Design My Love
Chapter 1
At the beginning
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing : SasuHina
Rated : T
Sasuke's POV
"Nomor ini jawabannya …" Kudengar suara samar-samar seseorang yang tampaknya sedang berbisik-bisik. Suasana yang ramai pelan-pelan memasuki telingaku yang sepertinya masih setengah sadar. Kepalaku terasa sedikit pening akibat terlalu lama menundukkan kepala. Kurasakan sesuatu yang basah dan agak sedikit kental mengalir melalui sudut bibirku.
Eh…! Tunggu dulu, basah dan sedikit kental ? Jangan-jangan….!
Kuangkat kepalaku dengan tiba-tiba sambil menyeka 'sesuatu' tersebut dari sudut bibirku.
Sialan…! Aku ngiler saat tertidur di kelas waktu ulangan matematika. Kuedarkan pandanganku untuk mengawasi adakah orang yang menyaksikan kejadian tidak elit tadi. Tampaknya tidak ada yang menyadari kalo aku tadi benar-benar ngiler saat tertidur di atas bangkuku.
Kuangkat kertas ulanganku yang sudah hamper penuh dengan hitungan rumit yang bahkan aku sendiri tidak bisa membacanya. Tapi, yang penting kan aku sudah selesai sejak empat puluh lima menit yang lalu, jadi apa salahnya aku tertidur kan ? Ku cek kembali kertas ulanganku untuk mengetahui adakah yang salah tulis disana. Tapi, sebenernya juga untuk mengetahui apakah ilerku tadi menempel di kertas tersebut.
"Rupanya gak berbekas" Gumamku pelan sambil mengembalikan kertas tersebut diatas mejaku dengan hembusan nafas lega. Kalo sampai ada yang tahu kalo aku ngiler di kelas, image ke-cool-anku bakalan turun sampai derajat terendah, bahkan bisa jadi minus.
"Kikikikikik….!" Terdengar suara kikikan pelan dari arah kiriku. Kuputar kepalaku untuk melihat kearah cowok dengan rambut berwarna kuning jabrik yang tampaknya sedang terkikik geli sambil berusaha mati-matian untuk menyalin jawaban dari kertas yang berhasil dicomotnya dari gadis yang duduk di depannya.
"Cepat, Naruto…! Waktunya sudah mulai habis nih" Dengus seorang cewek dengan rambut pink layaknya permen karet yang tampaknya mulai tidak sabar menunggu kertas ulangannya untuk dikembalikan. Aku hanya menatap mereka berdua dengan heran, terutama pada cowok yang bernama Naruto itu. Jangan-jangan dia melihat kejadian tidak elit itu.
"Sudah, Sakura-chan" Kata Naruto dengan nada riang sambil menyerahkan kertas ulangan milik cewek tersebut. Berbeda dengan kertasku yang tampak rumit dan awut-awutan, kertas ulangan milik Sakura terkesan rapi dan lebih mudah untuk dibaca. Mungkin karena itu si duren busuk ini gak mau nyontek dari aku. Soalnya, baca tulisanku lebih susah ketimbang ngerjain soal itu sendiri.
"Bbbfftthh…!" Tampaknya bocah berambut kuning jabrik ini masih berusaha untuk menahan tawa. Hal ini tentunya membuatku penasaran.
"Ngapain kau, dobe ?" Tanyaku dengan nada datar. Padahal aslinya, aku sudah berharap agar dia tidak ngomongin soal iler tadi.
"Aku cuma geli liat ekspresimu saat bangun tidur tadi" Dan akhirnya, bom tawa dari Naruto sukses meledak ditengah ributnya kelas yang tampaknya masih sibuk mencari contekan. Soalnya waktunya tinggal beberapa menit lagi, dan kebetulan guru matematika yang terkenal killer itu sedang keluar menuju toilet (disantet sama muridnya mungkin).
"Diam…! Dobe" Kataku memperingatkan naruto agar tidak keras-keras saat menyebutkan hal tersebut. Aku pun kembali menundukkan kepalaku dengan perasaan malas dan malu.
