Title: Lycanthropes
Cast Pairing: KaiSoo! brothership!Hunsoo
Sub-cast: EXO other member
Author: Chang
Genre: AU, Fantasy & Romance
Length: Chaptered
Rating: NC+18
Disclaimer: FF ini asli buatan saya, hasil pemikiran saya dan tidak menjiplak hasil karya orang lain. Ide cerita seperti kebanyakan fanfiction lainnya yang bertemakan 'werewolf' tetapi jalan cerita sepenuhnya hasil pemikiran saya. Kejadian di cerita adalah AU dan Fantasy. FF ini mengandung unsur Male Slash Fic/YAOI/Boy x Boy/Shounen-ai. Gak suka jangan di baca!
Ps: Terima kasih kepada salah satu reader yang mengajukan saran dan ide cerita. Tanpanya fanfiction 'Lycanthropes' ini tidak akan pernah ada.
Pss: Chapter 1 ini belum ditandai rated-M! Tetapi seiring berlanjutnya chapter, rate akan terus meningkat!
Summary: Tidak ada pilihan lain selain menerima takdir bahwa keluarganya bukan bagian dari manusia normal kebanyakan. Namun siapa yang menyangka takdirnya itu malah mempertemukannya pada makhluk mengerikan itu. Ia takut dan ingin lari. Sampai sebuah petuah memaksanya untuk menjaga makhluk mengerikan itu.
It's Begin
Koper yang tidak terlalu besar itu sudah terisi penuh dengan pakaian-pakaian dan barang-barang perlengkapan lainnya. Tinggal mengangkat dan memasukannya ke bagasi mobil dan namja itu pun siap berangkat.
Do Kyungsoo – namja bermata bulat besar itu segera mengunci pintu rumah dan menyeret koper di tangannya menuju mobil yang sudah terparkir di depan gerbang. Jendela kaca mobil sedikit terbuka sehingga menampakkan sosok namja yang memiliki warna rambut blonde sedang sibuk mengetik sesuatu di smartphone miliknya. Kyungsoo mendengus menyadari bahwa namja di dalam mobil itu sudah mengganti warna rambutnya lagi.
'Padahal baru empat hari yang lalu rambutnya berwarna orange' batin Kyungsoo seraya menggeleng.
"Yak! Sehun! Bisa kau tolong aku mengangkat koper ini?" Kyungsoo berteriak sambil mengetuk kaca mobil di depannya.
Namja berambut blonde itu segera mengalihkan matanya dari benda persegi di tangannya. Mengeluarkan cengiran khasnya dan segera keluar dari dalam mobil.
"Maaf hyung. aku tidak sadar kau ada di sini. Sini ku bantu" kata Sehun sembari mengangkat koper milik Kyungsoo dan memasukkannya ke bagasi belakang mobil.
Namja bermata bulat itu mengikuti Sehun dari belakang bermaksud untuk memastikan dongsaeng-nya itu melakukan pekerjaannya dengan baik. Kyungsoo sangat tahu bahwa Sehun tidak jarang melakukan banyak kesalahan saat melakukan apa yang di suruhkan padanya. Entahlah, kadang Kyungsoo heran dari anggota keluarganya yang mana menurunkan sikap seperti itu pada Sehun. Padahal almarhum ayah dan ibu mereka selalu melakukan semua pekerjaan mereka dengan baik – setahu Kyungsoo. Hal tersebut bisa di lihat dari diri seorang Kyungsoo yang rajin, rapi, cekatan, tidak boros dan banyak hal lain yang bisa di banggakan.
"Kau seperti wanita saja, hyung. Kita hanya beberapa hari saja di sana tapi bawaanmu sampai sebanyak ini" ucap Sehun setelah selesai memasukan koper itu ke dalam bagasi.
Kyungsoo tidak tahan untuk memukul pelan kepala Sehun yang di balas pekik sakit dari si korban. Bagaimana pun tenaga Kyungsoo tidak bisa di anggap remeh. Ia seorang pria. Bukan wanita.
"Aku kan hanya bercanda, hyung. Sakit~~" Sehun masih sibuk mengusap-usap bekas pukulan hyung-nya itu.
"Makanya jangan mengoceh saja. Kau sendiri...mana barang-barangmu?"
Kyungsoo tidak melihat ada tas lain di bagasi itu selain miliknya. Belum mendapatkan jawaban, Sehun sudah menutup kembali bagasi mobilnya dan berjalan memasuki mobilnya. Mau tidak mau Kyungsoo pun ikut masuk ke kursi penumpang yang bersebelahan dengan Sehun.
"Kita akan menginap setidaknya tiga hari di tempat halmoni, Hun-ah dan kau tidak membawa pakaian gantimu?" Kyungsoo mengoceh saat mobil sudah berjalan meninggalkan rumah.
