Salam kenal, semuanya!
Ini adalah fict pertama Vyo. Bahkan terakhir kali saya buat cerita itu pas waktu SD.
Haha.
Semoga para readers suka dengan cerita ini.
Mohon perhatiannya untuk segala kesalahan maupun hal-hal yang perlu diperbaiki.
Mohon bantuannya.
Warning : OOC, Mistypo, etc.
Disclaimer : Masashi Kishimoto.
:~: :~: :~: :~: :~: :~: :~: :~:
:~: :~: Behind Vendetta :~: :~:
:~: :~: :~: :~: :~: :~: :~: :~:
TRANGG!
Timbul suara cukup keras yang dihasilkan oleh dua bilah pedang yang saling bertabrakan. Suara tersebut dihasilkan pada sebuah pertarungan maut dari dua pihak yang bertentangan sejak lama.
Anjing negara yang tentunya bukan 'benar-benar anjing'. Mereka adalah para pengikut Ratu dari negara tersebut, yang bertugas sebagai pelindung negara, atau lebih tepatnya sebagai pelindung ratu itu mereka memang egois, menjadikan prajurit eksekutif yang seharusnya bertugas untuk melindungi negara sebagai pelindung dirinya sendiri.
Hal itulah yang menyebabkan salah satu klan di negara itu benar-benar keras menentangnya. Klan tersebut adalah klan legendaris yang cukup berkuasa, kaya raya, hingga sebagian besar wilayah di negara tersebut adalah miliknya dan ada beberapa wilayah di negara lain yang dikuasainya. Klan itu bernama klan Hyuuga.
Dan, pertarungan mematikan tersebut dilakukan oleh para Anjing Negara dan para Hyuuga.
Puluhan mayat bergeletakan dengan bersimbah darah hingga membuat tanah ditempat itu tidak lagi berwarna coklat, selayaknya tanah pada umumnya. Tempat itu kini telah sepi dari keriuhan perang. Perang yang sangat mengenaskan itu menyisakan dua orang yang telah kelelahan dan tidak dapat menyelesaikan petarungan untuk menentukan pihak mana yang menang. Dan berarti seri.
Dua orang yang tersisa itu adalah pemimpin dari masing-masing pihak. di pihak negara tersisa pemuda bermata emerald, rambut merah, dan di kening kirinya bertuliskan kanji 'Ai'. Penampilan yang menyolok itu tak seperti ekspresinya yang stoic.
Pemuda itu bernama Sabaku Gaara.
Sedangkan dihadapannya. Seorang Heiress dari klan Hyuuga, seorang gadis cantik bernama Hyuuga Hinata. Rambut indigo lurus tergerai, begitu gelap, namun mata lavender yang menandakan bahwa ia adalah seorang Hyuuga, begitu pucat -sepucat kulitnya.
Melihat ada kesempatan, dengan cepat Gaara menodongkan pedangnya ke arah gadis yang sedang kelelahan itu. Hinata memejamkan matanya, pasrah. Meskipun ia punya cukup tenaga untuk mengindar dan membalas, tetapi hinata mengurungkan itu dan menyerah, sebab jika saat ini Hinata terbunuh dan pihak ratu yang menang, tak akan ada lagi pertumpahan darah yang sia-sia. Lagipula, Hinata tak begitu setuju dengan ayahnya, biarkan saja ratu memonopoli perlindungan dari anjing negara, yang penting jika rakyat membutuhkannya dia ada. Namun, rasa sakit tak kunjung datang. Iapun membuka matanya, melihat pedang yang jaraknya tak sampai satu inchi dari mukanya. Diapun membuka mulutnya. Bola mata lavendernya bertemu dengan mata emerald milik Gaara.
"Kenapa?"
"Maaf, aku tak bisa."
lalu Gaara menjatuhkan pedangnya. Dan pergi meninggalkan Hinata.
Tak sampai satu meter, Hinata membuka bibir mungilnya lagi.