Tampaknya tadi malam aku terlalu lama dalam bermain laptop sampai-sampai aku tertidur dengan sangat pulasnya (sampai ileran pula) di kelas.
"Ssssttt…! Anko-sensei datang" Kata seorang anak dengan tato taring dipipinya sambil langsung duduk tenang. Dan dengan ajaibnya, kelas yang semula rebut kayak pasar malam baru buka, sekarang menjadi sunyi senyap kayak kuburan yang baru saja ditutup (saking angkernya kali).
"Maaf, tadi saya benar-benar kebelet sekali. Sudah selesai kan ? Cepat segera kumpulkan ke meja depan. Dan ingat…! Kumpulkan dengan tenang" Nah…! Ini nih penyebab kuburan di tutup. Guru paling killer dan paling ditakuti di seluruh SMA Konohagakure.
Seorang anak dengan rambut coklat panjang segera berdiri dari tempat duduknya yang berada di pojok depan. Dia pun segera berkeliling untuk mengumpulkan kertas ulangan yang kebanyakan masih terisi separuhnya. Memang sih, kuakui kalo ulangan matematika kali ini beneran sulit, tapi yah…! Aku hanya butuh beberapa menit saja untuk menyelesaikan semuanya..
Nguiiiiinnngggg…! Nguinggggg…!
Suara sirine yang sangat kukenal tiba-tiba saja memasuki saluran telinga dan kemudian menggetarkan gendang telingaku. Mataku membulat seketika mendengar sirine tersebut dan kemudian tubuhku meresponnya dengan cepat, bahkan sampai-sampai aku tak sadar kalo aku sudah mengambil hapeku dan kemudian melihat layar untuk memeriksa siapa yang menelepon saat ini.
Yah…! Hapeku ku set untuk berbunyi setiap kali ada yang telepon dan bunyinya adalah sirine tersebut. Tapi, tampaknya kali ini bukan saat yang tepat untuk seseorang itu menelepon karena sekarang aku sadar bahwa aku sudah di tatap dengan tajam oleh sepasang mata berwarna kecoklatan beserta puluhan pasang mata lain yang bernada mengejek.
"Uchiha Sasuke, siapa yang sms kau barusan ?" Tanya sensei dengan rambut ungu tersebut disertai dengan tatapan mata yang tajam. Suasana saat itu sunyi senyap tanpa ada sepatah kata pun keluar dari mulut kami masing-masing. Bahkan cowok berambut coklat yang biasa dipanggil Neji itu pun berhenti mengumpulkan kertas ulangan untuk menatapku dengan mata lavender miliknya.
"Seseorang meneleponku, bukan sms" Kataku berusaha tetap tenang dan menjawab dengan jujur. Namun, ketika kulihat siapa yang meneleponku didalam catatan panggilan, ternyata hidden ID.
"Coba ku cek hapemu" Kata Anko-sensei sambil membentangkan telapak tangannya. Aku pun berdiri dan kemudian menyerahkan hape berwarna kemerahan tersebut kepada Anko-sensei.
"Neji, cepat kumpulkan kertas ulangan teman-temanmu dan bawa ke ruangan saya. Dan Sasuke, kamu bisa mengambil hapemu diruangan saya sepulang sekolah nanti" Titah Anko-sensei sambil berjalan keluar kelas. Huh…! Sombong sekali dia, mengajar muridnya tanpa membawa buku sama sekali seolah dia sudah benar-benar hafal dengan materi tersebut. Padahal cara penyampaiannya juga ada beberapa kesalahan, tapi ditegor malah tidak mau. Dasar…!
Aku pun berjalan kembali ke tempat dudukku dengan tanpa ekspresi yang jelas agar stay cool dan juga tidak menampakkan adanya kekhawatiran diwajahku. Apa yang harus dikhawatirkan, toh didalam hapeku tak ada sms yang mencurigakan. Isi kartu memorinya juga gak ada yang mencurigakan, palingan cuman gambar doang dan beberapa music gak jelas. Apa yang perlu dikhawatirkan ?
"Syukurin lu, Teme" kata dobe sambil melihatku dengan tampang kasihan dan kemudian dia sukses ngakak gila-gilaan. Sialan juga nih duren busuk, belum pernah tau rasanya dimasukin mesin cuci ya ?
