Disclaimer : Naruto © Masashi Kisimoto
Date a Live © Koshi Tachibana
Summary : Jika para spirit wanita tidak muncul di Kota Tenguu, melainkan di dunia shinobi, khususnya Konoha. Apa yang akan dilakukan Naruto untuk mempertahankan kedamaian yang sudah susah payah ia raih dari ancaman makhluk yang disebut spirit itu? Apa yang akan terjadi pada kehidupan Naruto selanjutnya? Simak saja ceritanya. . . . . [Naruto Hareem][No Lemonade Juice]..
Genre : Adventure, Humor, & Little bit Romance
Rate : T M = (Semi M)
Setting : Canon dunia shinobi, Konoha, 6 tahun setelah Movie The Last.
Warning : Maybe Humor, Typo, OOC, Gaje, Menistakan banyak Chara, dll.
Pair : Naruto Mass Hareem
Rabu, 18 Nopember 2015
Happy reading . . . . .
Spirit, Uzumaki, dan Kekacauan
By Si Hitam
Chapter 1. Munculnya Spirit, The Princess Tohka.
Dunia Shinobi, mungkin benar-benar telah mendapatkan kedamaian yang sudah sangat lama tak pernah ada. Enam tahun telah berlalu sejak kepanikan terakhir yang melanda seluruh dunia shinobi ketika insiden ancaman kiamat dari bulan yang hendak jatuh menimpa Bumi.
Dan kedamaian itu, benar-benar terasa di pagi hari yang cerah ini. Alihkan pandangan ke salah satu sudut jalan desa Konoha. Tampaklah keluarga kecil yang sangat bahagia sedang menikmati acara jalan pagi. Keluarga kecil yang terdiri dari empat anggota, sepasang suami istri yang berusia muda dan dua orang anak kecil. Ada seorang balita berumur 4 tahun berjenis kelamin laki-laki berkelakuan hiperaktif yang sedang digendong sang ayah dibahu, dan seorang lagi bayi perempuan imut berumur 9 bulan sedang cekikikan riang berada dalam kereta bayi yang sedang didorong oleh sang ibu.
Itulah keluarga Uzumaki, keluarga kecil dengan segudang kebahagian bersama mereka.
"Aaahh, Hinata. . . Aku sudah lapar, kita cari sarapan yuk. Ke Kedai Ichiraku, bagaimana?" usul Naruto pada istrinya.
Namun yang didapat Naruto hanya pelototan dari mata sang istri, masih untung tidak pakai byakugan, "Naruto-kun,,, kalau kita kesana, hanya kau saja yang akan sarapan. Aku tidak mau anak-anak kita yang masih sangat kecil ini, tubuhnya tercemari zat-zat tidak menyehatkan dari makanan dewa kesukaanmu itu" jawab Hinata lembut tidak setuju.
"Ah, baiklah. Maaf ya. Bagaimana kalau kita cari bubur ayam saja?"
Lagi-lagi Naruto dihadiahi pelototan dari sang istri, "Kita pulang, aku sudah memasakkan sarapan pagi-pagi tadi, jadi setelah pulang nanti aku hanya perlu memanaskannya untuk kita sarapan"
"Ah, um. Ya sudah, ayo kita pulang sekarang, istriku yang cantik, imut, lembut, perhatian dan tiada duanya didunia" kata Naruto, sedikit merayu. Dia tidak ingin mendapat pelototan untuk yang ketiga kalinya dari Hinata.
Hinata mengiyakan saja, tanpa menjawab dia langsung saja mengubah arah perjalanan menuju rumah mereka. Menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang merona hebat. Inilah kelemahan Hinata, sudah hidup berumah tangga selama hampir enam tahun bersama Naruto tapi masih saja merona hebat jika di gombali suaminya. Walaupun gombalan suaminya itu tidak lucu, aneh, garing, dan bahkan tidak bermutu sama sekali.
"Berhenti Hinata...!" kata Naruto dengan wajah serius, "Aku merasakan ada bahaya disekitar sini."
Byakugan
Hinata mengaktifkan mata sakti miliknya, dia langsung tanggap ketika ekspresi Naruto berubah seperti itu. Bagi Hinata, keselamatan keluarganya adalah hal paling berharga untuknya.
"Apa yang sebenarnya terjadi Hinata?" tanya Naruto, dia harus tahu apa yang terjadi agar ia bisa bertindak cepat jika terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.
"Ada fenomena alam yang aneh, yang terjadi diketinggian 75 meter, Naruto-kun."
"Fenomena apa?"
"Gempa angkasa, tidak bisa ku jelaskan sekarang. Ini buruk, kita harus pergi menjauh dari tempat ini sekarang, Naruto-kun" jawab Hinata panik.
Wushhhh...
Karena merasa tidak sempat kabur sebab fenomena aneh yang dianggap bencana sudah didepan mata, Naruto mengaktifkan Senjutsu-Rikudou Mode dan menggunakan godoudama untuk membuat pertahanan terkuat dengan cepat. Tidak ada yang lebih berharga bagi Naruto sekarang selain keluarga kecilnya.
Suara gemuruh terdengar menggema menyakitkan telinga, dimensi ruang beberapa puluh meter diatas permukaan tanah Konoha terjadi distrosi. Tercipta ruang berbentuk bola kehitaman besar dengan diameter lebih dari seratus meter, dan dalam sekejap bola itu hilang kembali. Yang tersisa hanyalah kawah besar di permukaan tanah disertai lenyapnya bangunan dan fasilitas-fasilitas lain di tempat terjadinya fenomena tadi.
Aaahhh, mungkin sepertinya dunia shinobi memang belum sepenuhnya mendapat kedamaian yang di nanti-nantikannya. Apa kedamaian itu tidak akan pernah datang?
Naruto sekeluarga selamat, bukan karena pelindung godoudama buatannya yang kuat dan melindungi mereka, tapi karena memang fenomena alam barusan tidak mengenai dirinya dan keluarganya.
Bibir kawah hasil fenomena itu terpaut jarak 30 meter dari posisi keluarga kecil Uzumaki berdiri.
"Haaaahh, untung anak-anak kita tidak apa-apa, Hinata" kata Naruto lega, melihat kedua anaknya yang masih bersikap seperti tadi.
Bolt masih bertingkah hiperaktfi dipundak Naruto serta Himawari yang cekikikan riang di dalam kereta bayinya. Kedua anak polos itu tidak tahu apa-apa dan tidak mengerti sama sekali apa yang telah terjadi. Jadi lah mereka, tetap tidak menghiraukan apa yang telah terjadi padahal bencana itu sudah meluluh lantakan Desa Konoha dalam areal yang cukup luas.
"Umm, syukurlah. Naruto-kun" balas Hinata pada suaminya. Ia juga sangat panik tadi, tapi melihat kedua buah hati mereka tidak terluka sedikitpun, dia bisa lega.
Tap... ...
Tidak perlu waktu lama, puluhan manusia sudah berbaris rapi disepanjang bibir kawah berukuran besar yang melingkar. Ada laki-laki dan perempuan, ada yang berseragam hitam dan bertopeng, ada yang berseragam rompi hijau, ada pula yang berpakaian biasa. Mereka semua adalah ANBU, juonin dan chunin serta ninja-ninja elite Konoha anggota Rokie 12. Semua berkumpul dipusat fenomena bencana. Dan pemimpin orang-orang itu, Rokudaime Hokage Hatake Kakashi juga telah berada ditempat kejadian.
