Disclaimer: Naruto [©Masashi Kishimoto], High School DxD [©Ichie Ishibumi]

Genre: Adventure, Supernatural, Friendship, Family, Fantasy, etc.

Rate: M (Just in Case)

Pair: Undecided

Warning: Typo(s), Boring, Unexperienced Author, Kaku, etc.

Summary:

Aku hanya seorang pemuda biasa yang punya kehidupan sedikit lebih sulit dari orang lain. Hidupku memang sudah tidak berjalan mulus pada awalnya tapi itu semua menjadi lebih rumit lagi setelah aku menemukan benda ini... oh bukan. Benda inilah yang menemukanku. Palu ini. Apa sebutannya? Oh iya... Mjolnir.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Chapter 1: This Whole Complicated Burdens

Dan disinilah aku. Di tengah-tengah keramaian kota Tokyo yang merupakan salah satu kota tersibuk di dunia. Walaupum ramai, entah mengapa aku merasa kesepian disini. Oh apa yang aku katakan. Seharusnya aku memperkenalkan diri dulu.

Hai namaku Uzumaki Naruto. Aku adalah seorang murid di Tokyo Junior High School, sebuah sekplah ternama di Jepang. Aku hidup sendirian di sebuah apartemen kecil di pinggiran kota. Aku tidak pernah mengenal kedua orang tuaku. Sejak kecil aku hidup sendirian, dan tidak perlu bertanya bagaimana aku bisa hidup sendirian.

Saat ini aku sedang dalam perjalanan menuju ke sekolahku. Cukup jauh dan melelahkan memang. Jarak dari apartemen ke sekolah aekitar 2 mil dan aku berjalan kaki. Aku berjalan kaki karena ingin menyimpan uangku yang sedikit ini.

Setelah beberapa saat aku pun sampai di depan gerbang sekolahku. Aku langsung masuk saja dan menuju ke kelasku

Dalam perjalananku, aku dapat melihat siswa-siswa berbisiki-bisik sambil melihat kearahku. Tidak bermaksud berburuk sangka tapi aku dapat menebak apa yang mereka bicarakan. Hal-hal seperti

'Hei itu Naruto.'

'Jangan dekat-dekat dengannya. Dia itu orang rendahan.'

'Ya, dia itu tidak layak masuk ke sekolah ini. Aku tidak tahu kenapa dia bisa mendaftar ke sekolah ini.'

'Lihat saja penampilannya. Seperti gelandangan saja.'

Dan hal-hal merepotkan lainnya. Seperti yang terlihat aku ini termasuk kalangan bawah. Dan kebanyakan orang disini berasal dari keluarga kaya yang berarti kalangan atas. Aku sudah terbiasa dengan semua itu jadi aku tidak merasa sakit hati atau apapun itu. Selama mereka tidak menggangguku itu tidak masalah.

Tapi tetap saja, hidup di tengah keramaian tanpa memiliki seorang teman itu sungguh tidak menyenangkan. Sekarang aku akan angsung menuju ke kelasku saja. Tapi tidak perlu kuceritakan kehidupanku di sekolah karena akan terasa membosankan.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Skip Time

Malam ini terasa sedikit menyeramkan. Tapi aku berusaha tidak mempedulikannya. Saat ini aku sedang menuju ke toko terdekat. Aku ingin membeli stok makananku yang hampir habis. Seperti ramen cup kesukaanku yang paling lezat.

Jalanan ini terasa sangat sepi. Hawa dingin mencekam merasuk ke sekujur tubuhku. Aku melihat kearah bangunan di seberang jalan. Bangunan yang ditinggalkan dan terlihat menyeramkan.

Aku melihat ada seorang wanita berjalan di depan gerbang bangunan itu. Dan dalam sekejap wanita itu ditarik oleh sesuatu ke bangunan itu.

"Apa itu!?" Ucapku terkejut.

Segera saja aku berjalan kearah gerbang itu. Aku melihat di sekitar bagian dalam gerbang. Tidak ada apapun yang aneh. Kuberanikan diri untuk masuk ke bangunan itu. Di sini sangat gelap. Aku mengambil ponselku dan menyalakan senter. Akupun menjelajahi bangunan ini untuk mencari wanita tadi.

Samar-samar aku mendengar suara kunyahan kasar. Apa ada seseorang yang sedang makan disini? Di tempat seperti ini?

Aku mencoba untuk tidak mempedulikan keanehan itu dan menuju kearah suara itu. Aku masuk ke sebuah ruangan asal dari suara tadi. Samar-samar aku melihat sebuah bayangan punggung manusia yang berukuran besar. Apa!? Apa itu manusia? Ukurannya tidak normal! Tubuhnya sebesar dan setinggi sebuah mobil yang berdiri.

Sinar rembulan perlahan menyorot sosok bayangan tadi. Dan nampaklah sekarang. Tubuh manusia yang besar dan kekar itu. Tubuhnya diselimuti oleh rambut berwarna coklat. Dan dikepalanya juga ada sepasang tanduk domba. Yep, benar. Itu bukan manusia.

Tubuhku bergetar hebat. Keringat dingin juga mengucur deras dari seluruh tubuhku. Seumur hidupku aku tidak pernah merasakan ketakutan sebesar ini. Dan ini disebabkan oleh makhluk yang bahkan kuanggap tidak nyata. Monster.

Bagi orang normal munglin mereka akan langsung lari saja setelah melihat ini. Tapi aku harus menemukan wanita tadi. Bisa saja monster ini ingin memakannya.

Monster itu terlihat sedang memakan sesuatu. Aku mencoba melihat apa yang dimakan. Dan ternyata itu adalah... manusia.

