Summary : Naruto pemuda betawi gaul, punya sohib sehidup semati yang cakep, pinter, dan cool namanya Sasuke. Mereka masing-masing punya pacar yang sifatnya sangat kontras, Hinata si Putri Solo dan Sakura si Batak galak. Ini kisah Naruto yang mempraktekkan cara merayu pacar pada Sasuke. Naruto sukses, Sasuke apes.

.

.

.

.

.

.

Ayah Kamu...?

Naruto milik Masashi Khisimoto Sensei

Ayah Kamu...? punya Yeo yo chan

Boleh di copy ga boleh di paste

Genre : Humor/Romance

Pairing : Sasuke Sakura

Rate : T deh

Warning : Bahasa non baku, humor gagal, culture konten, etc.

Fic ini tidak mengandung maksud apapun dan tak berniat menyinggung pihak manapun...

Cerita ini hanya fiktif belaka. Kalo ada kesamaan crita, plot, dan alur itu hanya kebetulan semata. Tapi kalau ada kesamaan nama, tempat, judul dan sifat itu memang disengaja wkwkwk

.

.

.

.

.

.

Ini udah empat kali Sasuke berdecak. Bukannya tanpa alasan dia kayak gini. Dia nggak akan sefrustasi ini jika masalahnya nggak ada kaitannya sama–

"Sakura masih marah, ya Sas?"

–Sakura.

Onyxnya nglirik ke arah sumber suara dan mendapati cowok berkulit tan dan cewek manis berambut hitam keunguan panjang berponi di sebelahnya. Tambah kesel aja ngelihat tu pasangan antik di sampingnya. Ya, Tuhan! Dia bisa cepat mati kalau sering kesel gini. Oke, lebay!

"Hn."

Siapa lagi kalau bukan tentang ayank beb Sakura, pacar kesayangannya. Udah seminggu tu cewek marah-marah nggak jelas. Sasuke bukannya nggak tahu akar masalah dari kemarahan pacarnya itu.. Ia cuma nggak tahu aja mesti gimana ngedepin tu cewek.

Sakura, cewek asli keturunan Batak yang tangguh dan kuat kayak banteng, tegas, pemberani, blak-blakan, dan hampir nggak pernah –memang nggak pernah– menangis. Tipe gadis mandiri dan nggak nyusahin. Cuma–

–galak dan keras kepalanya itu loh.

"Ma –Maafin aku ya, Sasuke~"

Sasuke ngelirik Hinata yang lagi ngomong pake logat jawa medoknya sambil nunduk itu. Mungkin dia takut ngelihat ekspresi frustasi Sasuke kali ya? Akhirnya Sasuke cuma bisa menghela nafas ngalah.

Kalau Sakura Panglima Perang Batak yang gagah berani, Hinata itu Putri Kerajaan Solo yang lemah lembut kelakuan dan tutur katanya. Dia paling nggak tahan dan pasti bakal nangis kalau ada yang kasar ke dia. Benar-benar kontras dengan Sakura. Makanya Sasuke kudu sabar ngadepin ni cewek satu.

"Hn, bukan salah kamu."

Jiah, kamu! Biasanya juga lo-gue. Pakai nada lembut lagi. Dalam hati Sasuke nangis bombay. Wong Sasuke itu si ganteng Betawi modern yang terkenal dengan julukan'juragan es' a.k.a cowok cool maksimal yang terkenal dengan mukanya kayak tembok dan kaku kayak batang pohon kok. Masa cool-cool gini, ngomongnya pake kata-kata manis-manis manja gitu?! Apa kata dunia?!

"Seandainya aku ndak maksa kamu buat ngajak Sakura ke pernikahannya Mas Neji, mungkin Sakura ndak akan ngambek kayak gitu~"

Oke fix, Hinata bener. Semuanya bermula saat seminggu yang lalu keluarganya Hinata ngadain pernikahan adat buat sepupunya Hinata, Raden Mas Neji Hyugadinata. Awalnya sih Sakura seneng banget coz dia pikir Hinata ngundang dia buat main ke rumahnya dan hang out keliling Solo –Sasuke nggak bilang bakal ada pernikahan adat. Dia sampai rela ninggalin semua tugas kuliahnya yang deadline minggu depan.

Sampai akhirnya Sakura cuma bisa melotot bete natap Sasuke yang tetep adem ayemdi sampingnya, begitu sampai di Keraton. Tambah bete waktu ia dipilih jadi'pager ayu*' sama Hinata karena desakan ibunya Hinata –katanya sih karena wajahnya mirip Srikandi. Gimana Sakura nggak ngamuk coba?