"Naruto, kau memang tidak pernah lepas dari masalah ya?" kata Kakashi pada Naruto, menyindir Naruto yang kerap kali dihampiri nasib sial.
"Apa hah?" Naruto langsung nyolot, tidak terima dirinya dianggap biang sial.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" kata Kakashi serius.
"Mana aku tahu..." jawab Naruto ketus. Dirinya sudah terlajur kesal pada senseinya.
"Anoo,,, Hokage-sama.. Kurasa aku sedikit tahu apa yang terjadi" kata Hinata menyela pertengkaran suaminya dengan Hokage Keenam. Dia tidak ingin terjadi keributan akibat sifat kekanak-kanakan suaminya padahal bencana besar baru saja terjadi didepan mata.
"Katakanlah, Hinata" sahut Kakashi serius menatap pada Hinata, putri sulung Bangsawan Hyuga. Dia tidak ingin meladeni tingkah Naruto.
"Itu fenomena alam, gempa angkasa atau spacequake. Terjadi distorsi ruang yang menghasilkan getaran hebat yang mampu menghancurkan struktur materi sampai pada tingkat molekular. Aku tidak tau apa penyebabnya, tapi akibat yang dihasilkan oleh spacequake seperti yang anda lihat sekarang Hokage-sama. Materi apa saja, termasuk bangunan dan makhluk hidup yang ditelan spacequake akan lenyap tak bersisa"
"Aku mengerti, aku juga pernah mendengarnya" kata Kakashi menanggapi penjelasan Hinata.
"Hokage-sama" panggil seorang ANBU yang sedang berlutut disamping Kakashi, "Lihatlah ke langit! Ada sesuatu yang aneh, aku yakin itulah penyebab bencana ini"
Kakashi pun, segera mengalihkan pandangan matanya mengikuti arah yang diberitahukan oleh bawahannya barusan.
Tampak jelas dilangit, sebuah singasana terbang, melayang seolah tidak terikat hukum gravitasi. Singasana mewah berukuran cukup besar yang terbuat dari emas dan dihiasi bermacam-macam batu permata dengan seni ukiran indah. Kakashi langsung takjub melihatnya, tidak lama kemudian timbul rasa iri dihati Kakashi karena singasananya miliknya sendiri, singasana hokage hanyalah sebuah kursi keras, tidak empuk, yang kelebihannya hanya bisa berputar. Kakashi merasa,,,,,, miskin..
Disingasana emas itu, tampak seorang wanita yang sangat cantik dengan kulit putih mulus, berambut ungu gelap panjang yang diikat dengan sebuah pita ungu, memiliki iris mata berwarna ungu serta memakai gaun indah yang mirip dengan armor perang. Tangan kanannya memegang gagang dari pedang besar, sebuah pedang indah yang sama sekali tidak pernah ada di dunia shinobi. Pedang itu dalam posisi terbalik dengan ujung pedang menyentuh bagian bawah singasana. Mungkin bobot pedang cukup berat bagi si wanita sehingga harus dipegang seperti itu.
Wanita yang masih duduk disingasananya, memberikan tatapan tidak suka kepada semua manusia yang ada dibawahnya. Tidak lama, dia pun melompat turun dari singasana lalu mendarat mulus ditengah kawah hasil spacequake. Masih dengan tatapan tidak suka, wanita itu mengangkat pedang besarnya, lalu mengayunkannya secara vertikal, dan...
wuusssshhhh
Hempasan gelombang energi yang tercipta, membuat tanah yang berada dibawah lintasannya hancur bahkan hingga mencapai bibir kawah tempat para ninja dan ANBU berdiri, membuat beberapa dari mereka terpental dan terluka.
"Ijin bertarung dikeluarkan, hentikan amukan wanita itu segera!" sebuah komando, perintah mutlak langsung keluar segera dari mulut Kakashi yang telah berhasil menata hatinya dari perasaan iri.
Pasukan ninja dan ANBU Konoha pun langsung terjun kedalam kawah, berusaha menangkap wanita berambut ungu. Hanya ditangkap, tidak dibunuh agar bisa dinterogasi untuk kepentingan Konoha.
"Horrraaa.. horahorahoraaaa..." pasukan ninja Konoha bertarung sambil berteriak seperti orang kesetanan.
Sementara, masih di bibir kawah, tempat keluarga Uzumaki berada.
"Sensei, kau tahu sesuatu?" tanya Naruto pada Kakashi.
"Dia adalah spirit, makhluk berupa roh yang berwujud perempuan. Memiliki kekuatan supranatural yang berbeda dengan chakra yang kita gunakan sebagai ninja"
"Eh, massa? Kau yakin?" Naruto merasa tidak percaya dengan penuturan Kakashi. Tidak ada yang namanya roh, atau hantu muncul disiang bolong. "Dari mana kau tahu sensei?"
"Dari volume terakhir serial novel Icha-Icha karangan Jiraiya-sama"
"HAAAAAAH..." Naruto berteriak, "Novel mesum seperti itu kau jadikan referensi untuk bencana ini, tidak mungkin ada informasi yang bisa dipercaya di novel karangan Ero Sennin. Otakmu pasti sudah keracunan karena keseringan membaca novel mesum itu, iya kan Sensei?" kata Naruto sambil menunjuk wajah Kakashi.
"Aku serius Naruto"
"Tidak mungkin!"
"Beneran, ciri-cirinya sama persis dengan yang tertulis dalam novel Jiraiya-sama. Senjata ditangannya yang disebut malaikat, serta tanda sebelum kemunculannya yakni spacequake tertulis detail didalam novel"
"Baiklah.. Kalau begitu, apa di novel ero sennin ada dituliskan bagaimana cara mengatasi masalah ini?"
"Ada dua cara, pertama dengan pemusnahan . . . " kata Kakashi, namun terpotong
Aaarggggghhhhh,,,
teriakan ninja-ninja yang berhadapan dengan spirit, yang terlempar kesana-kemari. sudah banyak yang menerima luka. Gadis spirit itu ternyata cukup kuat untuk menghadapai beberapa batalion pasukan ninja Konoha.
Sasuke, yang juga berada disana setelah mendengar penuturan Kakashi langsung mengambil tindakan untuk mencegah kerusakan yang lebih parah dan jatuhnya korban yang lebih banyak. Dia melompat tinggi, mengaktifkan full Susano'o berukuran besar bersayap, menyiapkan sebuah pedang ditangan Susano'onya untuk melenyapkan spirit dalam sekali tebas.
Brakkk...
Belum sempat menebas, Susano'o Sasuke kembali menapak tanah. Tidak berhasil melakukan serangan. Sebuah tangan chakra berwarna kuning, menarik kaki Susano'o agar menapak ditanah kembali. Pelaku pencekalan serangan Sasuke, tidak lain adalah rivalnya sendiri, Naruto yang sedang dalam Mode Biju.
"Hentikan Sasuke! Jangan bertindak gegabah. Aku tidak merasakan niat jahat dari dalam hati spirit itu. Kita dengarkan cara kedua dari Kakashi sensei dulu" kata Naruto sok memimpin, padahal biasanya dia yang paling bodoh dan harus diberitahu kalau melakukan sesuatu.
