"Sejak pertama kita ketemu dulu, aku… sudah jatuh cinta padamu. A-apa… kau mau menjadi kekasihku?"
"…."
"Aku akan memberimu wak-"
"Serius?"
"Eh?"
"Apa kau serius mencintaiku? Apa kau serius menginginkan aku sebagai kekasihmu?"
"Tentu saja aku serius! Apa wajahku terlihat sedang bercanda?"
"… tidak."
"Lalu…"
"Aku hanya tak mau main-main, makanya aku bertanya seperti itu."
"Begitu?"
"Jika kau serius, aku akan serius."
"Tapi, bagaimana perasaanmu padaku?"
"… aku juga mencintaimu, entah sejak kapan."
"Sungguh?"
"Tentu saja aku sungguh-sungguh, bakayaro!"
"Terima kasih karena sudah mencintaiku…"
Gundam SEED/DESTINY © Masatsugu Iwase, Yoshiyuki Tomino, Hajime Yatate SUNRISE
CLBK
Pairing : AsuCaga
Rate : T
Genre : Romance & Drama
~ Prolog ~
Di suatu hari yang cerah pada musim gugur yang tengah melanda sebuah kota bernama ORB. Kota modern dan sejahtera nomor dua setelah kota Akihabara yang terkenal dengan barang-barang elektroniknya di Jepang. Salah satu tempat terkenal dan selalu ramai akan aktivitas di ORB adalah bandara ORBY yang bertaraf internasional seperti halnya bandara Narita.
"Aduh, gawat! Pesawatnya sudah sepuluh menit yang lalu mendarat, pasti kena semprotdeh," gerutu seorang gadis berambut coklat sebahu sambil keluar dari taksi yang ditumpanginya tadi.
Drrrt! Drrrttt!
"Aduuuh! Siapa lagi s- moshi moshi?" Dengan cepat ia angkat teleponnya setelah tahu, siapa orang yang sedang menelponnya itu.
"AAARGH, ONEE-CHAN! Sampai kapan aku harus menunggu di sini!?" Suara lengkingan dari ujung telepon membuatnya menjauhkan ponsel dari telinga kirinya. "Iya, iya. Aku minta maaf, tadi ada urusan sebentar dengan teman sekelas. Jadi aku telat, tapi aku 'kan hanya telat sepuluh menit, Stella," ujarnya sambil melihat jam lalu berjalan memasuki bandara ORBY.
Seseorang yang dipanggil Stella tersebut menyahut. "Tetap saja Onee-chan telat."
"Ya, baiklah. Aku minta maaf, lalu dimana kau sekarang?"
"Stella masih di dekat pintu keluar nomor satu."
"Oke, tunggu sebentar. Aku akan ke sa-"
Bruuuk! Prak!
Belum sempat gadis itu melanjutkan perkataannya, tubuhnya menabrak seseorang dan ponselnya pun terjatuh ke lantai, sementara ia sendiri hanya terdorong ke belakang sedikit. Iris mata amber-nya mencari-cari kemana si ponsel tersebut terjatuh.
"M-maaf! Apa kau baik-baik saja?"
Gadis yang ditanya itu menengadahkan kepalanya ke atas. Lalu menunduk dan berjongkok untuk mengambil ponselnya yang berada tepat di bawah kaki si penabrak tadi. Belum sempat tangannya menyentuh ponsel yang kini mati layarnya itu, Sebuah tangan yang lebih besar serta lebih putih dari tangannya sudah mengambilnya. Ia pun berdiri kembali.
"Maaf ya! Gara-gara aku, ponselmu jadi mati," kata orang tersebut sambil menyerahkan ponsel berwarna merah metalik itu kepada pemiliknya.
"Tak apa, memang ponsel ini sering terjatuh," ujarnya seraya mengambil ponselnya.
"Ini kartu pengenalku, kalau ponselmu kenapa-kenapa, hubungi sa-"
"-sudah kubilang, ponsel ini sering terjatuh dan sering mati karenanya. Jadi Anda tak perlu khawatir." Gadis itu menatap orang tersebut dan sedikit tersentak saat mengetahui kalau yang menabraknya adalah seorang laki-laki.
Laki-laki tersebut juga sedikit kaget begitu melihat iris mata amber-nya dan tanpa sadar, sebuah nama pun keluar dari mulutnya. "Cagalli…"
Gadis yang dipanggil Cagalli itu menatapnya heran dan kaget.
"Kau Cagalli 'kan?" tanyanya.
"M-maaf, mungkin kau salah orang. Aku bukan Cagalli yang kau maksud."
Dengan cepat gadis yang disangka bernama Cagalli itu lari dari hadapannya. Tentu saja hal itu membuat laki-laki berambut dark blue serta beriris mata emerald tersebut kaget dan hampir mengejarnya. "Mungkin, memang aku salah orang. Mana mungkin itu Cagalli, Cagalli berambut pirang sementara gadis itu berambut coklat. Yang sama hanya… iris matanya."
"Hosh, hosh, hosh! Kenapa –hosh– dia ada di –hosh– sini!?" gumam gadis yang menjadi korban tabrakan tadi seraya berhenti berlari dan menatap seorang laki-laki yang sepertinya seumuran dengannya.
"Cagalli-neechan?"
"Huaaa!"
Bruuk! Dan gadis itu pun terjatuh ke belakang karena dikagetkan oleh gadis lainnya yang bernama Stella dari depan. "Huuuh! Stella! Kau mengagetkanku tahu!" gerutunya sambil bangkit dari lantai.
"Maaf, Stella tidak sengaja membuat Cagalli-neechan kaget kok."
"Iya, iya. Aku tahu itu, kalau gitu ayo pulang. Semuanya sudah menunggu."
"Ha'i!"
Kedua gadis itu pun pergi keluar dari bandara dan masuk ke dalam taksi yang masih setia menunggu Cagalli, gadis yang awalnya tidak mengakui nama aslinya pada laki-laki yang menabraknya tadi. Sebelum Cagalli masuk ke dalam taksi, ia menyempatkan diri untuk menengok ke arah laki-laki tersebut. Namun dia tak ada di sana lagi. Apa benar itu 'dia'? Tapi untuk apa 'dia' kembali lagi ke sini? tanya Cagalli dalam hati. Ah, mungkin salah orang... tapi kenapa 'dia' tahu namaku? Tanyanya lagi.
"Cagalli-neechan! Cepat masuk, Stella sudah lapar nih!" ujar Stella kesal.
"A-a, iya. Baiklah."
Dan taksi itu pun melaju kencang keluar dari lingkungan bandara setelahnya.
To Be Continued
Tangan Mizuka udah gatel nih buat fanfic AsuCaga baru (udah lama nangkring sebenarnya di neppie cuma baru berani publish aja), makanya dipublish deh satu fanfic lagi dan yang pasti tanpa orang ketiga apalagi orang keempat. :D Hanya permasalahan hati saja dari kedua belah pihak. #plak! Untuk fic pertama GSD masih dalam proses... :3
Yosh! Kasih saran, komentar, kritikan lewat review yaaa. Ditungguuuu... ^.~
Sankyu!