Setelah beberapa saat aku sadar bahwa ruanfan ini dipenuhi oleh tulang dan darah. Aku menutup mulutku dengan tanganku. Perutku terasa mau memuntahkan semua isinya. Kejadian ini sungguh menjijikkan.

Aku mendengar suara wanita. Aku melihat seorang wanita yang tangan, kaki dan mulutnya diikat. Oh, dia adalah wanita yang tadi. Wanita itu mungkin ditangkap monster ini san akan dijadikan makanan. Aku harus menolongnya.

"Diamlah manusia! Tunggulah aku menghabiskan makanan ini dulu. Lalu selanjutnya kaulah yang kumakan," ucap monster itu.

'Sial! Jika aku ketahuan aku pasti akan mati! Sebaiknya aku harus berhati-hati dalam mengambil setiap langkahku,' batinku.

Aku berjalan mengendap-ngendap kearah wanita itu. Aku dapat melihat wanita tersenyum dari gerakan matanya. Akulah satu-satunya harapannya agar dapat kabur dari sini.

Aku terus mengendap-ngendap kearah wanita itu. Sejauh ini sudah berjalan cukup baik karena monster ini belum menyadariku. Setelah beberapa saat aku akhirnya sampai di tempat wanita itu. Aku melepas semua ikatan pada wanita itu.

"Ter-"

Dengan cepat aku meletakkan tanganku pada mulutnya. Aku memberi dia tanda agar tetap diam dengan meletakkan telunjukku pada mulutku. Wanita ini mengangguk mengerti.

Kami berduapun mencoba keluar dari tempat ini. Kami mengendap-ngendap. Semuanya berjalan lancar sampai pada akhirnya terdengar suara retakan.

Krak!

Sial! Wanita ini menginjak sebuah tulang!

"Apa itu?" Ucap monster itu. Aku meihatnya perlahan membalikkan badannya. Sial!

"Ayo percepat!" Ucapku selirih mungkin agar monster itu tidak mendengar. Wanita itu mengangguk. Kami pun mempercepat lari kami. Tapi itu semua sudah terlambat.

"Wah wah, jadi ada seorang manusia lagi ya. Kau berani juga datang kesini. Tapi itu hanya akan membuatku lebih kenyang lagi. Hahahaha!" Ucap monster itu.

Kalau sudah ketahuan begini percuma mengendap-ngendap. Kami harus lari secepat mungkin.

"Lari! Lari secepat yang kau bisa!" Teriakku.

Aku dan wanita ini berlari secepat mungkin.

"Hahahaha!" Tawa monster kesetanan. "Larilah secepat mungkin. Itu semua percuma. Kalian tidak akan bisa lari dariku. Hahahaha!"

Kami berusaha untuk tidak memedulikannya. Kami tetap saja berlari. Sedikit lagi kami sampai di luar. Tapi terlambat. Monster itu berlari kearah kami dengan kecepatan yang tak biasa. Dalam sekejap dia berada di depan kami.

"Lari! Menjauh dari sini! Biar aku saja yang mengecohnya," ucapku.

Wanita itu sekilas terlihat khawatir. Air mata mengalir dari wajahnya. "Terima kasih," ucapnya. Dan dia pun berlari menjauh.

"Apapun yang kalian rencanakan, kalian tidak akan bisa lari dariku. Sebaiknya tidak perlu susah payah buang-buang tenaga. Diamlah saja denfan tenang dan biarkan aku memakan kalian," ucap monster itu.

Tanpa buang-buang waktu aku langsung berlari kearah berlawanan dengan wanita tadi. Tapi aku tidak cukup cepat. Dengan datu ayunan tangannya dia memukulku dan membuatku terhempas menabrak dinding.

Ugh, dengan jelas aku dapat mendengar suara tulang-tulangku patah. Organ-organ dalamku juga terasa sakit.

"Lemah sekali. Aku hanya menggunakan sedikit kekuatanku dan kau langsung tersungkur begitu. Manusia memang lemah," ucap monster itu. Aku yakin ada nada sombong dalam ucapannya itu.

Dia berjalan kearahku. Aku tidak dapat bergerak lagi. Sepertinya aku akan mati disini. Mati di tangan monster. Hahaha, aku pikir ini termasuk dalam kategori mati konyol. Tapi aku berpikir kalau dapat bertahan hidup, apa hidupku akan menjadi lebih baik? Tentu tidak. Yah, ini membuatku sedikit lebih ikhlas menerima kematianku.

Aku memejamkan mataku. Menunggu kematian merenggut kehidupanku. Mungkin setelah mati nanti aku dapat mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaanku yang tak pernah terjawab selama aku hidup. Di kehidupan setelah kematianku.

Beberapa saat kemudian aku mendengar sebuah suara dentuman yang terdengar sangat dekat. Aku juga mendegar suara sambaran petir.

Perlahan aku membuka mataku. Aku melihat monster tadi jatuh tersungkur. Bekas seretannya juga ada di tanah. Tunggu, apa yang terjadi padanya? Aku juga melihat sebuah palu di depanku. Apa? Palu? Kenapa ada palu disini? Aku tidak ingat ada palu ini disini tadi.

Aku melihat kearah palu itu dengan seksama. Palu itu tidak terlihat seperti palu pada umumnya. Ukuran pemukulnya lebih besar dari yang biasanya. Di palu berwarna hitam itu juga terdapat ukiran-ukiran cantik. Palu ini terlihat menarik. Apa palu ini yang membuat monster itu jatuh tersungkur?

Aku mencoba meraihnya dengan tangan kananku. Dan setelah aku berhasil menggenggamnya, secara ajaib tubuhku terasa pulih kembali. Tubuhku bahkan terasa lebih kuat dari sebelumnya.