Sasuke pun menurut, lalu menghilangkan Susano'onya.
"Cara kedua ialah, bicara baik-baik pada mereka dan buat mereka jatuh cinta" sambung Kakashi.
"HAH? Mana ada cara yang begituan" bantah Naruto.
"Lebih baik kita coba saja, Naruto. Awalnya aku mengira kalau karya tulis Jiraiya-sama yang terakhir ini hanya fiksi belaka, tapi ternyata itu hasil penelitian beliau yang dituang dalam bentuk cerita novel."
Hening sejenak, hingga Naruto yang merasa aneh karena sejak tadi ditatap lekat oleh mata Sang Hokage. Naruto merasa risih, dia yakin dirinya masih normal, terlebih lagi sudah punya istri. Memang benar kalau Naruto seringkali membuat banyak wanita jatuh cinta pada dirinya, terlebih sejak menjadi pahlawan perang. Bahkan sejak saat itu, Naruto sering terjebak skandal dengan sederet wanita cantik dan sexy.
"Aku mengerti tatapanmu, Sensei. Aku memang ahli berbicara dengan musuh, tapi kau tidak berniat menyuruhku kan? Aku tidak akan mau melakukannya dan membuat mereka jatuh cinta padaku karena aku sudah punya istri. Lebih baik suruh Si Teme saja. Walaupun dia sama sekali tidak bisa berbicara benar dengan orang lain tapi wajahnya lebih tampan dariku, itu pasti cukup untuk menarik perhatian gadis spirit"
"Aku juga sudah punya istri, Dobe" tolak Sasuke.
"Ahh, kalau begitu suruh Kiba saja, atau Lee, Shino, atau kau saja sekalian, Kakashi sensei. Kalian semua kan masih jones" kata Naruto.
"Aku hadir/aku hadir" dua suara tiba-tiba saja terdengar ditelinga orang yang sejak tadi berdebat. Rupanya suara Kiba dan Lee, terlihat bersemangat untuk urusan seperti ini. Aahh,,,, tidak, ternyata ada tiga orang. Shino juga maju mendekat walau dia tidak ikut menyuarakan kehadirannya.
"Baiklah, sekarang akan aku jelaskan pada kalian bertiga tahapan menaklukan gadis spirit itu, jadi dengarkan baik-baik!" pinta Kakashi pada Kiba, Shino, dan Lee.
"Dari informasi yang ku ingat di novel icha-icha, spirit merupakan roh yang berwujud sebagai perempuan, bertindak sesuai emosi dalam diri mereka. Jika mood mereka buruk, maka sejumlah besar energi roh akan keluar yang dimanifestasikan dalam aksi mengamuk dan menghancurkan apa saja yang ia lihat. Karena semua spirit berjenis kelamin perempuan, maka adalah tugas laki-laki untuk mengatasinya. Jadi, pertama mendekati mereka tanpa merusak mood mereka lalu berbicara baik-baik. Jika spirit memberikan respon positif, maka bisa lanjutkan dengan ajakan kencan. Terakhir, jika spirit sudah menunjukkan rasa cintanya dan tidak ingin berpisah dengan kalian, maka sebagai penutup untuk menyegel kekuatan roh mereka, berikan,,, berikan,...?"
"Berikaaan,,, apa Kakashi sensei?" Naruto yang berinisiatif bertanya ketika menyadari gurunya melupakan suatu hal karena ketiga jones yang ada tidak bertanya, hanya bengong saja menantikan ucapan Kakashi selanjutnya.
"Aaah, aku lupa apa yang terakhir... "
"Annooo, aku tahu.. Be-berika ci-ciuman penuh cinta dibibir mereka" sahut Hinata dengan wajah merona merah pekat malu-malu. Memberitahu apa yang telah dilupakan oleh Kakashi.
"Eh?" Naruto sedikit terkejut, "Bagaimana kau bisa tahu, Hinata?"
"Umm, ituuu,, a-aku mengingatnya dari volume terakhir Novel Icha-Icha karya Jiraiya-sama yang pernah ku baca dulu saat masih remaja" jawab Hinata jujur, masih dengan wajah memerah seperti tadi. Bahkan dengan menundukkan kepala agar wajahnya tidak terlihat lawan bicaranya.
Naruto shock berat mengetahui bahwa istrinya saat remaja yang sangat polos ternyata pernah membaca novel mesum Icha-Icha kesukaan Kakashi si Hokage mesum, karangan Jiraiya sang Legenda Sannin yang terkenal kemesumannya. Sebenarnya Naruto tahu kalau istrinya memang hobi membaca novel, tapi yang bergenre romance bukan novel mesum khusus dewasa.
Tidak hanya Naruto yang shock, semua teman-teman Rokie 12 yang ada disana juga sangat terkejut. Siapa yang tidak kenal sosok Hinata yang dahulu ketika masih remaja, yang merupakan seorang gadis anggun, bersahaja, lembut, ramah, sopan, sangat pemalu, dan kelewat polos, tapi ternyata bisa membaca novel dewasa, karangan Jiraiya pula.
"Kauu,,, pernah membaca novel itu, Hinata? Siapa yang mengajarimu? Katakan padaku siapa orangnya!" Naruto yang masih shock, merasa perlu bertanya. Pokoknya, Naruto akan menghajar siapapun orang yang telah berani merusak masa remaja istrinya. "Apa Kakashi sensei?" setelah menanyakan itu, Naruto mengalihkan tatapannya dari Hinata. Sebuah tatapan membunuh yang sarat akan kebencian ditujukan pada gurunya.
Kakashi bergidik ngeri. Dia harus mengakui, walaupun jabatannya sebagai Hokage tapi masalah kekuatan dia jauh dibawah Naruto. Lagipula, Naruto tidak pernah pandang bulu apapun jabatan orang. Hokage sekalipun, tidak akan bisa menghentikan Naruto jika ketenangannya diusik.
"Bu-bukan Naruto-kun", jawaban Hinata segera, menghentikan aksi tatapan mebunuh Naruto pada Kakashi. Kakashi bisa bernafas lega.
"Se-sebenarnya aku membacanya karena di sampul novel icha-icha volume terakhir itu tertulis nama Naruto-kun sebagai editornya" lanjut Hinata lagi. Karena dia sudah menyukai Naruto sejak kecil, jadi benda apapun yang berhubungan dengan Naruto, akan menjadi koleksinya.
"Ah?" Naruto tidak bisa berkata apa-apa lagi. Apa iya, dia harus menghajar dirinya sendiri karena dirinyalah sebenarnya penyebab Hinata membaca novel seperti itu? Memang sih, selama pelatihan 3 tahun diluar Konoha, Naruto sering membantu Jiraiya menyusun novel bahkan dia sering disuruh Sang Gama Sannin untuk membaca ulang dan mengedit naskahnya jika ada kesalahan.
"La-lalu karena menurutku isi novel itu sangat menarik, jadi tanpa kusadari ternyata aku telah membeli semua serinya dari volume pertama hingga terakhir dan membaca semuanya" kata Hinata, mengakui semua perilaku menyimpang yang pernah ia lakukan selama masa remajanya.
