Nah, ini dia versi FFn-nya fic yang kupublish di note fb kemaren. Sengaja cepet kupublish karena satu fic udah tamat. Tapi mungkin ini rada lama apdetnya, hehe. Gomen, kalian sebagai anak sekolahan pasti ngerti...

yosh! ini cuma baru prolog....


BLEACH (c) TITE KUBO

.

.

Black Sun And White Moon: A Sky's Destiny

.

.

x Chapter 1 x

.

- Prologue -


"The rain drags Black Sun down, but the rain dried by White Moon."
-SOULs and VIBEs covers.


Sang Hujan membuat Sang Matahari Hitam terpuruk, tapi Sang Bulan Putih mengeringkan Sang Hujan....


Tahukah kalian akan takdir dari langit?

Langit adalah ruang yang penuh kehampaan. Tak berjiwa, kecuali hanya terdiri dari cahaya dan bebatuan bisu. Tapi langit adalah ruang tempat berputarnya bola kecil berwarna biru. Yang menjadikan proses malam dan siang di bumi.

Dan satu takdir yang tak bisa dilepas.

Bulan yang cantik di malam hari akan turun ketika pagi tiba. Digantikan sang matahari yang mulai bangkit.

Dengan frase lain, bulan akan turun ketika matahari bangkit dari keterpurukannya.


Ichigo berdiri tepat di depan jendela kaca kamarnya.

Hujan sedang turun dengan derasnya hari ini. Menghujam bumi tanpa henti sejak pagi hingga sore menjelang.

Lantas Ichigo mengerling pada gadis yang sedang bersantai-santai di tempat tidurnya.

"Sekarang tanggal berapa, Rukia?"

Rukia mengalihkan pandangannya dari majalah, menuju Ichigo, mengerutkan dahinya sedikit.

"Lima belas Juni. Kenapa?"

Ichigo tak berekspresi apapun, dan mengalihkan pandangannya lagi keluar. Bibirnya membentuk huruf 'o' untuk sekilas pandang, sekian detik.

"Memangnya kenapa?"

Ichigo menggantung jawabannya. Ia rasa Rukia terlalu bodoh jika tidak sampai memikirkan makna dibalik pertanyaan barusan.

Rukia sontak sadar. Ia rasa, ia tak perlu dulu berkata-kata. Biarlah Ichigo mengurus masalah batinnya sendiri.

xxx

Ichigo masih menekuri tetesan hujan dengan mata cokelatnya yang tampak kosong.

Jelas terlihat, kosong. Tatapan itu tak berfokus pada objek yang berada di hadapannya, tapi berfokus pada ingatan yang tengah muncul di permukaan pikirannya.

"Dua hari lagi...." gumamnya. Rukia mendengar, namun tetap memilih untuk diam. Tak ingin responnya menjadi masalah nantinya.

17 Juni, memori dalam hujan.

Bertahun-tahun lalu, pada tanggal itu, Ichigo merasa, dialah orang yang begitu nista. Meringkuk di tengah bayang-bayang hitam masa lalu. Terpuruk derita, karena perasaan bersalah yang seakan terus menghantuinya tanpa henti, selama bumi masih berputar, selama waktu masih berdetak.

Rintikan hujan semakin menambah kegalauannya.

Dialah sang pembunuh. Penyebab utama sang ibu harus pergi darinya. Penyebab tangis keluarganya.

Ya, hingga tahun lalu.

Awal pekerjaannya sebagai shinigami. Karena pekerjaannya itulah, ia menjadi paham, apa penyebab dibalik semua itu, yang belum pernah ia ketahui sebelumnya, dan membuatnya berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Mengeringkan hujan dalam memorinya, memori akibat pengutukan atas dirinya sendiri.

Kembali lagi, karena pekerjaannya sebagai shinigami-lah. Dan timbul pertanyaan, bagaimana bisa ia menjadi shinigami sementara ia sendiri belum mati?

Tak susah menjawabnya, Kuchiki Rukia.

Gadis yang telah mengubah takdirnya. Berarti secara langsung juga telah menghentikan hujan dalam memori itu.

Ichigo kembali dari lorong waktu memori ke tempat ia berdiri. Mengerling lagi pada Rukia, yang masih asyik dengan majalah.

Dan Ichigo pun berjalan mendekati Rukia, membawa kursi belajarnya tepat ke sebelah tempat tidur.

Rukia berbalik memandang laki-laki itu. Mengisyaratkan pertanyaan 'ada apa' dengan kerutan di dahinya.

"Terima kasih, Rukia...."

Rukia tambah bingung, lantas ia tersenyum.

"Karena kau, hujan itu berhenti...."

Rukia tertawa kecil, "Sudah berapa kali kau mengatakannya?"

Ichigo menggaruk bagian belakang kepalanya. Baru sadar satu hal, ia terlalu sering mengatakannya.

"Sudahlah... Sama-sama...." lanjut Rukia.

Kristal cokelat bening memantulkan diri di amethyst indah itu. Adakah waktu yang lebih indah dari ini?

Atau malah ada waktu dimana keadaan bertolak belakang?

x.x.x

Tapi Sang Matahari Merah tak pernah tahu sebelumnya, Bulan Putih yang indah akan turun, tersapu layu ketika Sang Matahari bangkit dari Sang Hujan yang mengekangnya.... Kodrat alam yang sering terjadi di langit.

Hanya menunggu waktu. Bumi akan terus berputar, menggantikan Bulan di malam hari dengan Matahari. Bulan yang tersenyum akan menghilang ketika fajar tiba, ketika bangkitnya Sang Matahari....

- To Be Continued -


Jangan bunuh saia karena pendek!!!

Ini cuma prolog. Konflik utamanya akan dimulai pada chapter-chapter selanjutnya!

Maaf pendek, gaje, abal, ga berseni! Saia memang bukan seorang author yang senior, jadi harap maklum jika terdapat banyak kekurangan pada alurnya! .

Nyahaaa~? *nah, gajenya muncul*

kasi pendapat kalian lewat ripyu ya~

.

.

.

Review, nyuu~?