"Bukan hari keberuntunganmu, nak" Kata dobe sambil menepuk pundakku layaknya aku adalah anak kecil. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku men]lihat tingkah laku duren yang satu ini.
-0-
"Permisi, Anko-sensei" Kataku dengan nada sopan ketika aku telah berada didepan pintu ruang guru sambil melihat apakah Anko-sensei berada di mejanya yang berada di pojok depan ruangan guru tersebut. Guru berrambut violet itu telah mengenakan kacamata plusnya dan memeriksa semua kertas ulangan yang tadi telah dikumpulkan oleh Neji.
"Masuklah, Sasuke" Jawabnya tanpa menoleh sedikitpun kearahku. Tampaknya tumpukan kertas yang ada didepannya merupakan tumpukan kertas ulangan yang sudah dikoreksi. Kulirik sebentar kearah tumpukan itu dan mendapati banyak sekali nilai yang ditulis dengan tinta merah alias jelek semua.
"Saya mau mengambil kembali hape saya" Kataku langsung terus terang pada guru yang tampaknya sedang berkutat dengan selembar kertas yang ada ditangannya. Kukira dia sudah selesai mengoreksi, tapi ternyata ada selembar kertas yang masih ada di tangannya. Kemudian dia meletakkan kertas tersebut dan kemudian melepas kacamatanya sambil memandangku dengan tatapan tajam.
"Nilaimu sempurna. Kupikir aku bisa sedikit menurunkan nilaimu untuk menunjukkan kalo kau tidak boleh main hape seenaknya di dalam kelas" Kata guru tersebut dengan nada sarkatis. Sialan nih guru, dia mau menjatuhkan mental dengan mencari kesalahan sang murid. Buset dah….!
"Boleh saya ambil kembali hape saya ?" Tanyaku dengan nada datar seolah hal itu bukanlah hal yang dapat menurunkan mentalku. Dia pun mengeluarkan hape dari sakunya sambil tetap menatapku dengan tatapan intens, seolah dia mau menerkamku saat itu.
"Uchiha Sasuke, aku tau kau merupakan murid terpandai di sekolah ini. Tapi, tolong sedikit jaga sikapmu dan hargai para guru yang sudah susah membimbingmu" Katanya dengan nada yang sangat menusuk dihati. Apa maksud ucapannya ? Apakah dia kira selama ini aku melecehkannya ? Aku cuman ketahuan sekali ini hapeku berbunyi didalam kelas. Aku selalu menghormati sensei ku dan memperhatikan apa yang dia ucapkan meskipun sebenernya aku sudah tahu dan sudah mengerti betul apa inti pelajaran itu.
"Baik, sensei" Jawanku tetap dengan nada datar sambil mengambil hape tersebut dan kemudian langsung berjalan dengan langkah tegap meninggalkan ruang guru yang mulai sepi tersebut. Kukantongi hape berwarna kemerahan tersebut sambil tetap berpikir, siapa yang berani meneleponku pada saat yang sama sekali tidak tepat sehingga aku harus dimarahi oleh Anko-sensei. Yah…! Meskipun aku lebih beruntung karena aku tidak mendapat poin pelanggaran atau yang lainnya sih.
Aku pun berjalan menuju sepedaku yang kuparkir didekat pos satpam. Aku membawa sepeda lipat yang selalu aku taruh didepan pos satpam. Yah…! Alasannya sih klise, cuman aku dari 900 anak SMA Konohagakure yang berangkat dengan menggunakan sepeda manual. Motor dari yang murahan sampai dengan motor yang mahal banget terbaris rapi di tempat parker sekolah. Kadang-kadang, murid yang terlambat cari tempat parkir harus parkir ditempat parkir sewaan yang berada sekitar seratus meter dari sekolah.
Mobil para guru juga berjejer rapi di tempat parkir yang khusus para guru. Apa lagi kalau sedang ada pertemuan dengan wali murid, lapangan footsal, basket dan volley pun bisa penuh oleh kendaraan para wali murid.