"Ha?" Naruto ternganga. Ini sudah sangat diluar ekspektasinya. Naruto sama sekali tidak menduganya.
Sementara dari arah sekitar mereka, khususnya dari teman-teman perempuan sesama ninja angkatan Rokie 12, terdengar bermacam-macam bisikan berisi gunjingan tidak enak ditelinga yang memberikan implikasi negatif dan konotasi menjijikan pada Naruto yang ternyata telah berperan besar pada kerusakan pola pikir Hinata remaja. Jika saja ada Neji atau Hiashi, mungkin Naruto sudah dihajar.
Sedangkan Naruto sendiri, tidak terlalu menghiraukan suara bisik-bisik. Yang ada dibenaknya sekarang ialah, 'Hmmm,,,, pantas saja selama ini Hinata tidak pernah sekalipun membuatku merasa tidak terpuaskan di atas ranjang. Rupanya istriku yang imut ini telah memiliki referensi yang sangat bagus sejak dahulu. Hihihiii,... aaaaahh, Terima Kasih Ero-Sennin, kau memang benar-benar guru terbaik. Puja Jiraiya-sama' dan ternyata itu bukan perkataan didalam benak semata, sebab tanpa sadar Naruto mengeluarkan suaranya walau pelan.
Lalu Sasuke, Sai, Chouji, dan Shikamaru yang berdiri didekat Naruto sejak tadi dan mendengar apa gumaman Naruto barusan, sebagai seorang suami, mereka mendekati Kakashi. Mereka berempat menarik mundur Kakashi sedikit kebelakang, lalu Sasuke berbisik, "Kakashi sensei, dimana toko yang menjual semua seri Novel Icha-Icha karya Jiraiya-sama?"
"Hohooo,,,, kalian bisa membelinya padaku. Itu barang langka, tapi untuk kalian hanya 3,5 juta ryo untuk satu set lengkap" jawab Kakashi berbisik pula.
"Mahal banget, jadi bagaimana?" bisik Sasuke pada tiga rekannya.
"Aku sejutu" jawab Sai.
"Aku juga" tambah Chouji.
Shikamaru hanya mengangguk saja
Oke, tinggalkan bisik-bisik empat suami mesum yang mungkin belum terlalu puas dengan service dari istri mereka masing-masing. Beralih pada tokoh utama cerita ini.
"Aah, sudah lah. Yang penting kita sudah tahu cara mengatasi spirit itu. Jadi siapa yang mau mulai duluan?" tanya Naruto tiba-tiba mengalihkan topik. Dia tidak ingin melihat Hinata pingsan sekarang. Lihat saja, sudah banyak asap mengepul keluar dari telinga istrinya, bahkan wajahnya saja sudah lebih merah dibanding buah apel.
"Aku duluaaan..." teriak Lee samangat.
Lee pun maju ketempat spirit yang masih berdiri dengan tatapan membunuh, sementara pasukan ninja Konoha yang sudah mengerti situasinya bergerak mundur menyerahkan urusan ini pada Lee, sang master taijutsu terkuat di Konoha sekarang. Tidak lama kemudian...
Brruukkkkkk...
Tubuh lee yang menghitam dan berasap terpental puluhan meter, usahanya gagal bahkan dia harus terkapar tidak jauh dari kaki Naruto. Naruto sendiri hanya acuh saja.
"Itu karena kau konyol dan pakaianmu sangat norak, Lee. Mana ada perempuan yang suka didekati pria yang selalu berkeliaran memakai pakaian spandhex hijau lumut ketat sepertimu. Lihat saja Guy sensei, dia masih jomblo sampai sekarang." kata Kiba mengejek Lee, "Naaahh, sekarang giliranku. Ayo Akamaru, kau juga ikut bantu aku membuat spirit itu jatuh cinta padaku"
Kiba maju, namun tidak lama kemudian...
Brruukkkkkk...
Nasib naas juga menimpa Kiba. Tidak berbeda dengan Lee, tubuh Kiba juga menghitam dan berasap, terkapar berdampingan dengan Lee. Akamaru juga bernasib sama dengan majikannya.
"Itu karena kau bau anjing, Kiba. Cobalah sering-sering mandi atau kau akan menjomblo selamanya" Shino pun akhirnya mengeluarkan sedikit suaranya. "Sekarang, lihat aku. Akan ku buktikan kemampuanku mendekati wanita" lanjut Shino narsis.
Brruukkkkkk...
Shino pun mendapat pengalaman yang sama dengan dua rekan yang telah mendahuluinya.
"Mana ada perempuan yang menyukai serangga, Shino. Hahahahaa. . . Dasar" ejek Naruto, tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya, "Pantas saja sampai sekarang kalian bertiga masih jones"
Aksi membuat spirit jatuh cinta pun terus berlanjut. Ada Izumo dan Kotetsu, yang dijuluki sebagai pasangan homo penjaga gerbang abadi karena sampai sekarang pun tugas mereka berdua tidak pernah berubah. Selanjutnya ada Ebisu, lalu Konohamaru, Genma, Ibiki, dan banyak lagi shinobi jones lainnya yang mengantri untuk mendapatkan hati gadis spirit cantik, namun satupun tidak ada yang berhasil. Kakashi sebagai Hokage juga sudah ikut turun tangan, entah karena tugas melindungi Konoha atau memang karena keinginannya sendiri agar masa jomblonya segera berakhir, siapa yang tahu? Tapi semuanya gagal, tidak satupun yang berhasil. Jangankan bicara, mendekat saja susah. Habis sudah stok shinobi jones Konoha.
Harapan hanya tersisa satu orang. Mungkin sudah saatnya sang pahlawan beraksi.
"Oey,,, oeyy.. Kenapa kalian semua menatap kearahku? Aku bukan jones. Aku sudah punya istri"
"Ku mohon, Naruto. Ini demi kedamaian Konoha. Kau tidak ingin kan dunia shinobi kembali terpuruk" kata Kakashi membujuk Naruto, lalu menatap pada Hinata meminta persetujuan.
"Emm,,, sudah lah. Lebih baik coba saja, Naruto-kun" kata Hinata tiba-tiba dengan berat hati. Bisa jadi keputusan yang dibuat Hinata ini adalah keputusan yang sangat salah dan mampu menjungkir balikkan masa depan keluarga Uzumaki.
"Eh?" Naruto menatap tidak percaya pada Hinata. Bisa-bisanya istrinya mengeluarkan ijin seperti itu, "kau yakin dengan apa yang kau katakan, Hinata?"
Hinata mengangguk pelan. Namun suasana berubah, tiba-tiba gravitasi meningkat sehingga tubuh terasa sangat berat dan hawa menyeramkan seperti puluhan dewa kematian telah mengelilingi dan bersiap melahap jiwa-jiwa manusia, semua orang menjadi merinding. Hinata ternyata mengaktifkan byakugan walau masih menundukkan kepala, "Tapi, aku tidak ingin sampai tahap akhir. Cukup hanya bicara pada spirit itu saja." Walaupun sudah memberi ijin, tapi ternyata ada syaratnya. Tidak boleh ada adegan ciumam.
Glekkk...
Naruto menelan ludah, sesak, seakan menelan segumpal nasi tanpa menguyahnya terlebih dahulu.