Tapi demi Tuhan, ini udah seminggu loh. Masa masih marah? Sasuke menatap gadis berambut pink nyentrik dengan earphone di telinganya dan wajah ketekuk super bete, yang lagi berkutat dengan buku-bukunya. Emang sih, dia satu meja dengan Sasuke, Naruto dan Hinata. Tapi posisinya yang duduk misahin diri di ujung meja buat ngerjain tugas yang terbengkalai gara-gara pergi ke Solo, sudah cukup ngebuktiin kalau tu cewek masih ngambek.

"Si Sakura itu! Do'i keras kepala banget sih?!"

'Kemana saja lo selama ini, bodoh?' Sasuke ngeluh dalam hati.

Mami sama papinya Sakura –duo pengacara kondang yang sedang tenar-tenarnya dengan gaya logat Bataknya– emang sering diundang ngisi acara di stasiun televisi milik bokapnya Naruto. Jadi nggak heran kalau Naruto bisa kenal dan berteman sama Sakura. Tapi Sasuke nggak nyangka kalau tu cowok yang model rambutnya –yang katanya– mirip Tao Ming Tse, ternyata nggak kenal Sakura seutuhnya.

Ia makin kesel waktu denger kalimat jahil Naruto selanjutnya.

"Salah lo sendiri sih. Siapa suruh jatuh cinta sama cewek Batak galak model kayak dia. Ha... Ha... Ha..."

Naruto benar-benar nggak nyadar dengan aura gelap dari Sasuke, sampai Hinata nyubit pinggangnya yang ngebuat dia berjengit sadar dan cengengesan nggak jelas ke Sasuke. Bikin tambah keki aja.

"Ya sorry. Gue gak ada maksud memperburuk suasana hati elo..."

Nggak ada tanggapan. Karenanya Naruto cuma bisa menghela nafas. Tiba-tiba secuil ide jahil lewat di benaknya dan itu ngebuat dia spontan saja langsung senyum-senyum nggak jelas.

"Eh Sas, gue tahu caranya supaya si Sakura nggak ngambek lagi,"

Sasuke cuma ngelirik bentar sebelum balik mandangin wajah cantiknya Sakura. Si bodoh itu apa paham masalahnya sekarang? Mahamin cewek aja, Sasuke agak sangsi. Yah sebenarnya ia juga nggak paham sih.

"Hn."

Karena itu ia milih diam dan bergumam nggak jelas nunjukin kalau dia bersedia ngedengerin masukan Naruto. Naruto yang udah kenal Sasuke sohib sehidup sematinya, ngekek seneng.

'Gumaman planet itu biasanya sih artinya dia nggak nolak'

Begitulah kira-kira yang ia pikirkan.

Berdehem ngecek suaranya bentar, Naruto langsung masang posisi duduk tegak. Lagaknya sih kayak orang yang udah ahli banget ngedepin cewek. Sasuke cuma bisa mendengus ngeliat tingkahnya.

"Cewek biasanya takluk sama cowok yang pinter ngegombal."

Sasuke ngerutin alisnya Apa dia bilang?

"Perhatiin gue baik-baik, Sas!"

Menggubris segala tatapan takjub dari Sasuke, Naruto langsung menoleh menatap Hinata yang udah nggak terlalu fokus lagi ke pembicaraan mereka karena ngeliatin cowok berambut bob yang kepeleset nggak jauh dari mereka.

"Hinata~"

Sasuke merinding disko ngedengerin nada manja dari Naruto. Hinata sendiri langsung menoleh dan seketika merona ngedapatin tatapan mata penuh cinta yang dilemparkan Naruto padanya.

"Ayah kamu pemulung yah?"

Pipi Hinata makin merah ngedengerin kalimat tanya yang udah ketahuan modusnya itu.

"Kok kamu tahu?"

Hinata ngebales dengan malu-malu sambil nunduk dan mutar-mutarin jarinya.

"Soalnya kamu berhasil memungut hatiku~"

Peessshhhh...

Wajah Hinata udah sepenuhnya merah padam ngedengerin gombalan Naruto.

Sasuke?

Tu cowok pengen muntah ngeliat adegan barusan. Dia natap jijik ke Naruto yang sekarang lagi ngambil salah satu tangan Hinata dan ngletakinnya di dadanya.

Astaganagabonarjadidua ! –niruin umpatannya Sakura kalau lagi kaget–. Si pirang itu nggak salah kan ngajarin hal memalukan itu padanya? Hell no! Itu bukan gayanya! Di seluruh keluarganya nggak ada yang nurunin darah Betawi lebay alay kayak gitu!