Aku mencoba berdiri. Kulihat monster tadi juga dengan susah payah mencoba berdiri.

"Gah! Apa-apaan tadi itu! Dari mana datangnya benda itu?" Ucap monster itu marah. "Lupakan saja! Sekarang aku akan memakanmu manusia rendahan!"

Monster itu berlari kearahku dengan cepat. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Tanpa kusadari setelah cukup dekat, aku menghantamkan palu di tanganku pada monster itu.

Sebuah dentuman dan ledakan petir terjadi. Monster itu melayang dan menabrak dinding. Lalu dia jatuh ke tanah.

Aku terkejut dengan kejadian tadi. Aku melihat kearah palu ini. Apa itu tadi kemampuan palu ini? Itu tadi menakjubkan tapi juga aneh untukku.

Aku mendekat kearah monster yang tersungkur di tanah itu. Pegangan palu di tanganku bertambah panjang dan aku pun memegangnya dengan dua tangan. Pemukulnya jadi bertambah besar. Tapi entah mengapa tidak terasa berat untukku.

"T-tunggu dulu. J-jangan bunuh aku," ucap monster ini ketakutan.

"Kenapa aku harus melakukannya? Kau sudah membunuh banyak orang hanya untuk kau jadikan makanan. Dan kau juga mencoba memakanku tadi. Kurasa itu sudah cukup alasan untuk membunuhmu," ucapku.

Apa aku harus benar-benar membunuh monster ini. Aku tidak pernah melakukan hal semacam ini. Tidak! Aku harus yakin. Monster memang pantas untuk menerimanya.

Aku menarik palu ini kebelakang.

"T-tidak... "

Aku ayunkan palu ini sekuat yang aku bisa ke monster ini. Ledakan petir yang jauh lebih besar dari sebelumnya terjadi. Tubuh monster tadi sudah hancur. Sisa-sisa tubuhnya berubah menjadi abu.

Aku melihat kembali ke palu di tanganku. Palu ini benar-benar hebat dan menakjubkan. Tapi jika aku membawanya mungkin akan membawaku ke masalah rumit yang lain. Seperti monster yang lain.

Aku meletakkan palunya di tanah dan mencoba melepaskannya. Tapi palu ini tidak mau lepas. Aku bersusah payah mencoba melepasnya tapi tetap saja. Palu ini seperti menyedot tanganku sehingga tak bisa lepas.

Palu ini tiba-tiba mengangkat tanganku keatas. Semakin tinggi palu ini mengangkatku. Aku melihat kebawah dan aku sadar bahwa aku sudah tak menapak pada tanah lagi. Aku melayang!

Aku mencoba melepaskan palu ini tapi tetap tidak bisa. Sedetik kemudian palu ini membawaku terbang keatas dengan kecepatan yang tak masuk akal. Ini terlalu cepat! Aku bisa mati jika dibawa dengan kecepatan seperti ini.

Dengan susah payah aku melihat ke bawah dan aku sangat terkejut. Aku melihat bumi, maksuddku planet bumi semakin mengecil! Apa itu berarti aku sedang berada di luar angkasa sekarang? Tidak!

Aku memejamkan mataku. Ini semua hanya mimpi. Setelah aku membuka mataku aku akan terbangun di kamarku dan semua keanehan ini akan berakhir. Perlahan aku membuka mataku dan...

Sial!

Sekarang aku berada di semacam jalur yang aneh. Semacam portal atau lubang cacing menurutku. Palu ini benar-benar cepat. Aku melihat sekilas ke depan. Aku dapat melihat lubang keluar. Aku juga dapat melihat langit, awan dan pepohonan. Oh, apakah itu bumi?

Aku dibawa masuk ke lubang itu. Aku dapat melihat pepohonan, langit biru, bebatuan dan hal-hal lainnya. Ya! Ini adalah alam di bumi! Aku berada di bumi.

Aku melihat diriku terus dibawa dengan cepat. Aku melihat diriku semakin dekat di tanah dan palu ini tidak melambat sedikitpun. Sial.

Dengan tidak elitnya aku menabrak tanah dan terseret beberapa meter. Itu tadi sakit sekali! Aku merasakan mulutku dipenuhi oleh tanah. Tapi untungnya palu ini sudah berhenti.

Aku menelantangkan tubuhku di atas tanah. Mengeluatkan tanah sialan yang masuk ke dalam mulutku ini. Dapat kulihat langit cerah di atas. Indah.

"Oh, jadi kau sudah sampai," ucap sebuah suara lelaki yang terdengar gagah.

Aku mendongakkan kepalaku kebelakang. Aku melihat seorang pria dewasa, bertubuh besar dan kekar. Tubuh atletisnya terlihat jelas karena dia tidak memakai atasan. Dia memliki banyak bekas luka di tubuh, dan wajahnya. Dia memiliki rambut pirang panjang sebahu dan mata biru.

"Apa maksudmu? Dimana ini? Apa kau tahu cara kembali ke Tokyo? Aku ingin kembali," Tanyaku. Aku tidak peduli dengan orang ini. Yang terpenting adalah cara kembali ke Tokyo.

"Kenapa terburu-buru? Kau baru saja sampai," ucap pria itu. "Dan biar mudah kau pahami, aku akan mengatakan kalau kau tidak berada di Midgard atau untukmu bumi."

Ini bukan bumi? Sial. Yah itu cukup masuk akal karena tadi aku dibawa ke luar angkasa. Mungkin sekarang aku berada di sebuah planet jauh dari bumi. Dan planet ini mempunyai kehidupan seperti di bumi? Kalau begitu orang ini? Alien!?