"Ah, iya. Aku mengerti" jawab Naruto singkat takut-takut salah bicara.
Sontak suasana kembali tenang, Hinata mendongakkan kepala dengan senyum lembutnya. Semua orang yang ada disana lega, menganggap tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan lagi. Cukup hanya berharap pada Naruto sang pahlawan, semua masalah pasti akan selesai.
Tapi bagi Naruto, senyum lembut Hinata kali ini jauh berbeda dari biasanya. Naruto merasa kehidupan masa depan rumah tangganya akan terjungkir balik dengan segudang kesialan dan kekacauan yang siap menghampiri dirinya.
Dan sejak itu, di mulailah aksi Naruto mempertahankan kedamaian dunia Shinobi dari ancaman makhluk yang disebut spirit.
.
Tap...
Naruto berhasil mendekat ke arah sang gadis spirit tanpa luka-luka, tidak seperti rekan-rekan jones yang sebelumnya. Ini mudah bagi ninja hebat sekaliber dirinya.
Sang gadis spirit cantik sedang diam berdiri seperti mematung. Mungkin karena pasukan ninja Konoha sudah berhenti memberikan perlawanan, jadi diapun berhenti mengamuk.
"Anoo..." Naruto telah berada didekat gadis spirit.
Spirit pun membalikkan wajahnya, menatap Naruto dengan tatapan kebencian.
wusshhhh..
Dengan sekali mengayukan tangan saja, parit ditanah langsung terbentuk. Beruntung tidak mengenai Naruto, sabetan energi roh bertekanan tinggi hanya lewat disampingnya saja.
"Oey, tunggu,, tunggu.! Aku bukan musuhmu, coba kau tenang lah sebentar"
Naruto melangkah maju lebih mendekat pada spirit.
"Berhenti!" gadis spirit mengeluarkan kata pertamanya setelah tiba di Bumi.
Wusssh,,,
Sekali lagi, sabetan energi roh bertekanan tinggi lewat beberapa centi dari ujung jari kaki Naruto. Terpaksa Naruto berhenti dahulu.
"Siapa kau?" tanya Spirit dengan nada tinggi.
"Aaa..."
"Aku bertanya padamu sekali lagi. Siapa kau?"
"aaah, eee... Sebaiknya sebelum kau bertanya nama orang lain, perkenalkan dirimu terlebih dahulu" balas Naruto sambil menunjuk wajah sang spirit.
wussssshhhh...
Lagi, Naruto mendapat serangan seperti sebelumnya.
"Hoihooii.. Tenang lah!... Jika kau tidak tenang, nanti orang-orang yang tadi menyerangmu bisa datang lagi" kata Naruto. Sedikit mengintimidasi berharap spirit didepannya bisa lebih kooperatif.
"Hemmph" dengus si spirit, memalingkan wajahnya kesamping. "Siapa kau? Jika tidak menjawab, kau akan kubunuh" tanya spirit sekali lagi.
"Sudah ku bilang kan, perkenalkan dirimu dahulu sebelum menanyakan nama orang lain. Itu namanya tidak sopan "
"aah,, eee..." entah kenapa kini si gadis spirit yang tidak bisa berkata apa-apa. Gadis spirit hanya menggaruk-garuk pipinya dengan telunjuk, nampak sangat luar biasa imut namun sama sekali tidak berpengaruh pada orang tidak pekaan macam Naruto, dan lagi Narutonya sudah beristri.
"Baiklah, kalau kau tidak mau memberitahu namamu, setidaknya beritahu aku kenapa kau bisa ada disini."
"aaahh, ituuu..." si gadis spirit kembali tidak bisa menjawab.
"Kau berasal dari mana?"
"..."
"Haaaah" menghela nafas sejenak, Naruto menduga ada yang tidak beres dengan otak spirit ini, "Baiklah, apa ada hal yang kau ingat sebelum tiba disini?"
"Eheheeee, tidak ada sama sekali. Yang aku ingat hanyaa,,, tadi aku tiba-tiba jatuh dari langit dan sampai disini" jawab gadis spirit cengengesan.
"Ya, ampuuun. Kalau begitu, kenapa kau mengamuk tidak jelas tadi?"
"Aahh, ittuuuu... Habisnya ada banyak orang, jadi aku takut."
"Kalau takut banyak orang, lalu kenapa saat tadi ada laki-laki yang mendekatimu satu persatu malah kau usir"
"Wajah dan penampilan mereka tidak enak dilihat" jawabnya polos.
'Pantas saja mereka semua masih jones. Tidak hanya wanita asli, bahkan wanita jadi-jadian seperti dia ini pun merasa risih dengan mereka semua... Aaahhh, jadi ini hanya salah paham' pikir Naruto dibenaknya.
"Aahh, ya sudah. Kalau begitu bisa kita bicara sebentar?" pinta Naruto. Setelah itu dia duduk bersila ditanah, ditengah kawah..
Sang gadis spirit juga ikut duduk bersila, berhadapan dengan Naruto. Gadis spirit sudah mulai kooperatif dan tidak mengamuk lagi.
"Perkenalkan, namaku Uzumaki Naruto. Calon Hokage ketujuh, lima tahun lagi" kata Naruto narsis memperkenalkan dirinya, menyodorkan tangan kanannya untuk bersamalam dengan gadis spirit didepannya, "Namamu?"
"..." gadis spirit hanya bengong, nampak antusias dengan sikap Naruto tapi tidak tahu harus bagaimana.
Tangan kanan yang Naruto sodorkan kedepan, tidak jadi digunakan untuk berjabat tangan, tapi untuk menepuk jidatnya sendiri.
"Aduhh... Aku lupa kalau kau tidak tahu namamu. Hmmmm,,,, bagaimana kalau kau ku beri nama saja?" tawar Naruto.
"Apa nama itu enak?" tanya si gadis spirit dengan polos.
"Haaahhhh?, bukaaaan. Jika kau punya nama, kau bisa mengobrol dengan orang lain lebih enak. Itu juga jadi identitasmu"
"Baiklah, aku mau."
"Hmm, bagaimana kalau namamu Sato"
Si gadis spirit memiringkan kepalanya, seperti tanda kurang setuju.
"Memang pasaran sih nama itu, kalau Ayana saja"
"Humppp" gadis spirit mendengus tidak suka.
'Ya ampun, aku lupa. Itu tadi kan nama penyanyi transgender'. pikir Naruto, "kalau Akihito?"
Respon yang didapat Naruto sekarang jadi lebih parah, aura kekuatan roh si gadis spirit malah menguar-nguar seperti pembunuh.
'Kurama, tolong aku' kata Naruto dalam alam bawah sadarnya
'Pikir sendiri, bocah!' balas Kurama.
"Aaaa..." Naruto jadi panik, dia kelimpungan padahal sudah mau diajak bicara baik-baik tapi hanya gara-gara nama bisa jadi runyam lagi,,," Tohka,, ah yaa... Tohka saja, bagaimana?"
"Tohka?"
"Hmm, iya, Tohka. Bagus kan?"
Si gadis spirit mengangguk setuju.
'huuuuuhh,,,' lega sudah pikiran Naruto, 'padahal nama itu muncul dikepalaku hanya karena hari ini tanggal 10 april saja, tau-taunya dia setuju. Syukur deh...'