Sasuke masih nunjukin wajah syoknya –yang dalam pandangan Naruto malah keliatan kayak wajah terpesona gitu– karena adegan Naruto vs Hinata barusan. Sontak aja dia langsung mendengus nggak percaya plus jengkel begitu ngeliat wajah Naruto yang noleh ke arahnya lengkap dengan cengiran bangganya.

"Dan lo nyuruh gue buat mempraktekkan hal aneh itu ke Sakura?"

Sasuke ngomong dengan nada yang sangat super dingin plus datarnya.

"Loh, tentu saja! Apanya yang aneh?! Ini lagi jadi trends gombalan paling bombastis dan romantis abad ini, Bro!"

Bombastis, gundulmu! –niruin umpatan mbah kakungnya Hinata–, Sasuke misuh-misuh dalam hati.

Lagi-lagi hanya dengusan jengkel yang bisa Sasuke keluarin sebagai upaya terakhirnya ngejaga imejnya sebagai keluarga pengusaha terpandang di negaranya.

"Gila lo!"

Naruto melotot nggak terima denger umpatan yang kayaknya ngehina banget dari Sasuke.

"Hah! Bilang saja lo gak berani!"

Sasuke nglirik ngancem ke Naruto yang kini mulai menunjukan seringai remehnya. Di sebelahnya, Hinata agak khawatir dengan perdebatan mereka.

"Semua cewek di kota ini takluk sama gombalan kayak gitu, Sas! Masa lo gak berani?! Cemen lo, Bro!"

Seharusnya Sasuke tahu ia nggak boleh kebakar emosi gegara kata-kata Naruto barusan. Harusnya dia tahu kalau itu hanya bualan Naruto untuk ngompor-ngomporin dia. Harusnya dia tahu kalau Sakura itu–

Brak!

Suara buku yang dibanting sebagai pelampiasan emosi Sasuke, bikin semua mata di tempat itu tertuju padanya.

Termasuk Sakura.

Ia mandangin Sasuke dan langsung naikin sebelah alisnya begitu ngeliat tu cowok raven kini ngalihin pandangan ngancemnya dari Naruto ke dirinya. Dia nggak takut. Ingat, Sakura nggak pernah takut pada siapapun, termasuk pacarnya yang lagi natap dia ngencem itu. Apalagi dia masih kesel maksimal sama tu cowok.

"Sakura,"

Sakura ngerutin alisnya. Jaga-jaga aja kalau ni cowok main kasar ke dia. Oke berlebihan. Sasuke nggak pernah kayak gitu.

"Ayah kamu pencopet ya?"

Hening.

Bahasanya sih aku-kamu ya? Tapi nadanya itu loh.

Sasuke ngomong pake muka tembok andelannya. Nada suaranya kayak prajurit wajib militer gitu. Tegas, kaku dan tanpa intonasi.

Hinata sampe mringis dibuatnya.

Naruto nepuk jidat.

Sasuke nggak ada romantis-romantisnya sama sekali.

"..."

Sakura memproses apa yang baru saja masuk kupingnya.

"Apa kata kau?"

Sakura ngomong dengan kalimat yang sama ngancemnya sambil nglepasin headset di telinganya. Matanya memicing kayak ingin mastiin apa yang baru aja masuk telinganya tadi bukanlah akibat dari kekhilafan lidah semata.

Sasuke nelan ludah susah payah. Ia nggak nyangka akan jadi sulit kayak gini.

"Ayah kamu pencopet ya?"

Telinga Sakura masih belum budeg untuk dapat mencerna apa yang baru saja keluar dari mulut Sasuke. Tingkat kemurkaannya meningkat drastis dan mencapai level tertingginya saat ngelihat keseriusan di wajah tu cowok. Terlihat dari wajahnya yang memerah. Sekilas mirip sih kayak Hinata yang malu-malu saat ngedengerin gombalannya Naruto tadi. Tapi siapapun tahu apa makna merah di wajah Sakura saat ngeliat rautnya kini.

Naruto gigit jari.

Hinata hanya bisa pasrah.

"Pencopet?! Enak kali kata kau! Bapak kaulah itu!"

Buset dah. Saking marahnya Sakura sampai lupa dengan siapa dia bicara. Dengan latahnya, ia ngomong dengan logat Batak kentelnya, mencak-mencak di depan sang pacar.

'Enak kali bilang papi Khizashi Haruno Sitompul tukang copet. Pengen masuk penjara kau?' Sakura ngebatin garang.