"Kau benar-benar bodoh! Pantas saja kau tak pernah menang."
Gaara hanya terdiam dan melanjutkan, meninggalkan Hinata.
.:
:.
.:
Setelah perang yang mengenaskan itu, Gaara pulang dengan cara yang biasa, menaiki bus umum. Pemuda itu mengenakan kacamata hitam, topi, dan jaket hitam yang bersih. Karena menurutnya, menyembunyikan identitas dan hidup biasa adalah yang terbaik saat ini.
Bus yang dinaiki Gaara cukup sepi. Terang saja, mana ada yang menaiki bus saat tengah malam. Hanya ada empat orang di dalam sana. Gaara, dua orang pria kantoran yang kelihatannya mabuk, dan supir bus itu sendiri.
Tak lama, bus itu berhenti di sebuah halte. Gaara yang sedang ngantuk berat sedikit memejamkan mata, dan kembali sadar. Tiba-tiba, ada seorang gadis duduk di seberang kanannya. Gaara kaget. 'sejak kapan dia ada disana?' batinnya. 'aku sama sekali tak merasakan kehadirannya'. Lanjutnya. 'apakah Hyuuga benar, aku ini bodoh?itu tak mungkin!' Gaara mulai berkecil hati. 'padahal akhir-akhir ini kepekaanku meningkat!'. Dia mulai penasaran dengan gadis itu. Ia sedikit melirik ke kanan.
Gadis itu mengenakan kacamata yang sangat tebal, hingga jika dilihat dari depan, bola matanya tak kelihatan. Namun untung bagi Gaara yang duduk di sebelah kiri gadis itu, ia dapat melihat jelas mata onyx sayu tersebut. Rambutnya panjang, hitam, agak berantakan dan diikat dibelakang lehernya asal-asalan. Pakaiannya yang kedodoran, menyembunyikan bentuk tubuh gadis itu. Gadis yang sedang duduk tepat di pinggir jendela yang terbuka itu tampak sangat lelah dan mencoba menahan kantuknya. Salah, Gadis itu telah tertidur.
:-:
Setelah beberapa halte dilewati, bus itupun berhenti pada sebuah halte yang dituju Gaara. ia berdiri dan hendak turun. Namun, terjadi hal yang sedikit -hanya sedikit- mengejutkan, gadis dengan rambut indigo itu turun mendahului Gaara. dengan rasa penasaran yang meninggi, dengan cepat ia turun dan mengikuti gadis itu. Meskipun ternyata jalan yang dilalui gadis itu adalah jalan yang membawa Gaara ke tempat tujuan awalnya. Dan Gaara semakin penasaran.
Gaara terus mengikuti gadis itu hingga sampai di taman kota. 'sepertinya dia belum menyadari keberadaanku' batin Gaara. Langkah kaki pria yang dengan sengaja menghilangkan aura keberadaannya itu berhenti ketika gadis yang diikutinya juga berhenti. Gaara jadi was-was, takut jika Gadis yang berada beberapa meter di depannya menyadari keberadaannya dan mulai mengidentifikasikan hal yang tidak-tidak, seperti Gaara dikira seorang pervert, maniak, penguntit –walau memang Gaara sedang menguntit-, atau apapun yang berefek negatif untuk Gaara.
Ia sedikit menghembuskan nafas leganya setelah melihat gadis itu berhenti hanya untuk membenarkan sepatu yang dikenakannya.
''SRAKK-SRAKK''
Suara itu terdengar tepat di belakang Gaara. Gaara yang kaget itu sontak menolehkan mukanya ke arah suara yang barusan didengarnya. Tidak ada apa-apa. Gaara pun mengembalikan pandangannya pada obyek sebelumnya. Namun, gadis itu hilang bagai di telan kegelapan malam. Rasa penasaran Gaara semakin meningkat. Hingga ia merasa ada sesuatu yang ada dihatimuu~, maaf mbak Syahrini taoi maksud saya adalah sesuatu yang janggal, namun Gaara tak dapat menemukannya.