"Yosssshh..." Naruto bersemangat kembali, dan mereka berdua pun berbincang-bincang cukup lama. Lebih dari setengah jam. Tohka, nama gadis spirit itu, dia merespon dengan baik. Menang keahlian Naruto berbicara dengan orang lain, tidak salah dia dianggap sebagai satu-satunya ninja yang menguasai jurus legendaris yang bisa meluluhkan hati semua musuh, Bacot no Jutsu.
Keduanya asik berbicara sambil sesekali tertawa karena candaan Naruto, atau tingkah polos dan tsundere dari Tohka. Hingga sampai pada tahap ketiga mendekati spirit, "Anoooo,,, Tohka-chan" kata Naruto, ada penambahan sufiks '-chan' agar terkesan lebih akrab dan lebih intim, "Bagaimana kalau besok kita kencan?" ajaknya pada Tohka.
"Eh,,,?" Tohka memiringkan kepalanya tanda tidak mengerti, "Apa kencan itu enak, Naru?"
Tohka pun memanggil Naruto dengan panggilan 'Naru', panggilan akrab mereka berdua.
Padahal dalam kehidupan rumah tangganya sendiri, Naruto tidak pernah memakai panggilan manis atau sayang pada Hinata. Sedangkan pada Tohka yang baru saja kenal, sudah saling panggil dengan manis. Ini tanda-tanda awal retaknya kehidupan rumah tangga.
"Yaaa, pokoknya kencan itu enak." jawab Naruto asal. "Jadi apa kamu mau, Tohka-chan?"
Tohka mengangguk sebagai jawaban.
"Baiklah, kita bertemu lagi disini besok pagi, ttebayou.."
"Ummm..."
"Huhh, berhasil. Tinggal memikirkan kencan besok saja. Maka tugasku selesai.' pikir Naruto dibenaknya sambil menatap langit.
Saat mengalihkan pandangannya kedepan, Tohka sudah tidak ada lagi. Naruto tidak terkejut, gadis spirit yang datang dengan cara aneh, wajar jika cara hilangnya juga aneh.
"Baiklah, masalah hari ini selesai. Setidaknya untuk hari ini." kata Naruto semangat, lalu berjalan kembali pada teman-temannya yang harap-harap cemas menunggu hasil usaha Naruto, terutama istrinya. Dan fenomena tidak masuk akal hari ini pun hanya di anggap sebagai bencana alam biasa saja.
.
.
.
Matahari pagi sudah menampakkan dirinya, walau baru beberapa derajat kemunculannya di ufuk timur. Hawa udara terasa masih dingin, menusuk hingga tulang seorang pemuda yang pagi-pagi sekali ini sudah berada ditengah kawah bencana spacequake kemarin. Salahnya sendiri, mengajak seorang gadis kencan pagi hari. Tapi karena sudah janji, Naruto pantang mengingkarinya.
"Haaaah,, kapan dia datang ya? Sudah setengah jam aku menunggu. Brrrr." kata Naruto, bibirnya sampai bergetar kedinginan karena cukup lama berdiri.
plukk.
"Aduhh, siapa sih yang menimpuk kepalaku?" tanya Naruto sewot.
"Naruuu,..." Tohka yang entah sejak kapan sudah berada dibelakang Naruto, berdiri memasang tampang cemberut karena Naruto tidak menyadari dan menyambut kedatangannya.
"Aaah, Tohka-chan. Ohaiyo" sapa Naruto.
"Aku mau makan kencannya sekarang" dengus Tohka.
"Iyaa, tapi sebelum itu, ganti dulu baju mu." kata Naruto. Dia agak risih mengajak Tohka jalan-jalan dengan pakaian seperti armor perang.
"Aku harus pakai baju apa?"
"Eeeeerr,..." Naruto jadi bingung. "Bagaimana kalau begini saja" kata Naruto menunjukkan sebuah foto yang dia ambil dari dompet gama-chan miliknya. Foto remaja Hinata sebelum ia nikahi (Pakaian Hinata di manga pendek Hiden Retsu no Sho ketika kencan dengan Naruto).
Mengerti, Tohka pun mengangkat tangannya keatas. Perlahan armor perangnya tanggal, hilang sedikit demi sedikit dari atas kebawah.
Naruto, mau tidak mau harus panik, terpaksa membalikkan tubuhnya membelakangi Tohka. Dia tidak ingin disangka mesum pagi-pagi melihat gadis telanjang di luar ruangan.
Tohka pun menyelesaikan ganti bajunya. Ganti baju tanpa melepas dan memakai. Dengan sedikit trik sihir ala roh, dia dapat mengganti baju secara instan atau teknik requip.
"Naruu,, sudah" kata Tohka. Memanggil Naruto yang masih memungguni dirinya.
"Aaaahh, baiklah... sekarang ayo ikuti aku" kata Naruto yang sudah menghadap Tohka.
Acara kencan mereka dimulai. Naruto mengajak tohka berkeliling ke seluruh desa Konoha. Sebenarnya Naruto bukan ahli berkencan, dia pun bingung mau mengajak Tohka melakukan apa. Hanya bermodal insting dan kebiasaannya dahulu ketika berkencan dengan Hinata. Sampai sekarang sudah hampir dua jam, Naruto hanya membawa Tohka berkeliling tidak jelas.
"Ne nee,,, Naru. Apa ini yang disebut kencan? Baunya enak." kata Tohka menunjuk sebuah makanan, kue yang sedang hangat-hangatnya di sebuah etalase toko.
"Haah?" Naruto melongo, tadi Tohka masih disampingnya tapi sekarang sudah didepan toko. Malah sekarang Tohka sudah menempelkan wajahnya di kaca etalase toko. "Itu bukan kencan, itu namanya kue manju"
"Aaahh, bukan yaa? Tapi aku mau ini." tunjuk Tohka ke kue manju yang ada didalam etalase.
"Ya sudah. Ambil saja kalau kau mau"
"Yeeiyy" teriak Tohka girang.
Acara jalan-jalan mereka pun terus berlanjut. Setidaknya Naruto sudah tahu apa yang disukai Tohka. Hal yang harus seseorang ketahui dari pasangan kencannya. Tapi bagi Naruto tidak seperti ini juga kan? Tohka selalu saja singgah disetiap toko kue yang mereka lalui dan bertanya pertanyaan yang sama "Apa ini yang dinamakan kencan?". Ada dango, anmitsu, cinnamon rolls, dorayaki, takoyaki, taiyaki, daifuku dan banyak lagi kue lainnya. Semua telah dicoba tohka. Tapi gadis spirit itu belum ada tanda-tanda akan kenyang.
Tentang makanan, Naruto jadi mengingat sesuatu, kebetulan perutnya juga sedang lapar.
"Tohka-chan, kau mau ikut aku sarapan tidak?"
"Umm" dijawab anggukan antusias dari Tohka. Urusan makanan, Tohka tidak akan pernah kekenyangan.
Sampailah mereka didepan sebuah kedai. Kedai yang baru buka karena ini masih pagi.
"Teuchi-jisan. Aku pesan yang biasa, untuk dua orang" kata Naruto lalu langsung duduk, diikuti oleh Tohka disampingnya.