"Arigatou, Izumo-san" Kataku pada satpam yang sudah menjaga sepedaku tersebut. Pria dengan rambut hitam tersebut hanya melambai padaku sambil tersenyum sebelum akhirnya dia melanjutkan kembali mengatur lalu lintas anak-anak yang sedang pulang sekolah.
Aku pun mengayuh sepedaku, menyusuri jalan setapak yang sudah kulalui selama dua tahun aku sekolah di SMA Konohagakure. Aku kelas sebelas dan mungkin seminggu lagi, aku akan naik kelas dua belas.
Kukayuh sepedaku sambil sesekali menikmati hembusan angin yang bertiup, menerpa helaian raven milikku. Jarang sekali aku merasa begitu tenang seperti ini. Biasanya aku Cuma melewati jalan setapak ini dengan wajah datar dan perjalanan terasa begitu singkat sampai aku tidak sadar kalau aku sudah berada dirumah.
Tapi, hari ini lain. Aku merasa sedikit rileks. Mungkin karena ucapan Anko-sensei tadi begitu merasuk dalam diriku sehingga aku terus memikirkannya. Dan itu mempengaruhi pikiranku untuk tetap rileks dan kemudian aku bisa menikmati pemandangan yang sangat indah ini.
Sawah yang terasa begitu hijau, dengan butiran padi yang tampaknya sudah mulai menguning. Silih berganti dari hijau dan kuning diterpa hembusan angin sepoi. Sungguh menyegarkan mata
Mungkin apa yang dikatakan oleh Kaa-chan benar. Kalau kau melihat kehijauan alam waktu Kaa-chan masih kecil dulu, Kaa-chan yakin kalo kau pasti akan merasa tenang dan masalah yang berat akan hilang dengan seketika. Selama ini, aku berpikir kalau kita bisa menciptakan kehijauan apapun hanya dengan efek computer dan design yang baik. Tapi, tak kusangka kalau dengan memperhatikan hal yang natural begini akan sangat memanjakan mata.
Aku berhenti mengayuh sepedaku ketika aku melihat sebuah gubuk kecil yang berada ditengah sawah. Tergerak hatiku untuk menikmati hembusan angin sepoi ini sebelum aku pulang kerumah dan berkutat kembali dengan aktivitasku yang serba digital. Aku pun membiarkan sepedaku dalam keadaan berdiri dan kemudian aku berjalan menyusuri jalan setapak yang berlumpur dan hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki agar bisa sampai ke gubuk tersebut.
"Huh…! Segarnya" Kataku sambil merasakan hembusan angin sepoi tersebut melewati helaian ravenku yang sepertinya mulai basah karena keringat lelah yang sudah mulai menyerangku karena kepenatan mengayuh sepeda. Aku pun duduk sambil mengamati keadaan sekitar yang begitu damai.
"Mungkin, ini bisa jadi inspirasi designku" Kataku sambil mengeluarkan hape kemerahan tadi untuk mengabadikan momen-momen menyegarkan yang satu ini. Aku pun membidik beberapa gambar dengan angle yang berbeda untuk mendapatkan sentuhan fotografi yang sangat memukau.
"Cukup bagus" Kataku sambil tersenyum puas begitu melihat hasil jepretanku ternyata tak kalah dengan hasil jepretan para professional yang bergerak di bidang fotografer. Aku pun kembali mengantongi hape tersebut dan kemudian duduk untuk menikmati sisa pemandangan yang telah terabadikan dalam hapeku tersebut.
-0-
"Tadaima" Kataku sambil membuka pintu dan langsung melepas sepatu beserta kaos kakiku dan meletakkannya diatas rak yang sudah disiapkan oleh Kaa-chan untuk tempat sepatu.
"Okaeri" Jawab seorang wanita dengan postur dewasa sambil tersenyum manis kearahku. Guratan kepenatan tampak dari wajah cantik yang tampaknya sedang berusaha untuk tidur tersebut. Rambut raven panjangnya terurai kebawah dan matanya tampak sedikit sayu.
"Gomenasai, Kaa-chan. Aku membangunkanmu" Kataku sambil sedikit tersenyum canggung karena aku telah membangunkan ibuku dari istirahatnya yang cuman sebentar itu. Kaa-chan hanya tersenyum lembut kearahku.