"Aku malas beres-beres, hyung. Lagi pula aku bisa meminjam darimu" jawab Sehun santai.
Kyungsoo kesal. "Yak! Ukuran baju kita jauh berbeda! Kalau pun bisa, aku tidak mau meminjamkannya padamu. Aku tidak suka pakaianku di pakai orang lain. Jorok!"
Sehun memutar bola matanya malas. Ia merutuki sifat clean-freak hyung-nya itu. Bahkan ia yang berstatus dongsaengnya itu tidak di perbolehkan menggunakan barang-barang milik Kyungsoo secara sembarangan. Pernah suatu kali Sehun mengabaikan hal itu dan berakhir dengan menemukan Kyungsoo menangis mengenaskan di kamar mandi. Hanya karena Sehun memakai underwear-nya saat itu. Sehun geleng-geleng kepala.
"Memangnya kekasihmu itu tidak mengurusimu saat kau akan berangkat? Ck, padahal dia hampir tiap hari menginap di apartemenmu. Apa saja yang kalian lakukan, eoh? Bahkan untuk mengemasi pakaianmu saja tidak sempat" Kyungsoo masih terus merengut kesal.
"Jangan bawa-bawa nama Luhan hyung. Aku memang tidak berencana membawa pakaianku selain yang sekarang ini ku pakai. Kau tahu kenapa, hyung?" Sehun menatap Kyungsoo dengan seringaiannya.
Kyungsoo balas menatap. Bingung dan penasaran terlihat jelas di wajah polos itu.
"Karena aku tahu kau pasti membawa pakaian ganti untukku hahaha" Sehun tertawa kencang tetapi dengan mata yang masih fokus ke jalan.
Namja bermata besar di sebelahnya memohon kekuatan hati untuk tidak kembali memukul kepala dongsaeng-nya itu. Sehun masih harus menyetir karena perjalanan masih jauh.
Ya. Kyungsoo memang membawa pakaian ganti untuk Sehun di dalam kopernya tadi. Itulah sebabnya tas itu penuh dan terasa berat saat di angkat. Ia tidak rela kalau pakaiannya nanti menjadi sasaran Sehun. Ia sengaja melakukannya karena Sehun pasti tidak mau repot-repot membawa barang-barang saat bepergian. Kyungsoo memang selalu menyediakan keperluan Sehun di rumah. Dongsaengnya itu terkadang akan menginap di rumah mereka beberapa hari sehingga apa pun yang di perlukan Sehun sudah tersedia semua.
"Aku benar kan, hyung?" tanya Sehun saat menyadari Kyungsoo belum mengeluarkan suara.
Kyungsoo melengos. Ia memilih mengalihkan wajahnya ke jendela di dekatnya. Membuka jendela tersebut dan ia bisa merasakan angin bertiup kencang menerpa wajahnya. Sehun tersenyum menyaksikan wajah damai Kyungsoo saat di tiup-tiup angin. Namja pemilik rambut blonde itu tahu kalau Kyungsoo sedang kesal tapi berupaya sabar dalam menghadapinya. Sehun bangga pada Kyungsoo. Bahkan dirinya akan cepat merajuk dan menyusahkan orang-orang terdekatnya kalau mengalami suasana hati yang buruk. Seperti suasana hati Kyungsoo saat ini contohnya. Tetapi namja mungil di sebelahnya bisa mengalihkan kekesalannya agar tidak terpancing marah.
.
.
.
Sehun dan Kyungsoo sedang beristirahat di sebuah tempat yang terlihat sepi karena memang ini sudah memasuki daerah pedalaman. Perjalanan ke tempat tujuan mereka tinggal sedikit lagi, tetapi mereka memilih menepi untuk beristirahat dan merenggangkan otot setelah empat jam duduk di dalam mobil. Mobil di parkirkan tidak jauh dari tempat mereka duduk. Pemandangan indah yang tersaji di depan mata membuat keduanya larut dalam keheningan dan menikmati udara segar. Lukisan hijau alam natural di sekitar mereka memang tiada duanya. Dua namja itu sedang duduk di atas rumput manis yang menutupi tanah.
"Hyung, menurutmu untuk apa halmoni menyuruh kita menemuinya?" Sehun yang pertama memecah keheningan di antara keduanya.
"Entahlah, Hun. Aku juga kaget saat menemukan Pony bertengger di balkon kamarku dan di paruhnya ada sebuah surat dari halmoni" kata Kyungsoo datar. Matanya masih fokus ke depan.