Tak lama kemudia, "Ini pesanannya, Naruto dan Hi-" ucapan Teuchi terhenti karena melihat gadis yang menemani Naruto bukan lah orang yang ia kenal. Dia berpikir, apa Naruto mulai berani selingkuh? Tapi karena tidak ingin ikut campur urusan rumah tangga orang, Teuchi diam saja.
"Ada apa Teuchi-jisan?"
"Ah, tidak. Makanlah." jawab Teuchi singkat, lalu beranjak kebelakang kedai. Dia tidak perlu siaga di depan pancinya dari balik meja pelanggan karena hanya ada naruto dan seorang gadis saja.
"Nah, Tohka-chan, silahkan mak-" ucapan naruto terhenti saat melihat keadaan Tohka sekarang. Tohka dengan mata berbinar-binar, air liur yang tak kunjung berhenti menetes keluar dari mulutnya yang tengah terbuka. Naruto tahu itu, tanda-tanda seorang penggila ramen, mirip dengan dirinya sendiri tapi ini lebih parah.
"Ittadakimasu..." tak lama kemudian, "sluurrpp, aaahhh. Aku mau lagi, Naru"
"Ah, yaa" kata Naruto lalu beralih memanggil pemilik kedai, "Teuchi-jisan, ramennya lagi"
Teuchi segera menyiapkan pesanan pelanggannya, dan belum sampai 20 menit didepan Tohka sudah ada menara mangkok. 55 mangkok ramen yang sudah dihabiskan Tohka. Ini rekor baru, Naruto si pemuja Dewa Ramen saja belum pernah makan ramen sebanyak itu dalam waktu 20 menit.
"Aaahh, kenyangnyaaa" kata Tohka mengusap perutnya yang anehnya tetap rata padahan sudah banyak sekali makanan yang masuk. "Ne, Naruu. Jadi apa ini yang namanya kencan?"
Naruto jadi bingung, karena pikirannya masih blank akibat melihat tumpukan mangkok ramen, lagi-lagi dia asal jawab, "Ya, inilah yang namanya kencan. Kencan Ramen."
Setelah puas makan, Naruto membawa Tohka keluar dari kedai, "Kau pulang lah,, aku masih ada urusan. Tidak apa-apa kan Tohka-chan?" Naruto sebenarnya tidak keberatan mengantar Tohka pulang, tapi karena tidak tahu tempat tinggal spirit dan lagi Tohka bisa pulang cepat dan langsung hilang seperti kemarin, jadi Naruto tidak ingin merepotkan dirinya sendiri.
"Baiklah, sampai ketemu lagi Naru" kata Tohka. Dia melambaikan tangannya pada Naruto yang sudah berjalan menjauh dari dirinya
.
.
.
To be Continued. . . .
.
Note : Heheeee, fic MC yang ada aja masih belum kelar, malah bikin fic baru. Yosh, begini, sama seperti kebanyakan author lain, otakku ga bisa jika terlalu difokuskan untuk menggarap dua fic itu melulu, aku juga butuh pengalih fokus. Jadi lah fic ini. Awalnya karena tertarik untuk bikin fic di fandom Xover ini dan kebetulan pernah menonton anime itu, lalu datang lah ide. Dibuang sayang, jadi langsung dibikin fic aja. Dan jumlah word fic ini lumayan panjang. Wajar saja, walaupun hanya selingan tapi fic ini sudah mulai kutulis sejak hampir tiga minggu lalu (semakin lama, semakin banyak word).
Kujelaskan dulu, Fic ini bisa dianggap udah complete, tapi walau begitu kedepan bisa saja ada lanjutannya dengan spirit yang berbeda. Alur ceritanya akan kubuat nyambung dengan chapter sebelumnya jika fic ini memang berlanjut. Itupun kalau ada ide yang muncul dikepalaku. Aku ingin menyelesaikan dua fic MC yang masih belum selesai, jadi penggarapan fic ini hanya sebagai pengalih perhatian. Kalau ada update, mungkin akan lama. Aku tidak ingin mengurangi konsistensi menulis fic berjudul "To The End of The World" dan "My Cute Sister?"
Intinya jika update, fic ini akan hadir dengan prinsip "satu masalah, satu spirit, satu konflik, satu chapter, selesai" gitu. Jadi tidak akan ada yang namanya mati penasaran karena tiga huruf sakral mematikan "TBC" di fic yang ini.
...
...
...
Omake...
Langit sudah tampak jingga keunguan. Hari sudah petang, dan tampaklah seorang pemuda bermabut pirang yang berjalan gontai, terlihat sangat kelelahan.
"Haaaah, capeknyaa... Tsunade-baachan tidak punya belas kasihan, massa aku harus selesai membaca dan mempelajari kitab birokrasi dan sistem pemerintahan Konoha yang tebalnya lebih dari sejengkal hari ini juga sih? Dasar, Baachan keterlaluaaaan..." keluh Naruto.
Naruto baru saja pulang dari rumah Tsunade. Setelah acara kencan dengan Tohka tadi pagi, siangnya dia harus ke rumah Tsunade. Disana dia mendapat pengajaran dan pelatihan menjadi Hokage yang baik dan benar secara ekslusif dari mantan Hokage Kelima. Tsunade mengajar dengan sangat keras agar nanti Naruto bisa menjadi Hokage yang bertanggung jawab dan mampu memajukan Konoha, mengingat beberapa bulan yang lalu Naruto sudah dinobatkan sebagai Hokage Ketujuh walaupun acara pelantikannya masih lima tahun lagi. Lima tahun itu masih lama, tapi karena kapasitas dan kecepatan pemprosesan otak Naruto yang jauh dibawah standar, makanya dia harus mendapat pendidikan menjadi Hokage sejak dini.
Naruto sudah ada didepan pintu rumahnya.
"Semoga saja Hinata ada dirumah. Cukup melihat wajahnya saja, capek ini pasti tidak akan terasa lagi. Aaaahh,,,, Hinataku, hidupku, cintaku, sayangkuuu. Beruntungnya aku memilikimu sebagai istriku." Gumam Naruto tidak jelas.
Cklekk.
"Tadaima, Hinata"
"Okaeri, Naruuuuu..."
Seorang wanita berambut ungu gelap panjang, menjawab salam Naruto. Bukan istrinya, tapi wanita lain. Naruto sangat mengenalinya karena baru tadi pagi berkencan dengan wanita itu. Tapi yang bikin Naruto bingung ialah, kenapa wanita itu ada dirumahnya?
Ditengah kebengongan Naruto, tiba-tiba wanita itu tanpa risih sama sekali memeluk erat lengan Naruto, membenamkan lengan Naruto diantara dua benda empuk yang ukurannya kurang lebih sama dengan milik Hinata. "Besok kita kencan ramen lagi yaaa.." pintanya manja
"To-toh- Tohka-chaaannn. Bi-bisa tidak, lepaskan tanganku dulu?" pinta naruto dengan terbata-bata. Dia sangat takut kalau Hinata melihat adegan ini, pasti timbul kesalahpahaman.
"Tohka-chan..." terdengar suara lembut dan merdu. Namun sebaliknya ditelinga Naruto. "Bolt-kun baru saja selesai mandi, bisa tidak bantu dia memakai pakaiannya?"
"Ha'i... Siap laksanakan, Hinata-sama" kata Tohka sigap, lalu langsung beranjak kebelakang.