"Bagaimana sekolahmu ?" Tanya Kaa-chan sambil bangkit dari posisi tidurnya sehingga membuat rambutnya kembali jatuh terurai dibelakang punggungnya.
"Biasa aja" Jawabku sambil mengambil tasku yang kuletakkan dilantai dan kemudian melepaskan dasiku dan kugantungkan ditempat yang sama dengan milik Tou-chan. Aku menarik tasku kebelakang punggungku dan kemudian beranjak menuju kamarku yang berada tak jauh dari ruang tamu.
Setelah berganti dengan kaos warna hitam dan celana pendek warna putih, aku pun langsung disambut dengan catatan yang telah tertumpuk rapi di belakang pintu lemari pakaianku. Aku selalu mencatat hal penting yang harus kulakukan dan progress apa yang sudah kulakukan hari ini sehingga aku bisa memonitor perkembangan diriku secara mendetail dan juga dapat dengan mudah menetapkan target apa yang harus kucapai sekarang.
"Ummm….! Kontes logo Science Fiction ini berakhir besok ya ? Sedangkan progressku masih belum sampai tujuh puluh lima persen" Kataku sambil melihat kembali catatanku.
"Baiklah…!" Kataku dengan nada bersemangat sambil membuka laptopku yang memang tidak pernah kumatikan agar aku tidak membuang waktuku hanya untuk menunggu booting yang lumayan lama tersebut. Dan tak lama kemudian, aku sudah berkutat dengan layar computer yang menampilkan prototype dari logo yang bakalan kuselesaikan untuk Science Fiction besok.
Aku pun asyik memikirkan bagaimana logo yang akan kuhasilkan nantinya. Sambil sedikit membayangkan hasilnya, aku pun mulai mengutak-atik logo tersebut dengan software yang memang sudah berhasil kukuasai sejak beberapa bulan yang lalu, Adobe Illustrator.
Setelah beberapa jam berkutat dengan software besutan Adobe tersebut, aku langsung bisa melihat dengan jelas apa logo yang akan terbentuk hanya dari prototype tersebut. Kulihat jam digital yang telah tertempel dengan jelas di pojok kanan bawah dari layar komputerku. Jam itu telah menunjukkan pukul 16:00. Tak terasa aku sudah mengerjakan proyek pembuatan logo ini selama dua jam tanpa henti. Memang, aku merasa lebih bersemangat dan lebih bergairah ketika aku berada didepan computer daripada aku harus membuka buku baik itu untuk belajar ataupun baca novel
Sehingga, tidak heran kalau aku menaruh semua materi pelajaranku dalam computer agar aku bisa belajar dengan tenang dan bisa lebih bersemangat lagi dalam belajar.
Aku pun merebahkan tubuhku sejenak diatas ranjangku dan kemudian memejamkan mataku untuk mengistirahatkannya sejenak. Memang benar, berpikir terasa lebih melelahkan ketimbang bekerja dengan menggunakan otot. Karena otak membutuhkan asupan oksigen yang jauh lebih banyak daripada otot yang hanya membutuhkan oksigen untuk reaksi pembakaran glikogen yang bisa membuatnya bergerak.
Tinggg….!
"Eh…!" Gumamku tanpa sadar ketika aku mendengar suara notifikasi tersebut. Nada ini sedikit beda dari nada yang bisaanya kudengar. Frekuensinya sedikit lebih rendah dari nada yang biasa kudengar. Ini berarti, notifikasi WhatsApp. Siapa yang tumben-tumbenan WhatsApp aku. Seingatku sih, client yang satu ini memakai BBM dan deadlinenya adalah besok. Jadi siapa dong yang sekarang WA aku ?
Kuambil hapeku yang sejak tadi kutaruh disamping laptopku dan kemudian membuka WhatsApp dan muncullah pesan dari nomor yang tidak kukenal.
Ini Sasuke kan ?