"Kenyataan ini mungkin mengejutkan untukmu, tapi tak perlu khawatir. Kau masih bisa pulang," ucapnya. Masih bisa pulang? Syukurlah.

"Tapi sebelum itu, aku akan memperkenalkan diriku dan kenapa kau dibawa kesini oleh Mjolnir," tambahnya. "Namaku adalah Thor. Dewa petir dari mitologi Nordik."

Aku mencoba mencerna ucapan orang ini. Thor? Dewa petir? Itu tidak mungkin. Walaupun orang ini mirip dengan Thor di gambaran duniaku, orang ini pasti hanya bercanda. Dan Mjolnir? Palu milik Thor yang memiliki kekuatan petir. Dan di tanganku ada palu yang memiliki kekuatan petir. Tunggu sebentar...

"Aku tahu ini terdengar aneh untukmu. Tapi aku tidak berbohong," ucapnya. "Mungkin aku harus membuktikannya agar kau percaya."

Membuktikan? Ya, itu benar. Kau harus membuktikannya agar aku bisa percaya dengan semua keanehan ini.

Dia mengarahkan tangan kanannya pada palu di tanganku. Palu ini bergetar lalu tertarik ke tangan orang yang mengaku Thor ini.

"Mundurlah anak muda. Kau akan terluka jika terlalu dekat," ucapnya.

Aku pun berdiri dan mundur untuk menjauh dari 'Thor' ini. Aku tidak tahu apa yang ingin dia lakukan.

"Mjolnir... " ucapnya yang seperti gumaman.

Dia mengangkat 'Mjolnir' ke atas dengan kuat. Pancaran petir menyambar dari palu itu menuju ke atas langit. Seketika aku merasakan keanehan lagi. Langit yang tadinya cerah sekarang sudah hilang digantikan oleh awan hitam. Angin terasa sangat kuat sekali sehingga aku harus menahan diriku sekuat mungkin. Petir menyambar-nyambar dari awan hitam di langit. Apa itu? Aku tidak pernah melihat petir menyambar-nyambar sekuat itu sebelumnya! Itu adalah badai petir terkuat yang pernah ada.

Dan keanehan ini belum berakhir. Awan-awan di langit menyambarkan petir terkuat mereka pada 'Thor'. 'Thor' menerimanya dan terlihat menikmatinya. Tubuhnya sekarang diselimuti oleh petir. Seluruh tubuhnya! Ini menakjubkan dan mengerikan di saat yang bersamaan.

Dia berjalan kearahku. Aku memundurkan tubuhku ke belakang secara refleks. Tapi secara mengejutkan 'Thor' muncul di hadapanku seperti sambaran kilat. Cepat sekali! Aku meneguk ludahku kasar.

"Sekarang kau sudah percaya?" Ucapnya. "Akulah Thor! Dewa Petir! Dan kau adalah penerusku, pewarisku. Aku akan memberikanmu kekuatan Dewa Petir. Untuk menumpas segala macam kejahatan di seluruh alam!"

Tubuhku bergetar hebat. Ini nyata. Orang ini adalah Thor. Dewa petir dengan senjatanya Mjolnir. Ini... ini tidak dapat dipercaya.

"M- maafkan aku. Aku tidak mempercayaimu," ucapku sambil menundukkan badanku untuk minta maaf.

Thor tersenyum. Badai yang dia buat tadi mulai menghilang dan digantikan oleh siang hari yang cerah seperti sebelumnya. Petir yang menyelimuti tubuhnya pun menghilang. Ini seperti tidak terjadi apa-apa.

"Tidak perlu minta maaf. Hal seperti itu wajar terjadi. Sekarang tenang, santai, dan jangan takut. Aku akan menjelaskan maksud dari kau dibawa kesini," ucapnya.

"I- iya," ucapku sambil mengangguk.

Dia berjalan menuju sebuah batu dan aku pun mengikutinya. Dia duduk bersila di atas batu itu dan memandang kearahku.

"Aku sudah memperkenalkan diriku. Jadi, apa kau tidak keberatan memperkenalkan dirimu?" Tanyanya.

Aku mengangguk. "Namaku Uzumaki Naruto. Aku hanyalah seorang pelajar biasa," ucapku. Aku tidak tahu apa yang harus kuperkenalkan lagi.

"Uzumaki Naruto? Jadi kau orang Jepang?" Tanyanya. Aku mengangguk. "Hm hm... jadi bagaimana kalau kau kupanggil Naruto-kun? Kau tidak keberatan?" Tanyanya.

"Tidak apa-apa," jawabku.

Dia tersenyum. "Baiklah Naruto-kun. Aku akan menjelaskan maksud kehadiranmu kesini. Tapi sebelumnya aku minta maaf karena membawamu dengan paksa." Aku menganggukkan kepalaku.

"Kau tahu Mjolnir? Mjolnir adalah senjataku. Dia hanya bisa diangkat oleh orang-orang yang pantas saja. Dan selama ini, Mjolnir hanya dapat diangkat oleh aku dan ayahku," ucapnya. "Aku membuat Mjolnir mencari seseorang lagi yang pantas untuk mengangkatnya. Dan akhirnya dia memilih kau Naruto-kun."

Memilihku? Tapi kenapa? Memangnya apa yang spesial dari diriku?

"Aku melakukannya untuk mencari penerusku, orang yang pantas mengangkat Mjolnir yaitu dirimu. Kau akan menjadi penerusku untuk membasmi kejahatan di seluruh alam denfan kekuatan dewa petir."

Aku tidak mengerti. Kenapa dia ingin digantikan? "Tapi kenapa kau harus mencari penerus? Apa itu artinya kau akan berhenti menjadi Dewa Petir?" Tanyaku.