Pony – si burung hantu yang biasa mengantarkan kabar dari kediaman nenek Sehun dan Kyungsoo tinggal ke kota tempat kedua namja itu menjalani kehidupan normal mereka. Surat yang di bawa burung hantu tersebut berisikan permohonan sang nenek yang menyuruh kedua cucunya untuk datang berkunjung. Nenek Kyungsoo tidak memberikan alasan apapun mengenai itu. Isi suratnya singkat dengan tulisan sedikit berantakan – tidak seperti biasanya.
"Sudah lebih dari tiga tahun kita tidak mengunjungi halmoni. Aku sedikit merasa bersalah karena mengabaikannya akhir-akhir ini" suara Sehun terdengar lirih di telinga Kyungsoo.
"Apa? Apa kau merasakan sesuatu?" tanya Kyungsoo menatap dalam pada onyx Sehun.
Sehun tahu apa maksud pertanyaan Kyungsoo. Ia menghela nafasnya panjang. Ada sedikit jeda sebelum ia kembali berucap.
"Entahlah hyung. aku merasa halmoni akan segera pergi menyusul kedua orang tua kita. Tidak biasanya ia mengirimi kita kabar hanya supaya kita menemuinya selain hal-hal penting" kata Sehun sambil memainkan jemarinya.
Kyungsoo tercekat. Ia bukannya tidak mau percaya. Ia selalu percaya dan yakin akan apa pun yang Sehun rasakan. Sehun memiliki firasat yang sampai saat ini selalu terbukti benar. Termasuk saat merasakan firasat buruk dan hal itu berakhir dengan kabar meninggalnya orang tua mereka saat dalam perjalanan di hutan. Tubuh kedua orang tua mereka terbujur mengenaskan dengan luka gigitan binatang buas dan banyaknya darah melumuri tubuh pasangan itu.
Kyungsoo mulai terisak saat mengenang masa lalu yang tragis itu. "Hun-ah, bilang padaku kau hanya hiks...bercanda"
Sehun menoleh. Ia bisa melihat wajah tampan – ah tidak! Lebih dominan cantik hyung-nya itu berderai air mata. Hanya dengan satu gerakan dan Kyungsoo sudah berada di dalam rengkuhannya. Membiarkan T-shirtnya basah oleh air mata Kyungsoo.
"Aku juga tidak mau kalau halmoni meninggalkan kita, hyung. Hanya halmoni satu-satunya keluarga kita yang tersisa" ucap Sehun sangat pelan namun masih bisa di dengar Kyungsoo.
"Aku benci kita di takdirkan seperti ini. Kenapa kita tidak lahir seperti manusia normal lainnya? Hiks...aku...aku – "
"Sshhhh...sudahlah hyung. Lagi pula kita masih bisa hidup normal kan bersama manusia? Ya, meskipun kita sedikit berbeda dengan manusia-manusia itu. Kau tidak perlu takut, hyung. Ada aku yang akan menjagamu" ucap Kyungsoo berusaha menenangkan Kyungsoo.
Selanjutnya hanya suara isakan yang Sehun dengar. Ia biarkan hyung-nya itu puas menumpahkan sesak di dadanya. Kepala Kyungsoo sudah menyandar di bahu kekarnya. Keheningan yang hanya di temani suara isakan Kyungsoo mengantarkannya pada ingatan masa lalu.
Menurut penjelasan kedua orang tua mereka, Sehun dan Kyungsoo akhirnya menyadari mereka bukan seperti manusia normal lainnya. Mereka adalah keturunan penyihir. Dunia mereka mengetahui kehebatan sihir yang di miliki oleh kedua orang tua mereka – Do Galadriel dan Do Marie. Kehebatan pasangan suami istri tersebut semakin tersebar ke seluruh pelosok saat pasangan ini berhasil menggunakan sihir baru mereka untuk menghukum satu keluarga yang memang berniat jahat saat itu. Oleh karena itu, banyak yang memuja kehebatan pasangan itu – dunia penyihir dan juga dunia siluman binatang yang saat itu memang berhubungan baik dengan penyihir-penyihir. Saat itu pasangan Galadriel dan Marie sudah memiliki dua putra yang masih kecil. Kebahagian pasangan itu tidak terasa sepenuhnya saat menyadari bahwa kekuatan sihir yang mereka miliki tidak turun kepada anak-anak mereka. Bahkan saat pasangan itu mengajarkan banyak ilmu-ilmu sihir, kedua anak mereka seolah menolaknya.