Dahiku berkerut membaca pesan tersebut. Kapan aku pernah memberikan nomerku pada orang yang tidak kukenal. Seingatku, aku tidak pernah memberikan nomerku kalo aku tidak diganjar dengan nomer telepon dia (maksudnya barter nomer telepon gitu lho). Terus, ini siapa ?
Dengan cepat, jariku yang sudah terampil mengetik dari keyboard virtual hape pun langsung menari dipermukaan layar hape berwarna kemerahan tersebut dan dalam beberapa detik pesan balasan pun muncul.
Maaf, anda siapa ya ?
Kutunggu balasan dari orang 'asing' tersebut sambil tetap mengistirahatkan mataku. Bagi seorang designer sepertiku, penting untuk menjaga kesehatan mata untuk tetap bisa melihat keindahan suatu design. Beberapa saat kemudian, muncullah balasan dari orang tersebut.
Perkenalkan nama saya Ino, Yamanaka Ino. Aku pernah kenalan sama kamu dan di fb ?
AKu pun kembali berpikir sejenak membaca chat yang barusan ini. Ino, mmmm….! Aku tidak ingat nama tersebut. Aku pun langsung membuka facebook dari laptopku yang sudah connect otomatis menuju internet. Kutelusuri inbox dari semua client yang meminta jasaku dan akhirnya, kutemukan sebuah pesan dari orang yang sama sekali tidak ada hubungan client denganku.
Seorang cewek dengan wajah yang yah, bisa dibilang lumayan sih. Berambut pirang panjang dan dikuncit ekor kuda serta sebagian dari poninya yang menutupi sebelah matanya sedang berpose alay didepan kamera.
"Dasar alay…!" Gumamku ketika melihat foto tersebut sambil mengambil hapeku dan kemudian mengetik dengan cepat seperti bisaanya.
Oh…! Ino ya ? Salam kenal deh
Mungkin ini terkesan cuek, tapi yah begitulah aku. Aku pun melempar hape kukembali keranjang dan kemudian mengambil sehelai kain katun berwarna biru tua dan beranjak keluar kamar. Setelah membuka pintu kamar, aku tengok kanan dan kiri, apakah ada orang ?
"Kaa-chan, dikamar mandi ada orang tidak ?" Tanyaku pada ibuku yang tampaknya sedang menyapu dihalaman belakang.
"Mandi saja duluan, Sasuke. Kakak mu pulang lebih sore" Jawab Kaa-chan. Aku pun langsung bergegas masuk kedalam kamar mandi dan kemudian kulucuti pakaianku dan kemudian membasuh tubuhku dengan air.
Huh…! Segar sekali. Kepenatan yang kualami setelah mengerjakan deadline tersebut seolah hilang dan mengalir melalui lubang pembuangan air bersama dengan air yang telah kutumpahkan tadi.
"Wah…! Kau sudah selesai mandi ya ? Cepet banget ? Pake sabun gak ?" Kata seseorang dengan nada sinis kearahku. Kepalaku yang masih terbungkus handuk pun langsung bereaksi dan menoleh kearah pria dengan badan bongsor, namun wajahnya masih tetep gokil dengan cengiran kekanak-kanakannya. Rambut raven panjangnya dikucir kebelakang. Kepenatan masih tampak terlukis diwajahnya.
"Gak, aku tadi pake detergen" Jawabku asal saja sambil berjalan melewati pria yang bernama Uchiha Itachi yang notabene adalah kakakku tersebut. Pria itu terkekeh pelan mendengar ucapanku tadi.
"Serius sekali kau, Sasuke" Jawabnya sambil masuk kedalam kamar mandi untuk menggantikanku. Berbeda denganku yang selalu serius dalam mengambil tindakan, Itcahi terkesan santai dan banyak bercanda. Mungkin karena dia yang sudah lulus kuliah, sekarang bekerja sebagai guru SD dan dia berusaha menjadi guru yang se-menyenangkan mungkin. Itu alasannya kenapa aku sebal padanya, dia selalu menganggapku sebagai anak SD yang masih kecil dan butuh bimbingan.
Aku menggantungkan handukku dirak yang sudah kususun rapi disamping lemari pakaianku dan kemudian mengambil kembali hapeku. Helaian ravenku yang masih basah kembali meneteskan air dari tiap helainya. Aku pun mengibas-ngibaskan kepalaku agar rambutku tidak terlalu basah dan membasahi layar hapeku.