'siapa dia?seperti mirip seseorang, tapi siapa?' Gaara mencoba mengingat-ingat. 'Mata yang sewarna dengan rambut panjang yang lurus, tidak banyak yang klan Uciha?tapi itu tak mungkin, manusia yang tersisa di klan itu hanya dua, Sasuke dan Itachi.' Gaara semakin bergelut dengan pikirannya. 'mungkinkah dia...'. Menyadari sesuatu, dengan cepat Gaara pulang ke apartemennya. 'semoga dia dapat membantu'.
.:
:.
.:
Sesampainya di apartemen, Gaara yang sangat jenuh dan pegal langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur miliknya. Menutup matanya dengan lengan kananya, mencoba untuk tidur. ''gadis itu..'' gumamnya. memikirkan gadis 'misterius' uang terus membuatnya penasaran, membuatnya tak bisa tidur walau ngantuk dan capai. Akhirnya Gaara mengambil teleponnya untuk *tentusaja* menelpon seseorang, dan berharap orang yang ditelponnya dapan mengurangi rasa 'penasarannya'.
''Haaloo~''. Jawab pria di seberang sana.
''Sai!''
''Haaloo~''
''Sai! Kau—'' belum selesai mengucapkan kata-katanya, pria bernama Sai itu menyelanya.
''Haaloo~''
''Hai, Sai-kun... Ini Gaara''
''Hehe, Gaara-chan. Tumben sekali kau menelponku, apalagi jam segini. Jangan-jangaan...'' jawab Sai genit.
''Tidak! Kau kenal dengan gadis yang kira-kira seumuran dengan kita, dan memiliki ciri-ciri yang hampir sama sepertimu. rambutnya panjang, dan memakai kacamata yang sangat tebal?'' Gaara menjelaskan ciri-ciri gadis 'misterius' tersebut.
''aih aihh... Gaara-chanku! Menelponku tengah malam hanya untuk mencari cewek, kau sudah dewasa yah?''
''sudahlah, kau tahu atau tidak?''
''hahaha...lucu sekali. Iya iya, aku tahu.''
''benarkah!'' Gaara terbangun dari kenyamanan yang diberi oleh kasurnya.
''tentu saja, Gaara-chan. Mana tega aku berbohong padamu.''
''lalu, sekarang dia ada dimana?''
''sabar-sabar, begini saja. Dia satu sekolah denganku. Kalau kau penasaran, bersekolah saja denganku. Agar aku tak kesepian akan belaianmu.''
''AARRGH! Baiklah! besok aku kesana''
''HOOREE! Tak sabar aku menunggu hari esok.''
''lebay! Ya sudah''
''jaa..''
Sai adalah rekan Gaara sesama anjing negara. Hanya saja, Gaara bertugas sebagai pelaksana dan si jenius Sai yang merancang strategi. Kehidupan Gaara memang mirip dengan filmnya mas Jet-li yang berjudul 'Deny The Dog' yang mungkin punya hubungan dengan 'Deny Manusia Ikan' mungkin mereka adalah saudara yang terpisahkan, hingga si Deny yang ikan menonton film saudaranya dan membuat acara di TV yang mirip, tapi berbeda. Itulah 'Gaara The Dog' tapi di sini tak ada yang namanya 'Sai Manusia Ikan'.
Pria dengan mata onyx itu akhirnya keluar dari pekerjaannya dengan alasan ingin menikmati hidup sebagai manusia normal. Dan sekarang ia sedang menikmati masa SMAnya dengan bersekolah di SMA yang cukup terkenal di negara itu.
-:-
Setelah menutup telponnya, Gaara mandi untuk menyegarkan tubuh dan pikirannya, lalu kembali merebahkan tubuh di kasur empuknya. ''Gadis itu mengingatkanku padanya...''
.:
:.