Akhirnya pasangan itu menyadari bahwa klan penyihir keluarga mereka akan segera punah dan hilang. Sehun dan Kyungsoo adalah klan terakhir. Namun, setidaknya Sehun memiliki kekuatan meskipun tidak sehebat sihir orang tuanya dan penyihir-penyihir lainnya. Sehun harus puas dengan kekuatan firasat dan ototnya. Siapa yang menyangka ia sanggup mengangkat sebuah mobil. Tetapi hanya Sehun dan Kyungsoo saja yang mengetahui hal tersebut. Sedangkan Kyungsoo harus rela bahwa ia tidak di anugerahi kekuatan serupa dengan Sehun. Itulah sebabnya kedua orang tua itu membawa mereka ke kota dan meninggalkan hutan tempat mereka tinggal demi alasan keselamatan. Sehun dan Kyungsoo tidak mungkin sanggup menyaingi kekuatan supernatural penyihir dan siluman lainnya. Kedua anak itu di beri tempat tinggal yang layak dan segala fasilitasnya. Mengajarkan mereka cara hidup normal seperti manusia pada umumnya. Bersykurlah, karena Sehun dan Kyungsoo yang saat itu sudah menginjak masa remaja sudah terbiasa dengan lingkungan manusia. Orang tua mereka bisa meninggalkan mereka tanpa rasa was-was lagi.
Belum genap sehari kedua remaja itu di tinggal pergi orang tua mereka yang memang harus kembali ke tempat asal, Sehun dan Kyungsoo harus tegar menerima kabar melalui Pony – atas suruhan halmoninya bahwa pasangan itu sudah tewas karena serangan binatang buas. Tanpa berlama-lama, Sehun dan Kyungsoo segera melesat untuk memberikan penghormatan terakhir pada orang tua mereka yang terkasih. Sehun bisa tegar bahkan terlalu tegar hanya demi Kyungsoo yang sepertinya sudah kehilangan semangat hidup. Menemaninya, menyediakan semua kebutuhannya, bahkan Sehun harus rela menahan rasa bosannya di rumah hanya demi menjaga Kyungsoo agar tidak melakukan hal-hal yang tidak di inginkan. Depresi sangat berbahaya apabila si penderita tidak di dampingi oleh seseorang. Untung saja hal itu tidak berlangsung lama dan mereka pun hidup dengan baik sampai sekarang.
Sehun tersadar dari lamunannya saat merasakan kepala Kyungsoo terkulai lemas dan jatuh pada pangkuannya. Namja bertubuh mungil itu sudah tertidur pulas – kebiasaannya setelah menangis. Sehun melirik jam tangannya. Mereka harus sampai sebelum hari gelap. Ia segera mengangkat tubuh ringan Kyungsoo ke dalam mobil. Mobil itu pun kembali meluncur menuju ke tempat tujuan mereka. Langit berwarna orange – tanda bahwa sore mulai beranjak.
.
.
.
"Hyung, bangun..." Sehun mengguncang bahu namja mungil yang sadari tadi tertidur.
Kyungsoo melenguh saat merasa tidurnya terusik. Beberapa kali merasakan guncangan pada tubuhnya dan suara yang memanggilnya, Kyungsoo pun terbangun sembari mengucek mata besarnya yang masih terasa berat. Sehun tidak pernah bisa menahan kekehannya saat memandang tingkah menggemaskan hyung-nya itu saat baru bangun tidur.
"Ayo hyung. Kita sudah sampai dan harus segera sampai ke rumah halmoni sebelum gelap" Sehun mulai sibuk melepas set-belt miliknya dan Kyungsoo.
Kyungsoo mengerang. Ya. Ia tahu kalau perjalanannya mereka belum tuntas. Masih ada hutan yang harus mereka lewati. Tentunya harus berjalan kaki. Mobil tidak bisa masuk dan terpaksa ditinggalkan di pinggir jalan yang sepi. Tidak perlu khawatir akan kehilangan mobil, karena mereka tahu bahwa tempat ini tidak terjamah manusia. Hanya kalangan merekalah yang tahu tempat ini. Kyungsoo pun mengikuti jejak Sehun yang sudah keluar dari mobil menuju bagasi. Setelah menunggu Sehun selesai dengan urusan mobilnya, mereka pun melangkah bersama masuk ke dalam hutan.