Eh…! Bagaimana kalo kita buat grup aja. Kita bisa curcol bareng kan ?
Aku mengernyit melihat hal tersebut. Cepat-cepat kubalas setelah aku berpikir dengan matang bahwa aku jelas menolaknya.
Gak usah deh. Aku sibuk soalnya
Dan sebelum aku menekan tombol send yang berada pada WhatsApp, hapeku diserang oleh puluhan notifikasi dari aplikasi WhatsApp tersebut. Sontak aku terkejut melihat hal tersebut. Kuurungkan niatku untuk mengirimkan pesan tersebut dan melihat kembali ke interface WhatsApp. Ternyata aku sudah dimasukkan kedalam sebuah grup yang rame banget.
Dengan cepat aku pun mengetikkan sesuatu untuk mengirim pesan di grup tersebut.
Ini grup apa ya ?
Sontak banyak sekali yang menjawab pertanyaanku dengan mengatakan 'Siapa namamu ?' ato 'Ada member baru nih' dan langsung Ino menjadi penengahnya.
Sasuke, kenalkan dirimu dong
Kuberpikir sejenak, aku sangat sibuk beberapa hari ini karena ujian semester mungkin bakalan memberiku kesibukan dua kali lipat, baik itu kerja atau pun belajar. Tapi mungkin aku bisa sedikit bersosialisasi dengan mereka. Kali aja mereka bisa jadi salesmen yang menawarkan designku. Lagipula, bila aku diem aja juga gak bakalan keganggu kok chat mereka. Aku pun mengetikkan pesan dengan cepat.
Namaku Uchiha Sasuke, umur 16 th. Tinggal di Konoha. Salam kenal.
Setelah aku mengetikkan hal tersebut aku pun langsung menghampiri laptopku dan kemudian membuka sebuah permainan untuk menyegarkan pikiranku.
-0-
"Mau tambah lagi ikannya, Sasuke ?" Tanya Itachi sambil menawarkan sepiring ikan yang berada didepannya tersebut. Aku hanya menatapnya dengan tatapan datar.
"Aku menyuruhmu ya ?" Tanyaku dengan nada sarkatis. Dia hanya tertawa renyah. Nah…! Sekarang kamu tahu kan bagaimana dia memperlakukanku sebagai anak SD, sedangkan aku sudah merupakan anak SMA yang sangat berbakat.
"Aku selesai" Kataku sambil berdiri dari tempatku dan kemudian beranjak dari ruang makan menuju kamar tidurku. Namun, Itachi menahanku untuk kembali ke kamar.
"Tidakkah kau ingin berkumpul dan bercengkrama sebentar dengan keluargamu ?" Tanyanya sambil menatapku dengan tatapan 'please'. Aku hanya sedikit mendengus melihatnya menatapku seperti itu.
"Gomen, aku punya deadline yang harus kuselesaikan besok" Kataku sambil tetap melanjutkan perjalananku menuju kekamar tidur. Aku pun langsung berjalan menuju kamar tidurku dan segera menyalakan lapptopku. Tapi, hape yang berwarna kemerahan tersebut mendapatkan perhatianku lebih dulu.
"Mungkin client itu mengirimkan BBM untuk perjanjian pertemuan besok" Gumamku sambil menyalakan hape tersebut dan sesuatu yang sangat-sangat baru mengejutkanku untuk malam ini.
Dua ratus lebih notifikasi yang harus dikeluarkan untuk WhatsApp dan itu hanya dari sebuah grup saja. Apa-apaan ini ? Ini sih bukan rame namanya, ini sih ribut. Aku pun membaca satu persatu chat yang ada di dalam grup tersebut dan kebanyakan isinya cuman spam doang, guyonan yang kelihatannya begitu tidak berguna.
Tapi, kalo kulihat-lihat sih, cuman ada satu member yang berisiknya minta ampun.