"Ya, aku akan berhenti menjadi dewa petir pada akhirnya. Aku melakukannya karena aku ingin memulai kehidupan baru. Berkeluarga. Tapi itu tidak berarti aku akan melupakan tanggung jawabku sebagai dewa petir."

"Jadi kau akan memberikan tanggung jawabmu padaku?" Tanyaku.

"Benar. Tapi aku tidak akan langsung memberikan semuanya padamu. Itu semua membutuhkan proses. Secaea bertahap kau akan menerima tanggung jawabku. Kita akan berbagi. Seiring berjalannya waktu kau akan sepenuhnya mengambil tanggung jawab sebagai dewa petir."

Ini tidak mungkin. Apa ini berarti aku akan menjadi dewa? Ini pasti akan menjadi hal yang merepotkan.

"Maaf tapi aku tidak bisa. Carilah orang lain yang lebih pantas. Lagipula aku tidak punya kelebihan apapun. Aku tidak bisa. Maaf... " ucapku sambil menunduk.

"Yah aku mengerti. Ini bukanlah hak yang bisa kau putuskan dalam sesaat. Aku akan memberikanmu waktu untuk memutuskan. Tidak ada batasan waktu. Kau bisa memikirkannya sambil menjalani kehidupanmu di Midgard," ucapnya.

Aku mendongak dan menatap wajahnya.

"Sekarang aku akan memulangkanmu kembali Midgard. Kau pikirkanlah baik-baik terlebih dahulu. Aku akan menerimanya apapun jawabanmu," ucapnya. Dia memutar-mutar palunya dan muncul sebuah portal di sampingnya. Aku mengerti portal ini menuju ke rumahku.

"Bawalah Mjolnir bersamamu. Mungkin kau akan membutuhkannya. Mjolnir akan membukakan portal kesini lagi jika kau menginginkannya. Kembalilah kesini jika kau sudah memutuskan."

Thor menyerahkan Mjolnir padaku. Aku menolak. Tapi Thor tetap bersikeras memaksaku dan akhirnya aku pun membawanya.

Aku berjalan menuju portal.

"Aku tahu pada akhirnya kau akan menerimanya. Aku dapat merasakan kebaikan dan ketulusan hatimu. Kau tidak akan pernah meninggalkan orang yang membutuhkan bantuanmu dan itulah tugas yang paling utama," ucapnya.

Aku tidak menjawab. Aku langsung masuk saja ke portal. Sesaat kemudian portal itu menghilang dan aku berada di bangunan kosong tadi.

"Ini semua benar-benar aneh."

Naruto PoV: end

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Skip Time

Thor menyesap minuman di tangannya. Malam ini terasa dingin dan dia sedang meminum minuman hangat. Sangat nikmat.

Dia terpikir kembali pada pemuda yang datang bersama Mjolnir. Anak itu mengingatkan pada dirinya saat masih muda. Dia sudah tahu pada akhirnya Naruto akan datang kembali dan menyetujui permintaannya.

Dia meletakkan gelasnya di sampingnya. Merebahkan tubuhnya pada batu yang didudukinya dan mencoba tidur. Niatnya dia urungkan saat ada sebuah portal di depannya. Dia tersenyum dan menaikkan badannya lagi. Akhirnya...

Naruto PoV

Dan di sinilah aku. Aku tidak tahu keputusanku ini bijaksana atau bodoh. Aku tak peduli. Aku sudah yakin. Karena ini adalah takdirku.

Aku melihatnya dusuk di atas batu yang sama dan menatapku sambil tersenyum. "Jadi apa kau sudah memutuskan? Apa keputusanmu?" Tanyanya.

Aku menarik nafas panjang. Ah, udara disini terasa lebih segar. Apa yang kupikirkan!? Fokus!

"Aku... " suaraku lirih. Aku meneguk ludahku. "Aku menerima permintaanmu."

Aku dapat melihat senyuman dari Dewa Petir Thor ini dengan jelas setelah mendengar ucapanku.

"Itu bagus sekali! Itu adalah jawaban yang kuharapkan!" Ucapnya dengan nada senang. "Tapi, sebelumnya aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Apa alasanmu menerima permintaanku?" Ucapnya. Aku dapat mendengar nada serius dari ucapannya.

"Aku... aku ingin membuat hidupku ini lebih berarti. Selama ini aku hanya hidup tanpa tahu tujuan, tak tahu apa yang haris kulakukan, da hanya mencoba untuk bertahan hidup. Mungkin dengan menerima permintaanmu aku dapat memhuat hidupku lebih berarti," jawabku.

Thor tidak menjawab. Dia terlihat sedang mengamati wajahku dengan teliti. Aku tidak mengerti. Kenapa dia menatapku seserius itu.

"Bukan. Bukan itu. Aku ingin alasanmu yang sebenarnya," jawabnya.

Apa maksudnya? Aku tadi sudah mengucapkannya kan? Alasanku yang sebenarnya?

Aku merenungkan ucapan Thor. Apakah aku maksudnya ada alasan lain dari diriku. Aku merasakan sebuah perasaan di dalam tubuhku. Ini seperti saat aku melihat orang yang tertindas. Perasaan tidak terima atas ketidakadilan. Orang yang kuat menindas yang lemah. Gambaran-gambaran masa lalu terlintas dalam benakku. Saat aku melihat orang-orang tertindas. Aku merasakan kemarahan dan keinginan untuk menolong mereka. Tidak peduli apa yang kuhadapi aku pasti menolong mereka. Aku tersenyum. Ternyata aku adalah orang yang cukup baik.