Hutan yang di kenal dengan nama Endor West ini terlihat gelap namun jalan masih terlihat karena hari matahari sore masih bersinar. Meskipun cahaya tersebut sedikit terhalang akibat dedaunan pohon-pohon yang sangat lebat. Sehun menggenggam erat tangan Kyungsoo dan sebelahnya lagi menyeret koper mereka. Perjalanan terasa hening karena mereka sibuk mengatur langkah agar tidak terjerat oleh semak belukar yang menjalar di tanah. Suara-suara binatang hutan sesekali terdengar ke telinga keduanya. Pohon-pohon besar yang menjulang beserta akar-akarnya yang mencuat keluar dari tanah menambah suasana suram. Sesekali Sehun harus mengangkat koper tersebut karena beberapa ranting bahkan batang pohon menghalangi jalan mereka. Meskipun bagi manusia kebanyakan hutan ini terlihat seram dan menakutkan, hal tersebut tidak berlaku pada Sehun. Ia sudah terbiasa karena dulunya ini memang tempat tinggalnya, bukan? Berbeda dengan Kyungsoo. Namja mungil itu memang tidak takut. Hanya saja ia benci tempat ini – Tempat dimana orang tuanya merengang nyawa. Namun tidak bisa ia pungkiri bahwa tempat ini meskipun terlihat seram, pemandanga di beberapa titik mampu menarik perhatiannya. Lihatlah! Mata besar itu tertuju pada kupu-kupu hutan berwarna-warni yang hinggap di beberapa pucuk daun-daun di hutan tersebut. Ia jadi teringat masa-masa kecilnya di sini saat bermain dengan kupu-kupu yang sepertinya senang hinggap di tangan mungilnya.
Bunyi sesuatu yang terjatuh membuat mata Sehun terbelalak kaget. Sesuatu yang jatuh itu tidak lain adalah tubuh Kyungsoo. Namja mungil itu sepertinya tersandung sesuatu. Untung saja Sehun memeganginya tadi sehingga Kyungsoo tidak perlu mencium bau tanah dibawahnya. Tubuhnya sedikit di tahan oleh lengan kuat Sehun.
"Aigoo...hyung! Makanya jalan hati-hati!" histeris Sehun sambil mengangkat tubuh Kyungsoo agar kembali berdiri.
"Sakit~~"
Kyungsoo meringis. Lututnya lecet karena tergores semak-semak duri. Meskipun hanya luka kecil tetapi itu terasa perih.
"Naik" tanpa berpikir Sehun langsung berjongkok di depan Kyungsoo yang memegangi lututnya.
"Gomawo Sehunie~~~" Kyungsoo berbinar-binar saat tawaran itu di ajukan. Bahkan ia melupakan sejenak rasa sakit barusan. 'Kenapa tidak dari tadi saja' batinnya.
Jadilah Sehun yang menggendong tubuh Kyungsoo dan mengangkat koper mereka sambil melanjutkan perjalanan. Lelah? Tentu tidak. Ingat kalau Sehun bahkan sanggup mengangkat mobil?
.
.
.
Sehun menatap satu-satunya rumah di depannya. Rumah itu tidak terlalu besar. Tidak berdinding beton seperti apartemennya di Seoul. Atapnya tidak berupa genteng seperti rumah-rumah di perkotaan. Rumah itu hanya berdindingkan kayu dan atapnya berbahan anyaman daun-daun pohon kelapa yang di rangkai menjadi pelindung rumah itu dari panas matahari dan hujan. Sehun tersenyum menyaksikan rumah itu tidak berubah sedikit pun. Masih sama seperti saat tiga tahun mereka tinggalkan. Ia menghela nafasnya dan sedikit melirik ke namja mungil yang kini sudah tertidur lagi di gendongannya. Kepalanya kini sudah terkulai di bahu kanan namja itu.
"Kyungsoo...Sehun...? Kaliankah itu?" suara lemah dari dalam terdengar dan sedetik kemudian pintu kayu usang tersebut terbuka. Sosok wanita tua yang sedikit bungkuk tersenyum hangat ke arah Sehun.
"Annyeong halmoni...baru saja aku ingin mengetuk" Sehun sedikit sulit membungkuk karena beban di belakangnya.
"Masuklah sayang. Aku sudah menunggu cucu-cucuku dari tadi. Untung hari belum benar-benar gelap saat kalian sampai. Akan terasa sulit berjalan di hutan saat malam hari. Aigooo...dasar tukang tidur ini. Ayo letakkan dia di sini" sosok wanita tua bernama Lee Bedewil itu tidak henti-hentinya berucap sementara Sehun mengangguk dan meletakkan tubuh Kyungsoo ke tempat tidur yang sangat sederhana di dalam rumah itu.
"Kakinya terluka?!" tanya Lee saat mata rabunnya melihat lutut Kyungsoo yang berdarah.
"Ne, halmoni. Dia tadi terjatuh di tengah hutan"
"Tunggu aku ambilkan air dan obat" lalu sosok itu pun menghilang di balik dinding kayu yang membatasi ruang depan dan dapur.
Sehun menghembuskan nafasnya lega. Ia akhirnya menginjakkan kakinya lagi di rumah sederhana ini. Meskipun tidak semewah rumah yang orang tuanya berikan di kota, tetapi Sehun selalu merasakan kedamaian saat berada di rumah ini. Kedamaian hati yang tidak akan ia dapatkan dimana pun.