Naruto makin shock, apa-apaan ini? Ada apa dengan kehidupannya sekarang? Kemana hilangnya hidup yang penuh berkah dan kebahagiaan bersama Hinata dan kedua anaknya? Kenapa Tohka bisa ada dirumahnya? Kenapa Tohka bisa menurut dan sangat patuh pada Hinata? Dan kenapa? Kenapaaa...?
"Naruto-kun..." kata Hinata lembut. Bukan lembut, tapi terdengar sadis seperti bisikan dewa kematian di telinga Naruto. "Jangan pernah berbuat macam-macam. Mataku selalu melihatmu" lanjut Hinata dengan mata Byakugan aktif. Aura pekat berwarna hitam kelam seperti dewa kematian menguar-nguar dari tubuh Hinata. Membuat Naruto merinding seperti menghadapi sakaratul maut.
Glekkk...
Menelan ludahnya sendiri, Naruto langsung mengambil posisi sembah sujud. Dia memang sudah sering merasakan tinju super Sakura. Tapi melihat kebengisan Hinata yang sekarang, Sakura sama sekali tidak ada apa-apanya.
"Hamba berjanji tidak akan berbuat macam-macam, Hinata-sama" kata Naruto dalam posisi sembah sujud.
'Ternyata memiliki istri seorang Hinata tidak sepenuhnya beruntung, kenapa sifat bengisnya baru muncul sekarang? Dulu sebelum menikah denganku, dia kan tidak pernah seperti ini?' kata Naruto dibenaknya. Hancur sudah kehidupan bahagia keluarga Uzumaki, dihempas oleh badai kekacauan yang timbul akibat kemunculan gadis spirit.
.
.
.
Eittsss ada lagi, karena dibawah ini ada cuplikan untuk chap depan yang tiba-tiba saja muncul dikepala. Kalau ga ditulis nanti hilang jadi ku cantumkan dulu disini. Kerangka ceritanya sendiri belum ada sama sekali, jadi kalau update, mungkin akan cukup lama. Aku tidak bermaksud mem-PHP-in, jadi jangan terlalu berharap.
Next Preview...
Dua pemuda berdiri berdampingan, menatap puluhan pasukan ninja Konoha yang tampak sudah kewalahan menghentikan amukan seorang spirit yang tiba-tiba saja muncul disiang bolong.
"Teme. Sebaiknya sekarang giliranmu yang menaklukan spirit itu. Dirumahku sudah ada satu"
"Hn..."
"Jawab yang jelas, Teme! Iya atau tidak?"
"Hn..."
"Bisa tidak kau melupakan tingkah sok cool mu itu, kita sedang dalam masalah"
"Hn..."
Naruto tidak bicara lagi karena pasti akan mendapat jawaban yang sama, tapi dalam hatinya 'Ghhh,, rasanya mau ku tabok juga ni orang'
Hening sejenak karena rivalnya yang cerewet tidak kunjung bicara lagi, akhirnya Sasuke menambah porsi bicaranya hari ini.
"Aku tidak mau berurusan dengan wanita, merepotkan"
Naruto mencoba bersabar. Melihat spirit itu sejenak dan seketika itulah, muncul ide gila brilian penuh kejutan dari otak bodohnya. Dengan seringaian lebar Naruto berkata, "Teme, coba kau lihat spirit itu baik-baik!"
Sasuke pun menurut, mengikuti perkataan Naruto untuk melihat spirit yang sedang bertarung dengan puluhan ninja Konoha.
"Coba kau lihat dadanya, apa kau tidak tertarik?"
"Hn..." ini dapat di artikan sebagai dengusan bingung.
"Lihaaat,,, dua balon besar itu bergoyang-goyang seakan itu adalah balon karet yang berisi air, bukan angin"
"Ehh.." mata Sasuke menyipit agar bisa melihat lebih jelas.
"Gunakan sharingan mu sekalian!, biar lebih jelas. Dadanya besar. Lihat baik-baik, dadanya itu loh, BE-SAAR... dan pasti sangat empuk"
"Terus?" tanya Sasuke masih kurang paham.
"Heheee, massa kau tidak mau dada yang seperti itu? Aku yakin kalau selama ini kau belum pernah menikmati dada berukuran besar kan?"
Sasuke magut-magut membenarkan, dengan pelan ia mulai mengangguk. Dia sadar bahwa selama ini dirinya sama sekali tidak pernah merasakan dada berukuran besar, mengingat siapa yang jadi istrinya sekarang. Sasuke tidak seberuntung Naruto dalam hal pasangan hidup.
"Ku prediksikan, ukurannya sama dengan milik Tsunade-baachan. Yaa, aku tau dan masih ingat saat kita masih chunin berumur 13 tahun sebagai tim 7 dahulu, kau sering menatap ke arah dada Tsunade-baachan kan, ketika kita kekantor Hokage?, jadi aku yakin kau pasti sangat berselera dengan ukuran dada jumbo."
Anggukan Sasuke semakin cepat, dia juga ingin mendapat kenikmatan dada berukuran jumbo dan empuk yang bisa dijadikan bantal tidur. Itulah impian masa kecil Sasuke yang tidak terealisasi saat ini, dan mungkin tidak akan pernah terealisasi, tidak akan pernah menjadi kenyataan selamanya, jika melewatkan kesempatan yang diberikan Naruto.
"Nah, jadi apa kau sangat ingin menikmati dada seperti itu?"
Pertanyaan Naruto barusan tidak dijawab dengan kata-kata, tapi dijawab Sasuke dengan anggukan cepat serta mulut terbuka layaknya bocah balita yang ditawari permen.
"Katakan padaku, kalau kau ingin dada besar, Teme!"
"Aku ingin dada yang besar" kata Sasuke, mulutnya semakin terbuka lebar dan tampak ada lelehan air liur yang mengalir dari sudut bibirnya. Tampang dan gestur tubuh Sasuke sudah seperti anjing kepanasan yang ingin cepat kawin.
"Katakan lagi, Teme! katakan tiga kali dengan keras."
"AKU INGIN DADA BESAR.. AKU INGIN DADA BESAAR.. AKU INGIN DADA YANG BESAAAAAARR.." teriak Sasuke, menarik perhatian semua orang yang ada disekitar TKP.
"Saaa, kalau begitu silahkan kau taklukkan sendiri spirit it-,,,,"
Ddhuuuaaarrrrrr..
Tanah seakan amblas, bumi seperti hendak terbelah.
"NARUTOOOO.. JANGAN MEMBANDINGKAN UKURAN DADAKUUUUU!... AAAHH SALAH, BUKAN ITU,,,,,,, JANGAN MERUSAK PIKIRAN SUAMIKU!, ATAU KAU AKAN MERASAKAN NERAKA LEBIH CEPAT.." sebuah teriakan menggelagar, teriakan yang terasa berasal dari tempat berjarak puluhan mil jauhnya.
Glekk..
Naruto terpaksa menelan ludahnya, melihat kesamping ternyata sang rival sudah tidak ada. Kabur, mungkin Sasuke termasuk tipe suami takut istri.
'Haaaaah, kalau bergini terpaksa aku yang harus turun tangan. Semoga saja nanti Hinata tidak marah kalau aku membawa pulang satu spirit lagi'.