"Aku ingin mengakhiri ketidakadilan. Aku muak melihat orang-orang tertindas sepertiku diperlakukan tidak adil. Aku butuh kekuatan untuk melakukannya. Jadi aku mohon padamu untuk memberiku kekuatan," ucapku.

Thor tersenyum. "Itu bagus sekali. Aku senang dengan jawabanmu," ucapnya. "Jadi mulai sekarang kau akn menjadi penerusku, Uzumaki Naruto."

Aku mengiyakan ucapannya. Dia terlihat gembira sekali.

"Jadi apa yang harus kulakukan sekarang? Apa yang akan kita lakukan, Thor-sama?" Tanyaku. Aku juga harus memanggilnya dengan sopan karena dia ini dewa.

"Kau tidak perlu memanggilku seperti itu. Panggil Thor saja atau... ehm- ah! Sensei! Itu panggilan orang Jepang untuk guru kan?" Ucapnya.

"Thor-sensei?"

"Itu terdengar cukup bagus. Hanya saja tidak perlu terlalu formal," ucapnya. "Mulai sekarang kau akan aku beri pelatihan yang akan kau gunakan untuk menjadi penerusku. Bisa dibilang aku akan menjadi gurumu. Aku akan mengajari tentang cara bertarung, pengetahuan supenatural, Yggdrasil, dan masih banyak lagi. Kau harus mempelajari banyak hal Naruto-kun."

Aku mengangguk. Aku mengerti tugas ini memang berat dan masuk akal jika aku harus mempelajari banyak hal.

"Aku mengerti. Aku siap untuk mempelajari apapun yang harus kupelajari Thor-sensei," ucapku.

"Bagus. Tapi selama pelatihan kau tidak boleh pulang ke tempat asalmu. Aku akan berada di sini terus sampai pelatihanmu sudah selesai."

Aku mengangguk mengerti. Aku memang sudah menduganya sebelumnya. Aku sudah siap untuk meninggalkan kehidupan lamaku dan memulai kehidupan baruku ini.

"Bagus. Pelatihannya akan kumulai besok. Sekarang tidurlah. Hari sudah malam," ucap Thor.

Aku melihatnya merebahkan badannya di atas batu. Tunggu, apa aku juga harus tidur di atas batu?

"Maaf, tapi dimana aku harus tidur?"

Thor menunjuk salah satu batu di sampingnya. Oh ternyata memang benar. Aku harus tidur di atas batu. Ini pasti akan terasa tidak nyaman, apalagi aku hatus tidur di luar alam. Pasti akan terasa dingin. Tapi setidaknya aku bisa terhimdar dari hujan karena tempat ini berada di bawah tebing.

Aku berjalan kearah batu itu dan duduk di atasnya. Aku melatakkan Mjolnir di bawah. Aku mencoba merebahkan badanku dan berusaha tertidur. Sial! Batu ini terlalu keras. Aku pasti tidak akan bisa tidur nyenyak. Jika tidur saja sudah susah. Bagaimana dengan pelatihannya nanti? Semoga saja berjalan lancar.

.

Day 1 of Training

"Kenapa aku harus memakai armor itu?" Tanyaku. Thor-sensei sedang membawa sebuah armor besi di tangannya. Dia ingin aku untuk memakainya.

Thor-sensei tak menjawab. Dia berjalan kebelakangku dan memakaikan armor tanpa lengan ini padaku.

Sesaat aku langsung tersungkur ke tanah. Apa-apaan ini? Armor ini berat sekali! Aku bahkan tidak dapat menggerakkan badanku.

"Kau harus selalu memakai armor ini selama pelatihan. Kau tidak boleh melepasnya kecuali aku menyuruhmu."

"Tapi ini b- berat sekali. Aku tak bisa bergerak. Berapa berat armor ini?"

"Kau tak perlu tahu."

.

Day 5

Aku mulai merutuki nasibku. Pelatihan ini tidak normal! Orang ini selalu memaksaku untuk melakukan pelatihan yang tak masuk akal!

"Push up 500 kali, sit up 500 kali, squad jump 500 kali, lari keliling hutan ini 50 kali. Jika kau tidak dapat menyelesaikannya saat tengah hari, kau tidak dapat jatah makan siang.

Yep, aku sudah memberitahumu.

"Latihan ini akan bertambah banyak saat kau mulai terbiasa. Hanya ingin memberitahumu," ucapnya sambil meminum air di botol dari batunya.

Apa? Aku tidak menduga yang satu ini!?

.

Day 20

Thor sensei menggambar sebuah pohon di atas sebuah batu. Dia juga menulis sesuatu pada masing-masing ranting batang dan akar pada pohon tersebut.

"Ini adalah adalah pohon kehidupan, pohon raksasa yang sangat besar dan keramat yang menghubungkan sembilan dunia dalam kosmologi Nordik. Kadangkala disebut Mímameiðr atau Lérað. Pada cabangnya terletak Ásgard, Vanaheim, dan Álfheim. Pada batangnya terletak dunia manusia yang bernama Midgard, yang mana Jötunheim (dunia para raksasa) juga berada di sekitarnya, dan di bawahnya terletak Nidhavellir yang juga disebut Svartálfheim. Ketiga akarnya menembus tiga dunia yang bernama Hel, Niflheim, dan Muspelheim, meskipun hanya dunia pertama yang memperoleh mata air Yggdrasil," ucap Thor-sensei. (A/N: Saya copas dari Wiki. Lol haha).

Aku hanya dapat mengerjap-ngerjapkan mataku beberapa kali. Apa yang sensei katakan? Aku sama sekali tidak mengerti.

