Disclaimer: Masashi Kishimoto

.

And I will be the One

.

Naruto fanfiction by Unya Puu

Pair: SasuFemNaru

Genre: Pedophile, Psycology, Incest(?)

Rate : T

Warning: Gaje plus Garing, Super Duper OOC, Bahasa Amburadul, Alur Cerita Membingungkan, Cerita Pasaran ala Sinetron-Sinetronan, Bisa Menyebabkan Sakit Mata, Sakit Kepala, Mual-Mual. Dan Sebagainya- Dan Sebegitulah.

Uzumaki Naruto - 14 Tahun

Uchiha Sasuke - 28 Tahun

.

Diketik pada hari Sabtu, 21 February 2015

.

#TIDAK SUKA, JANGAN BACA

Happy reading ~

.

.

Konoha Boarding Schools, 09:23 PM

Laki-laki itu tersenyum lega, sembari menatap intens pada sesosok gadis manis yang tengah terlelap tidur dari balik jendela. Foto terakhir untuk hari ini dan dirinya merasa bahagia.

Setelah memasukkan kamera canggih itu ke dalam ransel , ia pun bergegas pergi dari bangunan asrama. Memutar posisi topinya seraya bersenandung pelan menatap lekat pada layar smartphone miliknya yang tengah menampilkan pemandangan tak berbeda dari sesosok gadis yang tengah bergerak gelisah diatas tempat tidur. Laki-laki itu bersyukur ia hidup di jaman modern, jaman dimana peralatan pengintai dijual bebas. Memudahkannya untuk tetap bisa memantau sang gadis meski ia tak berada tepat disekitarnya.

Kecuali jika ia hidup di jaman ninja atau jaman dimana dunia bisa dikendalikan dengan sihir. Sungguh ia tak perlu repot membawa benda-benda pengintai semacam ini kemanapun ia pergi. Tapi sudahlah, yang penting baginya adalah ia tak pernah melewatkan satu hari pun momen berharga tentang perkembangan sang gadis yang kelak harus menjadi istrinya. Pikirnya sinting.

Lagi-lagi, sambil terkekeh bak orang gila yang menikmati semilir angin malam, laki-laki berusia 28 tahun itu melangkahkan kaki kembali ke apartementnya.

.

Apartement Uchiha, 10:35 PM

Laki-laki dewasa yang diketahui bernama Sasuke itu tengah berendam dalam bath up, mata sekelam malamnya tak lepas dari monitor layar datar yang menempel erat di dinding kamar mandinya. Dan apa yang dilihatnya kini benar-benar sama dengan apa yang dilihatnya beberapa waktu lalu, sesosok gadis berambut pirang keemasan yang tentu saja sedang tidur nyenyak. Kaki kecil gadis itu menendang selimut yang dikenakannya membuat sang uchiha tertawa tertahan. Gaya tidur si gadis sama sekali tidak ada anggun-anggunnya.

Sedikit merasa aneh? Oh, tentu saja aneh. sebab apa yang dilakukan laki-laki itu memang sangat tidak masuk akal. Sebuah pelanggaran privasi. Dan dia telah melakukan hal illegal ini sejak pertama kali terpikat pada sang gadis!

Berbicara tentang kegilaan, tentu ini sangat gila. Membiarkan dirimu berada dalam pusaran obsesi yang besar dan tenggelam sampai ke dasar-dasarnya tentu bukan tindakan yang baik. Banyak orang menganggap orang posesif sebagai pribadi yang tidak menyenangkan karena tindakannya yang terkadang diluar batas. Cenderung dijauhi karena sifatnya dinilai merugikan. Tapi jangan salahkan orang posesif, mereka hanya pribadi rapuh dengan kadar cinta terlampau tinggi yang tidak tahu lagi bagaimana bersikap rasional.

Mungkin memang apa yang dilakukannya ini sama sekali tidak serasi jika disejajarkan dengan wajahnya yang tampan. Dan bukan masalah besar bagi Sasuke jika ada yang memandangnya demikian, karena si tampan ini menikmati apa yang selalu dilakukannya.

