak tahu? Kurosaki-senpai itu atlet andalan tim basket sekolah!" jawab Inoue sedikit berteriak.

Dan kini giliran Rukia yang membelalak, kedua mulutnya terbuka saking kagetnya, alisnya terangkat tinggi, begitu juga kepalanya yang merespon dengan menatap sang pemuda berambut orange yang kini terlihat sedang berlari sendirian di lapangan dan terlihat dari lantai atas tempat Rukia berada.

Inoue yang melihat reaksi teman baiknya itu melanjutkan penjelasannya hingga sebuah teriakan terdengar dari kelas 10-1 itu. "Heegh ? Atlet andalan ? Kurosaki-senpai ?!"


***# CHERRY #***


Pandangan Rukia terpaku pada sosok pemuda yang kini sedang berlari di tengah lapangan dengan tangan memantulkan bola dengan sangat lincah. Berkali-kali orang dari tim lawan menghadangnya namun semua dilaluinya dengan ringan. Ia terus mendekat menuju ring dan berhasil memasukkan bola tanpa halangan berarti.

Rukia terpaku di tempatnya, kini ia sedang menonton pertandingan Ichigo sesuai permintaan sang pemuda. Wajah Rukia kontan merona ketika Ichigo melihat ke arahnya dan tersenyum kecil, membuat bukan hanya Rukia yang merona tapi juga anak-anak perempuan lain di sekitarnya.

Bunyi peluit panjang dari wasit yang terdengar berikutnya menandakan babak pertama selesai dengan jumlah skor yang terpaut cukup jauh, 10-16. Semua anggota tim yang masih berada di lapangan bergegas ke pinggir dan mengistirahatkan tubuh mereka.

Apakah kalian bingung? Mengapa begitu banyak penonton di gedung olahraga ini yang mayoritasnya bergender cewek? Alasannya sudah jelas karena keberadaan sang Kurosaki Ichigo di sini!

Baik, ini mungkin memang mengejutkan. Tapi seperti apapun menakutkannya seorang Kurosaki, ia juga mempunyai banyak penggemar perempuan yang setia menonton setiap pertandingannya.

Bagaimana mungkin kau tidak mempunyai penggemar kalau kau selalu mendapat tempat di peringkat 50 besar sekolah setiap ujian dan menjadi kapten tim basket sekolah yang sudah terkenal seantaro jepang? Meskipun sikapmu menakutkan tapi setidaknya kau tetap akan mempunyai seorang penggemar.

Dan bagi Rukia yang baru mengetahui kenyataan ini hanya mampu menatap tidak percaya pada Inoue yang menceritakan kisah hidup Ichigo secara rinci yang Rukia sendiri bingung dari mana Inoue mendapatkan informasi itu.

"RUKIA!"

Tersentak kaget dari pikirannya sendiri, Rukia kembali menatap ke depan dan hal pertama yang dilihatnya adalah wajah Ichigo yang berada tepat di depan wajahnya yang sedang tersenyum lebar padanya dan bertanya.

"Bagaimana penampilanku di pertandingan tadi?"

Wajah Rukia benar-benar memerah sekarang, di tundukkannya kepalanya dalam dan mengangguk kecil. Senyum Ichigo kian melebar, ia berusaha membuat dirinya yang paling menonjol di pertandingan ini agar Rukia memperhatikannya. Hey! ini pertama kali baginya seorang gadis menonton pertandingannya. Yahh, meski memang kebanyakan siswi di gedung olahraga ini datang untuk menontonnya, tapi ia merasa lebih percaya diri dengan Rukia yang menontonnya.

"Tapi Kurosaki-senpai! Menurutku tadi kau bermain curang!" ujar Rukia.

Ichigo menatap gadis di depannya ini dengan alis berkerut, bingung. Tentu saja sebab rasanya tadi ia tidak melakukan pelanggaran. Apa cara bermainnya tadi terlihat kasar di mata Rukia?

"Bukankah dari tadi terus bermain sendirian? Kulihat senpai tidak mengoper bola ke teman satu tim dan mencetak angka sendiri. Dari 16 poin yang di peroleh, 10 poin berasal dari senpai. Bermain basket seharusnya tidak begitu!" kritik Rukia tajam. Memang ia tidak terlalu mengerti basket, tapi ia sering melihat acara NBA di siaran televisi.