Sensei menghela nafas. "Yah, mungkin penjelasanku terlalu rumit untukmu ya? Tak kusangka kau ternyata cukup bodoh juga." Ucapnya.

Dia tadi memanggilku bodoh? Tanpa ragu!? Sakit hatiku.

.

Day 45

Aku mengayunkan kedua tanganku kearahnya secepat yang aku bisa. Aku berusaha melayangkan pukulanku padanya tapi dia berhasil menghindari semuanya.

"Kau berkelahi seperti wanita tua Naruto-kun. Aku yakin bahkan anak kecil dapat mengalahkanmu dengan mudah."

Sial! Dia terus saja mengejekku! Aku sudah tak peduli lagi. Sekarang aku akan menggunakan tendanganku juga. Jika aku menggunakan kedua kaki dan tanganku, dia pasti akan kesusahan dan terkena.

Aku mengarahkan kaki kananku pada tubuh sampingnya. Dengan sigap dia menangkap kakiku. Dia mengangkat kakiku keatas. Sedetik kemudian dia melemparku keatas dengan sangat kuat, bahkan lebih kuat dari gajah sekalipun. Aku melihat ke bawah. Sial! Aku berada sangat tinggi dari tanah sekarang.

100 m?

500 m?

2 km?

Ini semakin tinggi dan tinggi lagi. Tidak! Aku akan mati!

.

Day 70

"Di dalam dunia ini, ada banyak sekali macam makhluk supranatural. Hampir semua yang tercetak dalam sejarah manusia itu adalah nyata. Contohnya adalah aku dan dewa Nordik lainnya," ucap Thor-sensei.

Aku memikirkan lagi ucapan Thor-sensei. Hmm, bagaimana dengan makhluk-makhluk yang aku lihat di TV, dongeng, legenda, dan cerita kuno lainnya. Naga? Siluman? Monster? Manusia serigala? Vampir? Hantu? Apa mereka nyata?

"Bukan hanya dewa Nordik saja. Makhluk dari Injil atau Kristiani, Hindu, Budha, Mitologi Yunani, Mitologi China, Mitologi Mesir, mereka semua nyata."

Tunggu tunggu. Jadi semua tuhan dan dewa itu nyata? Ini membuatku ingin menanyakan satu hal.

"Jika semua dewa dan tuhan itu nyata, sebagai manusia manakah yang paling benar untuk disembah? Setahuku jika kau mengikuti agama yang satu dan masuk surga, kau akan masuk neraka dalam agama lain."

"Hm hm... itu pertanyaan yang bagus," Thor sensei terlihat mengelus-elus jenggotnya. Dia terlihat sedang berpikir keras.

.

Deay 140

"Thor-sensei. Jika kau memberi Mjolnir padaku, bukankah itu akan membuatmu lemah?" Tanyaku.

Thor-sensei tertawa lepas setelah mendengarku. Dia mengangkat tangan kanannya. Petir mulai menyelimuti tangannya. Dia berjalan agak jauh dariku dan menghantam tanah di bawahnya dengan petirnya.

Kawah yang cukup besar tercipta di sana tanah di sekitar juga retak dimana-mana.

"Ini memang hanya sedikit, tapi aku pastikan padamu. Aku tidak akan melemah hanya karena tidak membawa Mjolnir. Aku akan mengajarkan cara menggunakan petir tanpa Mjolnir. Mungkin kau juga punya kemampuan lain, siapa tahu?"

.

Day 199? 200? Pilih satu. Aku tidak yakin.

Hari ini sungguh melelahkan. Kau past sudah dapat menduga latihan seperti apa yang aku jalani. Dan terlebih lagi Thor sensei menambah beban latihannya. Yah, dia melakukannya setiap minggu. Tapi bisa kau bayangkan latihanku sekarang? 10000 push up, 10000 sit up, 10000 squad jump, 10000 pull up, lari keliling hutan 5000 kali dan beberapa latihan lain yang aku tidak tahu namanya sebanyak 10000 kali.

Dan kau tahu apa yang mengejutkan? Aku masih hidup! Dari semua latihan gila itu aku masih hidup. Ini benar-benar mustahil.

"Angkat Mjonir!" Perintah Thor sensei. Aku langsung saja menurutinya.

Aku mencoba mengangkatnya dengan tangan kananku tapi tidak bisa. Aku menggunakan kedua tanganku untuk mengangkatnya. Aku mengerahkan seluruh tenagaku dan akhirnya bisa terangkat.

"Itu adalah berat asli Mjolnir. Selama ini dia meringankan beratnya agar bisa kau angkat. Sekarang tidak lagi. Kau harus membiasakan dirimu dengan berat aslinya."

.

Day ? Aku sudah lupa. Aku mulai amnesia!?

Dari semua hari latihanku hari ini adalah yang paling enak untukku. Jika aku biasanya hanya tidur 5 jam atau 4 jam, sekarang aku bisa tidur 8 jam. Tapi itu tidak cukup. Asal kau tahu saja sehari disini adalah 45 jam! Dan Thor-sensei terus saja menyuruhku berlatih! Tapi aku masih harus bersyukur.

Aku merebahkan badanku di atas batu ini. Tapi aku tak dapat langsung tidur karena Thor sensei memangggilku.

"Hei Naruto-kun. Apa kau bisa menceritakan tentang kehidupanmu sebelumnya?" Tanyanya.

Dan malam ini aku menghabiskannya untuk bercerita pada orang tua ini!

.

Day ? Fuck this! Aku tidak mau menghitung lagi! Pilihlah angka kesukaanmu aku tidak peduli!