Sasuke pun keluar dari bath up setelah dirasa berendam kali ini cukup memadamkan suhu tubuhnya yang panas. Dipakainya selembar handuk putih tipis untuk menutupi bagian bawah tubuhnya yang basah.

Setelah mematikan layar berukuran 95 inch dengan berat 7,5 kilogram dan ketebalan 4 milimeter, yang tebalnya setara dengan tiga kartu kredit itu, Sasuke melangkah keluar. Menuju ke dapur mengambil sebotol air mineral dingin di kulkas dan masuk ke dalam kamar tidur.

Sembari meneguk habis isi botolnya, mata sasuke menatap beberapa layar didepannya. 'Didepan kamar, aman. Kamar mandi, aman. Diluar jendela, aman. Langit-langit kamar, aman. Tempat tidur, aman. Bagus.' Dia sungguh-sungguh tidak akan membiarkan seekor predator pun mendekati sangkar kupu-kupu cantiknya meski tempat yang ditinggali si pirang jelas-jelas asrama khusus perempuan. Saking posesifnya, putra termuda dari keluarga Uchiha itu memasang kamera pengintai tanpa kabel disetiap sudut ruangan yang ditempati si pirang, dan dipasang diberbagai arah mata angin agar dirinya bisa semakin leluasa memandang sang pujaan hati dari berbagai sudut, yang pasti tanpa pengetahuan si gadis.

Sasuke melirik kearah monitor yang menampilkan tempar tidur dari sisi atas, menampilkan sang gadis dengan baju tidur yang tersingkap keatas sampai celana dalam bermotif ramen itu terlihat, memamerkan paha kecil putih nan mulus.

"Oh, jangan lagi…". Sasuke mengerang frustasi.

Usianya sudah benar-benar tidak mentolelir perihal kebutuhan jasmaninya yang satu ini. Sudah diambang batas kemampuannya bertahan.

"Aku benar-benar sudah tidak tahan…".

Dan masih sama seperti malam-malam sebelumnya.

Sasuke harus berusaha sendiri, memanjakan dirinya sampai derita karena menahan diri dari tak bisa menyentuh gadis berusia 14 tahun itu, terobati.

.

unyapuu unyapuu

.

Gadis berambut pirang panjang itu berlari menyusuri koridor asrama, senyum lebar terukir jelas dibibir mungilnya. Ia gembira sekali pagi ini. Ayah angkat-sementara-nya, Iruka akan datang mengunjunginya sore nanti beserta ibu juga adik angkatnya. Setelah tiga bulan tidak bertemu, tentu saja Naruto bahagia bisa kembali bertemu dengan keluarga angkat yang sangat menyayanginya itu. Terutama adik kecilnya yang sangat cerewet, Naruto jadi gemas dan tak sabar menunggu hingga sore tiba.

.

Naruto yatim piatu sejak ia kecil, sebuah keluarga bangsawan kaya raya merawatnya begitu ia ditinggal ayah ibunya ke surga. Dan Iruka adalah orang yang diberi tanggung jawab untuk mengurus segala keperluan Naruto kecil karena keluarga bangsawan itu sangat sibuk dan jarang berada di kediaman mereka.

Dengan menjadi bagian dari keluarga bangsawan, tentu hidup Naruto jauh berbeda dari anak-anak seusianya. Demi keamanannya sebagai anggota keluarga bangsawan, Naruto tidak sekolah disekolah umum, ia menjalani homeschooling yang membosankan karenanya. Naruto kesepian tinggal dirumah mewah keluarganya tanpa seorangpun teman sebaya untuk diajak bermain. Iruka beserta para maid yang bekerja pada keluarga bangsawan itulah yang menjadi teman bermainnya.