Tidak lama kemudian, nenek Lee datang membawa baskom berisi air dan kain kecil di dalamnya beserta sebuah botol berisi ramuan obat. Sehun berpikir itu sejenis minyak penyembuh luka. Karena dulu ibunya pernah mengoleskan minyak itu ke lukanya dan juga Kyungsoo.
Sehun memperhatikan saja neneknya yang lihai dalam membersihkan dan mengobati luka di lutut Kyungsoo. Ia sedikit mengernyit saat melihat bahwa Kyungsoo bahkan tak terganggu dan terbangun saat luka itu di sentuh. Padahal sebelumnya namja kecil itu meringis kesakitan sambil memegangi lututnya.
'Sejak kapan dia hobi tidur?' batin Sehun.
"Kau mau mandi dulu? Aku akan menyiapkan makan malam untuk kalian" kata nenek Lee setelah selesai dengan kegiatannya.
"Ya, sebentar lagi. Tapi, halmoni tidak apa-apa kan?" tanya Sehun.
Ia pikir firasatnya benar kalau neneknya ini akan pergi meninggalkan mereka. Tetapi sepertinya wanita yang menjadi ibu dari ayahnya itu tetap dalam keadaan sehat dan segar. Tidak menunjukkan tanda-tanda sedang sakit.
Nenek Lee mengernyit bingung.
"Maksudku, halmoni menyuruh kami datang pasti karena ada sesuatu" ucap Sehun memperjelas kata-katanya.
"Apa salah kalau aku merindukan cucu-cucuku, eum?" kata nenek Lee sembari tersenyum lembut.
"Eoh? Tentu saja tidak! Aku dan Kyungsoo hyung juga merindukanmu halmoni. Sangat" ucap Sehun dan memeluk tubuh renta itu. Sangat hangat. Persis saat ia memeluk ibunya dulu. Sehun jadi merindukan sosok ibunya.
Nenek Lee balas memeluk erat tubuh Sehun. Mengusap punggung itu dan tersenyum saat menyadari cucunya itu telah tumbuh dengan baik. Lihatlah, bahkan ia sedikit berjinjit untuk mengecup kening namja berambut blonde itu.
"Kau seperti ayahmu. Tinggi dan tampan. Tapi apa yang kau lakukan pada rambutmu? Warnanya aneh" nenek Lee mengusak surai blonde Sehun.
Sehun tertawa lepas. Tangannya yang berwarna putih susu itu menangkup wajah neneknya. "Ini sedang populer di kota, halmoni"
"Ah! Aku suka pelukan hangat halmoni. Pelukanmu sama seperti pelukan eomma" sambung Sehun kemudian.
Mereka tidak bisa menahan cairan kristal yang memaksa keluar dari mata keduanya. Sekali lagi mereka saling memeluk hangat.
.
.
.
"Halmoniiiiiiii~~~"
Pagi yang cerah di sebuah rumah yang berada di tengah hutan itu dikejutkan dengan teriakan melengking milik Kyungsoo. Sehun yang sedang berada di luar untuk membasuh wajahnya di sungai dekat rumah sedikit tersentak. Ia merutuk kesal dan kembali membasuh wajahnya.
Kyungsoo memeluk leher neneknya yang sedang sibuk mengiris sayuran sambil duduk. Namja mungil itu sedikit terkejut saat membuka mata dan pertama kali yang menyambutnya adalah atap usang dan kerasnya papan tempat ia tertidur semalam. Saat ia kembali sadar sepenuhnya, ia tersentak dan segera mencari keberadaan pemilik rumah.
"Halmoni~~aku merindukanmu~~" rengek Kyungsoo manja masih memeluk neneknya dari belakang.
"Kyung~~duduklah terlebih dulu. Aku tidak bisa mengiris sayuran ini kalau kau memelukku seperti ini"
Kyungsoo pun langusung mematuhi ucapan neneknya itu. Ia terlihat berbinar menyaksikan bahwa neneknya masih segar bugar. Kekhawatirannya hilang seketika. Ia bisa bernafas lega. Setidaknya ia belum mau kehilangan anggota keluarganya lagi dalam waktu secepat ini.
"Sepertinya tidurmu sangat nyenyak. Kau sangat susah dibangunkan tadi malam untuk makan malam. Kau pasti lapar sekarang"
Kyungsoo mengangguk semangat. Perutnya memang dari tadi meronta minta di isi oleh makanan. Ia mulai beranjak ke arah tungku tidak jauh dari meja makan itu.
"Aku bantu ya, halmoni?"