"Kalau kuberikan bola pada mereka, mereka tidak akan mencetak angka dan tim kami akan kalah. Aku lebih suka menghasilkan angka sendiri," jawab Ichigo.

"Tapi senpai seorang kapten kan ? Kapten harus bisa mempercayai bawahannya!" ucap Rukia.

Ichigo yang melihat keseriusan gadis ini terpancar di kedua mata violetnya hanya mengangguk pasrah. 'Gadis mungil ini 'sedikit' keras kepala juga' pikirnya. Kelihatannya akan memakan waktu panjang jika beradu mulut dengan Rukia.

"Baiklah akan kucoba nanti," ujar Ichigo sambil menggarut belakang kepalanya yang tidak gatal.

Rukia terpana, Ichigo mau berhenti tanpa marah-marah ? Padahal ia berpikir kalau Ichigo tidak mengacuhkan ucapannya dan kembali ke lapangan sambil berkata "Ini bukan urusanmu," tapi nyatanya Ichigo malah menurut. Apakah ia bersikap begitu pada semua gadis?

"Ah! Lalu ini untukmu Kurosaki-senpai," ujar Rukia.

Merasakan benda dingin menempel di wajahnya, Ichigo menatap Rukia heran. Di pegangnya benda itu yang ternyata merupakan minuman botol dingin rasa jeruk. Melihat ini Ichigo tersenyum kecil, terlebih ketika ia melihat wajah Rukia yang bersemu merah saat menyerahkan minuman botol ini padanya.

"Untukku ?" tanya Ichigo sedikit basa-basi.

Rukia mengangguk lalu mengeluarkan handuk tipis dari dalam tasnya dan memberikannya pada Ichigo. "Kurasa kau akan lelah seusai pertandingan, makanya kubelikan tadi sebelum kemari," ujarnya pelan.

Ichigo tersenyum senang lalu mengacak-acak rambut hitam Rukia dan mengucapkan "Arigatou na, Rukia,"

Rukia yang awalnya kaget karena perlakuan Ichigo kini tersenyum kecil ketika melihat Ichigo tersenyum senang.

DEG!

Merasakan aura gelap di sekitarnya, Rukia menoleh sekeliling dan mendapati dirinya di tatap dengan pandangan nafsu membunuh oleh cewek-cewek sekitarnya. Menelan ludah paksa, tanpa sadar Rukia mendekatkan dirinya pada Ichigo yang secara tidak langsung menambah amarah fansgirl Ichigo itu.

Sang rambut orange yang melihat sikap Rukia kontan melihat sekeliling dan saat menyadari situasi mencekam sedang menimpa Rukia ia tersenyum jail lalu memeluk pinggang ramping Rukia tiba-tiba dengan tangannya,

"Ikut aku, Rukia," perintahnya.

Rukia yang tidak sadar karena sibuk memikirkan sikap fansgirl Ichigo yang terlihat tambah murka ketika Ichigo mengiring Rukia hanya mengangkat bahu heran dan mengikuti langkah Ichigo dengan pandangan was-was pada kerumunan siswi tadi. Rasanya ia akan langsung di terkam kumpulan 'singa betina' buas itu jika tidak segera pergi dari sana.

"Hei Rukia! Tolong jangan memanggilku senpai seperti tadi, panggil saja Ichigo. Paham?" perintah Ichigo.

Rukia menoleh ke samping dan mengangguk, saat itulah kedua sudut matanya menangkap tangan Ichigo yang dengan santainya melingkari pinggangnya dan melihat kenyataan yang ada tidak hanya wajahnya tapi seluruh tubuhnya memerah bagaikan warna buah dalam nama pemuda orange di sebelahnya.

Rukia ingin segera melepaskan pelukan itu dan keluar dari gedung olahraga saking malunya! Namun tangan Ichigo yang memeganginya begitu kokoh hingga jelas tidak sebanding dengan tenaganya. Rukia menatap teman tim Ichigo yang memandang heran padanya, seolah Rukia merupakan hantu gentayangan yang muncul di siang bolong.