Menginjak usia 7 tahun, Iruka mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai pengasuh utama Naruto karena dirinya akan menikah. Tentu Naruto sangat sedih mengetahui hal ini. Merasa tidak tega, Iruka meminta ijin kepada majikannya untuk membiarkan Naruto tinggal bersamanya selama satu bulan saja. Tentu saja para anggota keluarga kaya itu menentang keras keinginan Iruka itu.

Meski harus menelan kecewa karena tidak bisa membawa Naruto tinggal bersamanya walau hanya sebentar, Iruka tidak marah kepada mantan majikannya. Justru Iruka berpikir apa yang dilakukan oleh majikannya adalah hal yang benar. Semuannya demi keselamatan putri satu-satunya di keluarga bangsawan itu, meski secara biologis tidak ada sedikitpun hubungan darah antara Naruto dan keluarga angkatnya, namun mereka benar-benar mencintai keberadaan gadis kecil nan manis itu disana.

Sebagai gantinya, Iruka diperbolehkan menjenguk Naruto dan sebaliknya. Naruto pun senang karena tetap bisa bertemu dengan Iruka yang sudah dianggap seperti ayahnya sendiri itu.

Sejak Iruka keluar dari pekerjaannya, sang kakak termuda yang sebelumnya benar-benar sibuk dengan kuliahnya semakin sering pulang ke rumah utama. Menyempatkan diri untuk sekedar menemani adik kecilnya bermain disela-sela waktunya yang padat. Dan lebih sering tinggal saat kedua orang tua mereka sedang tidak ada di rumah dalam jangka waktu tak sebentar.

.

Waktu berjalan dengan sangat cepat, Naruto tumbuh menjadi gadis kecil yang semakin cantik diusianya yang baru menginjak 11 tahun. Hingga suatu hari hal itu terjadi, dimana seluruh anggota keluargannya yang baru datang dari luar kota lebih cepat sehari, memergoki sang kakak termuda yang tengah melakukan sesuatu pada Naruto yang tengah terlelap di kamar sang kakak karena demam.

Atas kelakuan sang kakak termuda yang diluar batas itu, mau tak mau membuat sang papa dan mama harus merelakan Naruto kecil untuk hidup terpisah dari mereka, demi menjauhkan Naruto dari tindakan sang kakak yang ternyata sangat tidak patut dilakukan pada gadis sekecil Naruto. Hidup diluar kediaman keluarga besarnya. Memisahkannya dari sang kakak demi keselamatannya.

Naruto tak begitu mengerti dan tak banyak bertanya saat sang papa memberinya perintah untuk tinggal di rumah Iruka. Meski sedih berpisah dengan keluarga bangsawannya terutama sang kakak termuda, tapi Naruto senang, ia boleh tinggal di rumah Iruka. Merasakan hidup seperti orang biasa seperti sebagaimana mestinya.

Tiga tahun kemudian, Iruka yang dipindah tugaskan ke luar negri oleh perusahaan tempatnya bekerja harus pindah ke Negara yang sudah ditentukan. Ia membawa serta keluarga kecilnya tapi Naruto tak bisa ikut dengannya. Bukan hanya karena sekolah Naruto yang tidak bisa ditinggalkan mengingat Naruto adalah siswa kelas 3 Sekolah Menengah Pertama yang akan segera melangsungkan ujian masuk Sekolah Menengah Atas, juga karena keluarga bangsawan Naruto melarang Iruka membawa Naruto ke tempat yang jauh dari jangkauan mata mereka.

Karenanya di usia Naruto yang ke 14 tahun, ia harus tinggal di asrama. Sebab kembali ke rumah keluarga bangsawannya adalah hal yang tidak mungkin mengingat usianya belum genap 16 tahun, seperti yang pernah disampaikan Iruka padanya. Dan disinilah ia, di Konoha Private School. Sekolah khusus perempuan berbasis asrama terbaik di jepang.

.