Sasuke cuma bisa mendengus antara gugup dan kesal denger jawaban murka dari Sakura.

"Sakura, bisa tidak lo jawab iya saja? Ini bukan seperti–"

"Diam kau! Cepat kau bantu aku! Kau yang buat tugas aku menggunung!"

Dan bersamaan dengan bentakannya, tu cewek berambut nyentrik, langsung ngelempar tumpukan buku ke depan Sasuke dan langsung angkat kaki ninggalin sang pacar diiringi cekikikan geli di sekitarnya. Hinata mengulum senyum sambil nutup mulutnya anggun. Naruto ngakak parah nyuekin sohib sehidup sematinya yang kini melotot ke arahnya.

"Parah lo, Bro! Kasihan banget idup lo! Susah juga ya punya pacar cewek Batak galak...Ha...ha...ha"

Harusnya Sasuke tahu dia nggak boleh kemakan kata-kata Naruto. Harusnya dia nggak usah ngelakuin hal konyol itu. Harusnya ia tahu kalau Sakura itu–

cewek batak yang nggak mempan digombali.

.

.

.

.

.

.

.

END...END -TAHLAH

.

.

.

Hay...hay...

Khakhakha! Ini fic paling gak jelas yang pernah aq buat...

Aku minta maaf ya, tidak ada maksud untuk SARA atau menghina pihak manapun... saya bikin fic ini murni melihat dari sekeliling ajah...

saya keturunan PEJABAT loh a.k.a PEranakan JAwa BATak...khakhakha...papa saya orang Batak asli marga Tambunan... mama saya Jawa tulen yang udah diBatak'in (?) khakhakha... walau mama bukan dari Solo sih,tapi dari Semarang...tapi nyerempet-nyerempet dikit lah hihihi...jadi saya benar-benar tidak bermaksud menghina siapapun di sini ya...? ini fic iseng doang kok...

Tengs to my friend 'Spica Zoe' yang udah ngasih inspirasi (walau gak secara langsung sih), BBMan sama Spica Zoe yang ternyata adalah orang batak tulen yang asli idup di Medan, buat aq kangen banget sama kampung halaman yang belum pernah aq injak sedikitpun dari semenjak aq lahir hiks~ kangen Danau Toba aku mak!

Spica Zoe yang membuat saya termotivasi bikin fic tentang Batak...dengan Jawa dan Betawi sebagai pemanisnya...sedikit ngambil cerita dari sebuah meme lucu tentang batak juga sih...hehehe

Kenapa harus betawi? Karena temen kentelku di kampus dulu anak jakarta...aku suka banget denger dia kalau lagi cerita kehidupan di jakarta...khikhi...dan karena dia juga nih, aku punya banyak temen2 cowok dari jakarta...tawkan aku ini batak punya, kalau ngomong rada blak-blakan, gak terlalu banyak punya temen cewek...yang tahan sama aku ya yang cowok2 itu...temen2ku kebanyakan malah anak cowok...temen cewekku tuw biasanya Cuma orang-orang yang bener2 deket sama aku dan taw baik-buruknya aq aja sih...selebihnya mungkin gak tahan kali yah... padahal aku kan baik hati dan tidak sombong #plak# khakhakha...

Dan terakhir! Aduh sampe lupa...makasih sekali lagi buat Spica Zoe yang udah mau jadi beta reader buat aq! Hiks~ kamu baik bingit! Udah ngasih inspirasi, mau jadi beta reader buat ngurek-ngurek (?) fic saya lagi...makasih binggo yah?! Salam Horas bah! (?)

Oke sekian dulu cuap-cuap saye yang gak penting...

Sekali lagi terima kasih udah mau mampir dan baca fic gaje ini...mungkin saya akan buat ini jadi twoshoot #mungkin# (entah mengapa akhir-akhir ini lagi kena sindrom twoshoot) hehe...maaf kalau ada yang enggak pas, atau yang enggak sesuai dengan yang seharusnya (misalnya tentang adat-adatnya)...sekali lagi yoyo itu anak PEJABAT yang gak taw2 banget tentang adat dan bahasa Batak dan gak taw2 banget tentang adat dan bahasa Jawa #plak#gaje# apalagi Betawi...jadi jangan terlalu di ambil hati ya kalau ada yang gak berkenan...mungkin bisa review baik-baik biar yoyo perbaiki lagi...

Makasih sekali lagi yah?

Akhir kata...sekian dari yoyo...kalau ada yang gak berkenan mohon dimaafkan...

And ce u next story...

Kritik dan saran oke?!