"Ladies Hyuuga, siapa dia ?" Gumamku sambil membaca nama yang tertera disamping nomor telepon si member yang super ribut tersebut. Aku pun berinisiatif untuk menegur para member tersebut suapaya tidak terlalu ribut karena sekarang aku lagi ngejar deadline.
Keep silent, please. Aku lagi ngejar deadline buat meeting sama client besok. Bisa tenang dikit gak ?
Aku berusaha untuk sopan dalam bergaul dan berusaha menghindari kata-kata yang tidak pantas untuk diucapkan dalam grup. Aku pun menghidupkan laptopku dan kemudian mencari file logo tersebut untuk dibuka. Lalu kulanjutkan pembuatan logo tersebut sesuai dengan rencanak barusan.
Tapi, perasaan apa ini ? Aku melihat kearah hapeku yang tergeletak disamping laptop. Sepertinya aku penasaran dengan balasan apa yang akan mereka lakukan terhadap chatku barusan. Aku pun membuka hapeku dan menemukan dua puluh notifikasi yang merupakan jawaban dari peringatanku tadi. Ada yang nyaranin supaya di mute aja, ada yang suruh matiin. Tapi yang paling parah adalah jawaban dari Ladies Hyuuga tadi.
Eh…! Perasaan umur kamu masih 16 deh, kok udah ada meeting ? Boong pasti kamu
Darahku serasa naik sampai ke ubun-ubun begitu di katakan seperti itu oleh orang yang baru saja aku kenal. Dengan cepat aku pun membalas chat dari orang yang baru aku kenal tersebut.
Siapa yang boong ? Jangan menuduh orang sembarangan Hyuuga-san
Aku pun menunggu balasan dari orang bernama Ladie Hyuuga tersebut untuk membalas ucapannya tadi. Begitu ada notifikasi dari grup yang tadi aku langsung membukanya dan omongannya kali ini bener-bener parah.
Eh,,,,! Siapa yang nuduh. Aku yakin kamu pasti boong. Mana ada anak usia 16 tahun yang sudah meeting sama client. Kalo terganggu keluar aja sana
Sialan…! Bener-bener niat kalo nundung orang nih. Aku pun langsung berniat buat keluar dari grup gila tersebut sebelum Ino mengirimkan pesan di grup tersebut.
Sudah, jangan berantem Sasuke, Hinata. Sasuke, kalo kamu sibuk sebaiknya mute aja
Akhirnya aku mengurungkan niatku untuk keluar dari grup tersebut dan membalas omongan Ino.
Iya, Ino-san. Tapi, suruh Hyuuga-san untuk lebih menjaga omongannya lagi
Aku pun me-mute grup tersebut dan berkonsentrasi pada proyek logoku yang besok harus di serahkan kepada client tersebut. Dengan lincah aku menggerakan mouse dan keyboard tersebut terhadap logo yang sudah menjadi Sembilan puluh persen tersebut. Tinggal sedikit finishing touch agar logo tersebut bisa menjadi logo yang sudah tepat guna. Aku harus bergadang sampai malam untuk menyelesaikan logo ini karena sepertinya besok bakalan sibuk ekskul disekolah sebelum meeting.
Ting…!
Nah…! Kalo yang satu ini aku bisa mengenali dari suaranya. Ini notifikasi dari BBM. Aku pun langsung membuka hapeku dan kemudian membaca BBM yang sudah kuduga berasal dari clientku. Besok, jam 16.30 harus jadi.
Tapi, sesuatu yang lain buatku penasaran. Notifikasi WhatsApp yang tidak lagi bejibun. Aku pun membuka grup yang udah mulai sepi tersebut dan menemukan omongan tidak mengenakkan lainnya dari Hyuuga-san.
Dia itu boong, Ino
Aku pun yang merasa sangat terssinggung dengan ucapannya itu langsung membalas dengan sarkatik
Hyuuga-san, jaga ucapanmu….!
Dan akhirnya, satu malam itu aku harus berdebat dengan orang yang bernama Ladies Hyuuga tersebut.
TBC
Haaahhhh…! Gomen, minna. Fic yang lain masih harus mundur akibat ujian semester. Author mau kebut fic yang satu ini dulu untuk seseorang.
Happy Read