Kelas belum dimulai, bel masuk belum berbunyi tapi Naruto sudah duduk manis di bangkunya. Memainkan pensilnya, menggambar abstrak di buku tulisnya. Selesai belajar nanti ia berniat mengirim pesan pada kedua orang tua bangsawannya dan kedua kakaknya. perihal kedatangan Iruka yang akan menjenguknya nanti sore. Tak jauh dari tempatnya duduk, Tiga anak perempuan berkumpul. Menggunjing si gadis pirang dengan sesekali terkekeh mirip hantu perempuan di hutan terlarang.

Bukan Naruto tak punya teman, sebagai perempuan keluarga terpandang ia sangatlah sopan, supel dan menyenangkan temannya sangat banyak. Tapi tetap saja akan ada yang tak suka padanya seperti cerita-cerita sinetron di televisi tetangga. Naruto dianggap terlalu menarik perhatian dengan segala kelebihan fisiknya yang menawan.

Dan lagi, ini sekolah khusus perempuan, hal seperti ini sangatlah wajar terjadi dikala ada sesosok bintang paling bersinar diatas bintang-bintang yang lain. Naruto yang cantik bak boneka selalu menarik perhatian para guru laki-laki yang mengajar disana.

"Aku kesal padanya."

"Aku juga sama, sifatnya seperti dibuat-buat. Membuatku mual"

"Lihat saja Uchiha-sensei yang dingin sampai terjerat topeng busuknya itu."

Komentar-komentar pedas saling silang diantara ketiga siswi perempuan yang kontra dengan keberadaannya. Menatap Naruto penuh kebencian, salah seorang diantara mereka yang sudah lama memikirkan sesuatu yang kejam untuk dilakukan pada Naruto kembali buka suara.

"Bagaimana jika kita beri dia pelajaran?"

"Aku setuju. Apa bagusnya dia itu sampai semua orang suka tiap bersamanya"

"Tapi, apa yang akan kita lakukan?"

Perempuan berambut sebahu itu tersenyum sinis, lalu menjawab pertanyaan temannya dengan nada jahat, sama persis seperti pemeran-pemeran antagonis yang pernah diciptakan para sutradara di seantero dunia.

"Kita lihat saja nanti, hihihihi"

Tawa ala setan itu terdengar lagi, Naruto hanya mengernyitkan sebelah alisnya heran.

'Mungkin mereka sedang bercerita sesuatu yang menyenangkan.' Pikir Naruto polos sambil tersenyum pada dirinya sendiri.

.

Saat jam makan siang

Dikelilingi teman-teman yang juga ramah padanya, Naruto menikmati makan siangnya sambil mendengarkan cerita mereka, tertawa pelan saat mendengarkan cerita lucu teman-temannya. Siang ini Naruto semakin ceria karena berarti tak lama lagi ia bisa segera bertemu dengan keluarga kecilnya.

Kita kembali pada tiga anak perempuan yang tidak suka pada Naruto tadi. Mereka mengambil tempat duduk terjauh dari gerombolan Naruto. Si gadis dengan rambut sebahu tersenyum-senyum bahagia. Ia sudah menemukan cara untuk mengerjai si pirang seusai kegiatan sekolah berakhir.

"Jadi, apa rencanamu?"

"Hihihi, aku meminta bantuan para siswa yang naksir padanya dari sekolah sebelah untuk rencana itu"

"Kau serius?"

"Tentu saja aku serius. Akan kubuat dia malu untuk sekedar menghembuskan nafas agar ia segera enyah dari sini."

Kedua temannya saling pandang dan menggedikkan bahu, sedikit khawatir jika mereka terseret masalah serius nantinya hanya demi memberi si pirang pelajaran meski Naruto sendiri tak sekalipun membuat masalah dengan mereka.

Sementara disudut lain, sepasang mata tajam beriris hitam pekat mengawasi gerak gerik Naruto dibalik kacamatanya, mengaktifkan kamera ponselnya lagi-lagi mengabadikan setiap gerakan si gadis sambil sesekali menyesap kopi hitam dingin demi membasahi kerongkongannya yang selalu kering setiap melihat gadis kecil itu berada dalam jarak pandangnya.