"Terima kasih, Kyung. Pasti kita akan makan enak hari ini. Tapi cuci dulu wajahmu agar terlihat segar" ucap nenek Lee senang.
"Ne!" Kyungsoo langsung melesat keluar menuju sungai. Rumah ini memang tidak memiliki kamar mandi.
Lee Bedewil tahu sosok Kyungsoo adalah sosok namja yang lembut, rajin dan ramah pada orang-orang. Namun ia juga tahu bakat yang di miliki seorang Kyungsoo tidak bisa di anggap remeh. Ia jago dalam hal memasak. Masakannya tidak pernah mengecewakan.
.
.
.
Kyungsoo memilih keluar dari pintu belakang rumah sehingga ia harus berjalan keliling untuk mencapai sungai dekat rumah. Lingkungan rumah neneknya sangat bersih dan rapi meski berada di hutan sekalipun. Tidak ada rumput liar di pekarangannya. Pagar pembatas yang terbuat dari bambu mengelilingi rumah. Ada juga beberapa tumbuhan bunga yang menghiasi tanah-tanah subur di pekarangan samping. Tetapi perhatian namja mungil itu lebih besar pada sesuatu yang tidak jauh di belakang pekarang rumah neneknya itu. Mata bulatnya mengarah pada sebuah – tidak bisa di katakan sebuah rumah meskipun memiliki pintu – kotak berbentuk persegi yang lumayan besar. Pintunya terkunci dari luar. Ada gembok besar dan sebuah rantai menahan pintu itu agar tidak terbuka. Penasaran, kaki mungil itu perlahan melangkah mendekati kotak besar yang terbuat dari bahan papan.
"Hyung! kau sedang apa di situ?!"
Kyungsoo tersentak kaget. Ia otomatis langsung berbalik dan mendekati sosok Sehun.
"Tidak sedang apa-apa. Hanya penasaran apa yang ada di dalam kotak kayu besar itu" ucap Kyungsoo dengan tangan menunjuk pada kotak di sana.
Sehun ikut menatap ke kotak yang ditunjuk Kyungsoo. Ia hanya balas mengedikkan bahunya tanda tak peduli. Mungkin isinya binatang ternak neneknya. Bisa jadi. Hal itu biasa di tempat seperti ini.
"Sudahlah. Sana cuci wajahmu dulu, hyung. Kau terlihat mengerikan dengan kotoran mata itu" Sehun mengucapkannya seolah jijik pada sosok mungil di depannya.
"Ya!"
Kyungsoo baru saja akan memukul Sehun tetapi namja itu sudah berlari masuk sambil tertawa keras. Kyungsoo hanya bisa mendengus kesal dan memilih berjalan ke arah sungai. Dari sini sungai itu sudah terlihat. Dekat bukan? Kyungsoo tidak suka kalau harus masuk hutan lebih dalam. Ia melangkah riang sambil menghirup udara pagi yang terasa segar tanpa menyadari sesosok mahkluk yang menatapnya dari tadi.
.
.
.
Seharian ini Kyungsoo hanya menemani sang nenek di rumah sedangkan Sehun katanya ingin menjelajahi hutan. Nenek Lee mengizinkan asalkan Sehun tidak masuk terlalu jauh. Sekarang di sinilah Kyungsoo dan neneknya, mengobrol bersama, terkadang mereka tertawa bersama sambil memupuk tanaman-tanaman yang ada di pekarangan rumah. Kyungsoo mengurus bunga-bunga sementara sang nenek dengan tumbuhan obat-obatan yang terlihat aneh di mata Kyugsoo. Bentuk tumbuhan itu berbeda dengan tumbuhan hutan lainnya.
Kyungsoo terlihat asyik menatap hasil kerjanya. Ia sudah menggemburkan tanah dan menambahkan pupuk. Menyiram bunga tersebut dengan air yang cukup. Bibirnya tak berhenti tersenyum saat tangannya menyentuh kelopak bunga mawar merah yang merekah. Tangan kecilnya berniat akan mengumpulkan semua peralatan yang sedikit berserak di sekitarnya. Sepertinya ia akan kembali ke rumah saja untuk menyiapkan makan malam nanti.
"Kau sudah selesai?"
"Ne, halmoni. Aku akan memasak saja" jawab Kyungsoo masih sibuk dengan mengumpulkan peralatan yang di pakainya bersama sang nenek.
"Baiklah, aku akan pergi mencari Sehun. Sudah sore tapi kenapa dia belum pulang" nenek Lee terlihat cemas saat menyadari perputaran waktu yang tidak terasa sudah mulai sore.
"Jangan khawatir, halmoni. Sehun selalu bisa menjaga dirinya" jawab Kyungsoo tersenyum meyakinkan.