Pandangan heran teman Ichigo makin parah ketika Rukia duduk di samping sang pemuda yang kini mengelap wajahnya dengan handuk pemberian Rukia tadi. Rukia menghela nafas panjang, pasti teman satu tim Ichigo ini heran padanya yang seorang gadis biasa tapi dengan berani mendekati Ichigo yang bahkan seorang cowok saja harus berpikir ulang.

Rukia menatap Ichigo di sampingnya, kalau di pikir Ichigo memang cukup tampan sih. Tubuhnya atletis dan rambut orange nya punya ciri khas tersendiri, warna iris Ichigo juga bagus seperti musim gugur yang melambangkan kehangatan.

'Heegh? Kenapa aku jadi memikirkan Ichigo begini!' pekik Rukia kaget dalam hati sambil menggelengkan kepalanya keras-keras. 'Bukan saatnya aku memikirkan Ichigo, seharusnya aku memikirkan cara mengatakan tentang surat itu padanya! Eh tunggu dulu…surat?' pikir Rukia.

Bagaimana Rukia bisa lupa ? Tujuannya kemari untuk mengatakan kesalahpahaman cowok itu padanya! Dan ia membawakan handuk dan botol minuman itu agar Ichigo tidak terlalu marah padanya!

Tapi kenyataannya Rukia malah terbawa pesona Ichigo saat bermain di lapangan tadi dan lupa dengan tujuan awalnya. Ketika menoleh saat ingin berbicara dengan Ichigo yang duduk di sebelahnya, Rukia terpaksa di buat menahan keinginannya karena sang pemuda orange sudah kembali ke lapangan. Ternyata peluit pertanda pertandingan kedua dimulai sudah berbunyi.

Ichigo yang sudah berada di tengah lapangan dengan bola di tangannya tersenyum simpul saat tahu Rukia terbengong saat ia sudah berdiri di tengah lapangan. Kelihatannya Ichigo juga sekali –lagi- mengalami salah paham!

Rukia bengong melihatnya karena keinginannya bicara dengan Ichigo terhenti! Sedangkan sang pemuda menggambarkannya dengan Rukia yang takjub pada kemampuannya memainkan bola basket di tangannya!

'Ba-bagaimana ini ! Kenapa aku malah lupa tujuan awalku, sih!' protes Rukia dalam hati pada dirinya sendiri sambil memegang kepalanya dengan frustasi.

"Lho, Kuchiki?"

Mendengar suara yang terdengar familiar di telinganya, Rukia menoleh dan mendapati seorang pemuda berambut hitam dan wajah ramah berdiri di dekatnya sambil membawa sebuah buku. Kedua mata violet Rukia menatap tidak percaya pada kehadiran sang pemuda,

"Ka,Kaien-senpai?" ujarnya pelan.


***# To be continued #***


Mira : "Fuuhhh, chapter pertama selesai~!"

Ichigo : "Tunggu! Kenapa di sini gue jadi berandalan begini!" *protes*

Mira : "Nggak usah protes, Chi-san! Di cerita asli kau sendiri juga berandalankan!"

(Ichigo diam kehabisan kata-kata)

Mira : "He he he...karena di fic Mira yang 'You Belong With Me' karakter Inoue jadi jahat maka di chapter ini Mira buat karakter Inoue sebagai sahabat sejatinya, Rukia~"

Inoue : "Horaaay~" *muncul tiba-tiba*

Rukia : "Lalu untuk informasi, readers. Author kita Mirai Mine ini tidak bisa update minggu depan."

Mira : "Ya, sebab minggu besok ada acara diklat ekskul yang mengharuskan Mira menginap di sekolah."

Ichigo : "Tapi setelah itu auhor usahakan akan segera update!"

Mira : "Sebelumnya jangan lupa Review, ya! Mira butuh saran kalian apakah fic ini akan di lanjutkan atau di hentikan saja! Semua saran Mira terima, kok!"

Rukia : "Dan arigatou gozaimashita sudah membaca fic Mira sampai selesai."

Ichigo : "Sayounara, readers!"

All chara Bleach : "REVIEW PLEASE~" *puppy eyes*


I am NOTHING without my readers, my friend, my family, and you…

So, thank you….thank you so much !

MiRai MiNe