Jam belajar sudah usai beberapa menit yang lalu, Naruto yang sedang terburu-buru pergi ke klub ektrakulikuler untuk meminta izin untuk tidak mengikuti acara hari sore itu dihadang ketiga anak perempuan yang tidak asing baginya.

"Naru-chan, bisa ikut kami sebentar?" kata gadis berambut panjang, sok ramah

"Eh? Maaf, saya sedang terburu-buru. Lain kali saja tidak apa kan?" balas Naruto ramah sambil tertawa manis. Ia benar-benar terburu-buru untuk bertemu keluarganya di ruang tamu asrama.

"Sebentar saja kok, ya? Boleh kan Naru-chan?" gadis berambut pendek memaksa.

"Urm, baiklah. Benar sebentar saja ya?" Naruto tersenyum lalu mengikuti mereka bertiga.

"Tentu, karena kami sangat butuh bantuanmu Naru-chan…." Jawab si gadis berkuncir kuda sambil lalu dan mengamit lengan kanan Naruto erat.

"…..untuk melakukan sesuatu yang akan membuatmu jera…" lanjut si gadis berambut pirang dengan suara selirih desiran angin dibelakangnya.

.

unyapuu unyapuu

.

Ruang Tamu Asrama Putri, 05:30 PM

"Nee-chan belum muncul juga ya? Padahal ini sudah jam 5 lewat."

Sang adik terus saja mengeluh karena kakak yang sangat dirindukannya tak kunjung muncul. Iruka hanya tersenyum sambil mengusap sayang pucuk kepala putra kecilnya.

"Mungkin sebentar lagi, nee-chan mungkin sedang sibuk"

"Hump."

Iruka tertawa pelan, ia tahu putranya merindukan Naruto sama seperti dirinya. Sudah tiga bulan lamanya mereka tidak bertemu muka karena mereka kini tinggal di negara berbeda dan Naruto sendiri tetap tinggal di jepang.

Tak lama kemudian, kepala sekolah Konoha yang terkenal karena ke-awetmuda-annya itu datang.

"Bocah itu belum datang juga?"

Tanyanya langsung tanpa basa basi.

"Belum Tsunade-sama" jawab Iruka

"Huh, kemana perginya anak itu?" sungutnya kesal.

"Kalian tidak apa menunggu sedikit lebih lama bukan? Aku sudah menyuruh Uchiha-sensei untuk mencarinya."

"Uchiha-sensei?" beo Iruka

"Ya, Uchiha-sensei. Karena dia selalu tahu kemanapun bocah itu pergi setiap aku mencarinya. Jadi aku langsung menyuruhnya mencari Naruto begitu aku tahu dia tak juga muncul disini padahal ini sudah lewat jam belajar." Cerocos Tsunade panjang lebar.

'Naruto, kau dimana nak?'

.

Diwaktu yang sama, Naruto yang sedang tidak sadar bahwa dirinya digiring menuju bahaya hanya bisa menanyakan hal yang sama kepada ketiga orang teman sekelasnya yang terus berjalan lurus ke arah gerbang belakang sekolah.

"Maaf teman-teman, apa kita belum sampai?"

"Oh, sabarlah sebentar Naru-chan. Kita hampir sampai."

Beberapa menit kemudian, setelah melewati gerbang belakang sekolah yang sudah terlebih dahulu dibobol paksa oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab, mereka sampai disebuah bangunan kosong yang jauh letaknya dari sekolah.

"Err, benar disini tempatnya teman-teman?"

Naruto ragu, perasaannya tiba-tiba tidak enak.

"Iya, benar. Teman kami ada didalam. Di benar-benar butuh bantuanmu, Naru-chan"

Si rambut pendek semakin memaksa kaki si pirang untuk melangkah.

Naruto benar-benar ingin berlari dari sana sekarang juga. Sirine tanda bahaya berbunyi keras di kepalanya.
Saat tiga gadis itu mengetahui bahwa Naruto sadar akan niat buruk mereka padanya. Mereka langsung menahan paksa tangan Naruto dan menutup bibir Naruto dengan tangan mereka. Bersamaan dengan itu, tujuh laki-laki seusianya datang mendekat. Seringai tak wajar untuk anak-anak seusia mereka terpampang jelas diwajah. Naruto semakin ketakutan.