Sang nenek balas tersenyum. "Tapi aku akan tetap mencarinya. Kau tidak apa kan kalau di tinggal sebentar?"
"Tidak masalah, halmoni. Hati-hati. Aku masuk dulu, ne"
.
.
.
Hari semakin gelap. Makanan sudah sedari tadi tersaji di meja makan tetapi belum satupun ada yang di sentuh. Mata Kyungsoo tak bosan-bosannya menatap pintu depan berharap dua sosok yang di tunggunya segera memunculkan diri. Sedikit rasa khawatir terbersit di hatinya. Di tengah rasa khawatirnya itulah, Kyungsoo terperanjat saat mendengar lolongan melengking. Ia mengikuti sumber suara dan mendapati dirinya sudah berdiri di dekat kota kayu besar itu lagi.
'Aku yakin suara tadi berasal dari sini' batinnya.
Ditengah rasa takutnya, Kyungsoo mendekati kotak kayu tersebut dan sedikit mengintip ke dalam melalui sela-sela kayu.
Gelap.
Ia tidak bisa melihat apa pun di dalam. Akhirnya ia menyerah dan memilih kembali masuk rumah.
'Grrrrrrrh'
Kyungsoo berhenti melangkah. Matanya terbelalak. Ia kembali berbalik dan matanya dengan jelas menyaksikan kotak besar itu sedikit terguncang. Dengan langkah bergetar, Kyungsoo memberanikan diri kembali mendekat. Rasa penasarannya terlalu besar. Ia mencari bagaimana caranya membuka pintu yang sedang di gembok dengan rantai kecil di hadapannya. Mata besar itu menemukan kunci yang tergantung tidak jauh dari kotak kayu tersebut. Kyungsoo berpikir kemungkinan besar itu adalah kunci dari kotak kayu tersebut. Perlahan tangannya mulai membuka pintu dengan sangat hati-hati.
Suara pintu berderak tanda terbuka. Masih terlihat gelap. Tidak ada cahaya apapun yang menerangi. Suasana gelap hutan menambah kesan suram namun beruntung cahaya bulan sedikit memberikan penerangan sehingga Kyungsoo tidak memerlukan senter saat ini. Lagi pula ia tidak yakin di rumah neneknya ada benda yang namanya senter. Kyungsoo bergidik ngeri saat merasakan sesosok mengerikan yang rupanya bahkan tidak jelas sedang menatapnya tajam. Kedua bola mata berwarna merah itu terlihat bersinar di tempat gelap. Kyungsoo heran kenapa ia bahkan tidak pingsan saat itu juga. Saat menyaksikan makhluk mengerikan di depannya.
Kyungsoo mundur teratur saat mendengar geraman makhluk itu semakin jelas. Kepanikan menyerangnya hingga tidak sadar bahwa ia menginjak batu sehingga ia tersandung dan jatuh tepat di ambang pintu kayu tersebut. Makhluk itu mengira jiwanya terancam. Makhluk itu keluar secepat kilat dan menyambar tubuh mungil Kyungsoo hingga terlentang sempurna.
"AAAAAAAAAAAARRRGHHHH!"
Kyungsoo merasakan rasa panas luar biasa pada bahu dan lehernya. Rasa panas akibat bahunya yang robek dan lehernya yang terasa tertancap paku. Segera bau anyir merebak ke indra penciumannya. Namja mungil itu tidak bisa bergerak. Seolah tubuh itu lumpuh dan tidak bisa bergerak semili meter pun. Bahkan ia tidak bisa melihat jelas mahkluk apa yang sedang menindihnya tersebut. Syaraf-syaraf di otak dan tubuhnya tidak bekerja.
'Apa ini akhir hidupku? Appa...eomma...mianhae. aku – "
Tiba-tiba makhluk di atas Kyungsoo terpental dan menabrak kotak kayu besar di belakangnya. Entah apa yang membuatnya bisa terpental seperti itu, Kyungsoo tidak sanggup memikirkannya sampai ia merasa tubuhnya di angkat seseorang.
'Sehun...'
Selanjutnya Kyungsoo mendengar neneknya menjerit histeris dan meneriakan satu nama yang terdengar asing di telinganya. Samar-samar. Kesadaran Kyungsoo mulai menipis.
'Ka – Kai?...Apa tadi halmoni menyebut nama Kai? Siapa dia? Makhluk apa tadi itu?'
.
.
.
.
.
To Be Continued
Author note: Annyeong...untuk chapter ini masih tahap awal pengenalan jadi lebih banyak menceritakan latar belakang dulu. Tapi di chapter-chapter selanjutnya akan lebih fokus ke cerita inti. Rating akan semakin meningkat di setiap chapternya!
#HappyKaiSooDay