Sudah terasa lama sekali aku di sini. Awalnya aku ingin pergi saja dari sini tapi sekarang aku malah senang berada di sini. Ini memang terdengar aneh tapi itu benar. Aku melihat sosok Thor-sensei sebagai ayahku. Tapi aku tidak berani memanggilnya ayah.

Sekarang kami sedang melakukan sparring. Adu pukulan, tendangan, tangkisan, menghindar, itu semua sudah kami lakukan. Dan kau tahu sudah berapa lama kami melakukannya? Setengah hari!

Sekarang aku sudah mahir bertarung. Dari yang awalnya 'wanita tua' sekarang dia memanggilku 'bocah preman jalanan'. Aku tak tahu apa maksudnya, aku tak peduli.

Selama ini dia terus saja menghindari semua seranganku. Aku yakin dia bahkan hanya main-main sekarang. Sial! Aku menendangnya dan dia menangkap kakiku. Dia lalu memukulku dan membuatku terseret di tanah. Aku tak menggerakkan tubuhku.

Thor-sensei mendekatiku. "Hei Naruto-kun. Kau tidak apa-apa?" Dia berlari kearahku dengan raut muka khawatir.

Aku tersenyum aaat dia sudah dalam jangkauanku. Dengan cepat aku menyapu kakinya dengan kakiku membuatnya kehilangan keseimbangan. Aku mengambil posisi di atas tubuhnya dan meletakkan kepalan tanganku pada wajahmya pertanda aku sudah menguncinya.

"Hahahaha, itu tadi cara yang licik Naruto-kun," ucapmya.

"Aku tak peduli. Kau selalu saja menghindar. Aku tak dapat memikirkan cara lain."

Dia memintaku untuk melepaskannya. "Yah, ini sudah saatnya. Kau sudah siap untuk ke lapangan yang sesungguhnya Naruto-kun."

Aku membulatkan mataku tak percaya. Benarkah ini? "Benarkah? Lalu apa yang harus kulakukan? Apa kau akan mengirimku ke Asgard untuk menjadi tentara di sana? Atau kau ingin aku bersamamu saja untuk membasmi monster di ke Sembilan Dunia?" Tanyaku. Jujur aku sangat senang mendengarnya.

"Woah, woah... tenang Naruto-kun. Aku tidak akan menggunakan idemu tadi. Aku punya ide yang lebih baik." Ucapnya.

Aku semakin berbinar. Ide yang lebih baik? Apa itu? Apa itu? "Apa itu?"

"Aku tidak ingin memberitahumu sekarang. Aku akan langsung mengirimmu kesana. Aku sudah meninggalkan beberapa pesan untukmu di sana tentang apa yang harus kau lakukan."

Aku mengangguk girang. Sesaat kemudian aku teringat sesuatu. "Lalu bagaimana denganmu? Apa kita akan bertemu lagi?" Tanyaku yang tak rela.

"Tentu saja kita akan bertemu lagi. Tapi aku tidak yakin kita akan bertemu dekat. Aku ingin mengurus beberapa hal dulu."

Aku menundukkan kepalaku. Begitu ya? Jadi aku akan meninggalkan Thor... Tou-san... "Tou-san... " ucapku lirih. Apa itu tadi? Mulutku bersuara sendiri. Aku merasakan sesuatu mengalir keluar dari mataku.

Thor-sensei mengangkat daguku untuk melihat wajahku. Sekarang dia bisa melihat aku sedang menangis seperti bayi. Sial! Ini memalukan.

Hal yang terjadi selanjutnya mengejutkanku. Thor-sensei memelukku. Pelukan ini terasa hangat sekali. Jadi ini yang namanya pelukan? Aku tidak pernah membayangkan akan menjadi senyaman ini. Aku tak pernah berpelukan dengan siapapun sebelumnya.

"Jangan menangis. Kau tidak perlu menangis. Kehidupan lamamu itu sudah berakhir. Aku akan selalu ada untukmu. Aku tidak ingin anakku menangis." Ucapnya.

Ucapannya itu justru tidak membuat tangisanku berakhir. Itu justru membuatnya semakin tak tertahan. Aku dapat merasakan seluruh wajahku tertutupi oleh cairan.

"Aku rasa tidak apa-apa kita berpelukan selama kau merasa lebih baik." Ucapnya.

Aku membalas pelukannya. Sial! Aku tidak mau melepas pelukan ini.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Skip Time

Ini bukanlah yang kuharapkan.

Dari sejuta dugaanku ini bukanlah salah satunya.

Bayangkan kau berlatih setiap hari dengan gila untuk menjadi kuat dan kau harus berakhir di tempat seperti ini? Apa ini!? Aku harus memulai kehidupan lamaku!?

Tunggu sebentar, aku lupa nama tempat ini. Aku merogoh sakuku untuk mengeluarkan surat dari Tou-san. Oh ya...

Nama tempat ini adalah...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Kuoh Academy

To Be Continue

A/N:

Hai, apa kabar semuanya?

Yah ini dia fic ke2ku yang boring. Saya membuat fic ini disela-sela membuat fic saya yang satunya.

Thor disini terinspirasi dari film Marvel Thor, tapi dengan adaptasi ke anime Highschool DxD (saya membuat Thor lebih kuat). Kekuatan Thor tanpa Mjolnir itu terinspirasi dari trailer terbaru film Thor-Ragnarok.

Naruto disini sudah jelas bukan seorang shinobi. Dia hanya manusia biasa. Sacred gear? Tidak, dia tidak punya sacred gear.

Mungkin itu saja author notenya saya tidak tahu harus bicara apa lagi. Jika ada pertanyaan, tanya saja di review. Saya akan berusaha pm untuk menjawab.

Sudah itu saja ya, saya Tausende Vogel pamit.

See You!