Sedangkan sensei bermarga Uchiha itu berlari cepat dengan kecemasan diluar biasa. Meruntuki kelengahannya mengawasi pujaan hatinya yang kini dalam bahaya.

"Naru….."

Berharap dalam hatinya semoga dirinya tak terlambat.

.

unyapuu unyapuu

.

Tangan dan kaki Naruto diikat dengan tali-tali besar diatas tempat tidur lusuh di salah satu ruangan kosong yang kotor tak terawat. Tubuhnya meronta bak buaya terikat di udara. Bibir kecilnya tertutup lakban. Sekarang ia menyesal menjadi manusia naïf dengan pikiran positifnya.

Disekitarnya, para siswa itu memandangnya dengan tatapan kelaparan khas pemangsa. Tiga gadis yang tadi mengajaknya kemari hanya tertawa jahat kearahnya.

"Ah, aku hampir lupa."

Ujar gadis berambut pendek sambil mengeluarkan sebuag handy cam mini dari dalam tas sekolahnya.

"Kalian juga harus merekamnya. Ingat?"

Jelasnya dengan senyum senang.

"Ayo kita pergi sekarang. Dan kalian…"

Menggandeng tangan kedua temannya pergi, gadis berambut pendek itu tertawa-tawa.
"…..Selamat bersenang-senang. Besok, jangan lupa untuk menyerahkan handy cam nya padaku ya."

.

Sepeninggal tiga gadis itu, para siswa dengan emosi dan hasrat labilnya segera mendekati mangsanya. Berdebat sedikit tentang siapa yang berhak terlebih dulu mencicipi hidangan manis di hadapan mereka.
ketakutan Naruto kian menjadi-jadi. Saat beberapa tangan menyentuh permukaan kulitnya.

Matanya terpejam, segala macam rontaan telah ia lakukan. Berteriak ia tak bisa karena mulutnya tertutup lakban. Hanya satu hal yang kini bisa dilakukannya. Berharap ada orang datang menolongnya.
Sebuah tangan merenggut kalungnya paksa, terlepas begitu saja dari lehernya jatuh memantul di lantai kusam.

.

"Dengarkan aku, Naru. Jangan sekalipun melepas anting-anting dan kalung ini dalam keadaan apapun, mengerti? Kapanpun kau membutuhkanku, panggil namaku. Aku akan segera datang"

.

'Nii-sama, kau akan datang menolongku kan?'

Suara-suara gaduh terdengar jelas memantul-mantul di dinding bangunan kosong itu, dan lengkingan kesakitan mengalun pilu setelahnya.

.

To be continue…..

.

.

Author Curcol Curcol Room~

Salam kenal saya Maulidia Raa, ini fanfic pertama yang saya berani-beranikan publish. Hahaha
Idenya datang waktu saya pertama dengar lagunya Maroon 5 – Animals itu dan waktu liat video clip nya yang aduhai bikin mata saya segar *digeplak bakiak emak

Maaf karena ada adegan-adegan pasarannya, tapi itu murni muncul tiap saya putar lagunya. Saya nulis fanfic ini awal oktober 2014. Ditulis tangan di binder kesayangan unyapuu yang sudah bulukan. Baru diketik sekarang sambil nyolong-nyolong waktu mumpung saudara atau emak saya lagi g nonton saya tiap ndedepin komputer. Takut cuy, entar kelainan saya ini ketauan. Disitu kadang saya merasa sedih *tawa miris, yang lagi ngetrend di pesbuk

Saya bikin fanartnya juga di deviantart, bikin doujinnya cerita ini juga tapi masih ada di jalan raya.

.

Segitu aja, hehehe

Yang g keberatan, silahkan beri cerita ini review.

Untuk yang bersedia membaca, terimakasih ~