.:
Sepuluh tahun lalu.
''PYASH''
''Ahahaha... Gaara-kun, kau lucu sekali kalau basah! Hahaha''
''Ano..Hinata-sama tahu sendiri kan, kalau aku benci basah''
''Tapi kau senang, kan Gaara-kun''
''Ha..Haasyuu!''
''Go.. gomen!'' membungkukkan badannya sebagai tanda maaf.
''Cepat masuk dan keringkan tubuhmu! Biar aku membantumu'' lanjutnya.
Aku hanya terdiam, terpana melihat wajah cantiknya yang memerah karena panik. Tangannya yang putih dan lembut itu sekarang menarik tangan basahku, menggeretku menuju rumahnya. Dari belakang, aku dapat mencium aroma wangi tubuhnya yang khas, rambut hitam lurusnya yang pendek berkibar terkena terpa angin, kulitnya putih dan lembut, mata lavender pucat yang menandakan bahwa dia adalah seorang Hyuuga, dan lagi senyumnya yang sangat tulus itu membuat jantungku berdebar-debar saat memikirkannya.
Mungkin orang-orang menganggapku aneh, karena aku yang masih kecil ini sudah jatuh cinta.
Keluargaku merupakan politisi yang banyak memberi kemajuan negara ini cukup dekat dengan keluarga Hyuuga. Sehingga kami, anak mereka juga sudah akrab satu sama lain.
Ketentraman itu terus berlanjut hingga pada akhirnya kedua orang tuaku terbunuh di depan mataku. Yang membunuhnya? Aku tak tahu. Yang aku ingat dia, pria yang memiliki rambut berwarna hitam, sehitam matanya, kulitnya sangat pucat, umurnya kira-kira 18 tahun dan dia terus tersenyum walaupun telah membunuh orang, sadis. Pria itu mendatangiku yang penuh dengan cipratan darah orangtuaku sendiri. Dia mengulurkan tangannya dan menggendongku, membawaku ke suatu tempat. Disana aku dilatih mati-matian, hingga sekarang aku menjadi pemimpin para anjing negara. Tidak ada yang salah dengan pekerjaanku ini, namun satu yang membuatku menyesal adalah, harus melawan gadis yang sangat kucintai, Hyuuga Hinata.
.:
:.
.:
Pagi menampakkan cahayanya yang menebus gorden apartemen Gaara, membuat pria yang sedang tidur itu terbangun. Matanya yang menutup enggan untuk menerima datangnya pagi. Kalau saja pagi itu ia tak harus pergi ke sekolah, ia pasti akan menghabiskan seharian penuh untuk tidur yang sangat jarang ia dapatkan. Dengan cepat ia bangun dan bersiap-siap. Masih ada dua jam sebelum sekolah dimulai, namun ia harus mengurus segala hal untuk dapat bersekolah di sana.
:-:
Karena kekuasaan dan otaknya, Gaara dapat dengan mudah masuk dan bersekolah di sekolah favorit itu. Karena normalnya di umurnya yang 18 tahun ini, akhirnya ia di masukkan di kelas 12-A, kelas yang sama dengan mantan rekannya, Sai.
Bel tanda masukpun berbunyi. Gaara dibimbing oleh walikelasnya memasuki kelas barunya. Saat berdiri di depan kelas, pandangan Gaara langsung tertuju pada seseorang yang sedang duduk di bangku paling pojok belakang. Ya, pandangannya tertuju pada seseorang yang sedang dia cari, dan yang duduk di sebelahnya adalah Sai yang sedang nempel-nempel dengan gadis itu.
''Baiklah Sabaku-san, silahkan perkenalkan dirimu''. Kata guru yang bernama Kurenai. Gaara yang talkless hanya mengangguk, dan menuliskan nama lengkapnya di papan tulis. ''Dimana aku harus duduk?'' kata Gaara datar. ''o'oh, di sana ada bangku kosong'' kata wanita yang sedang hamil itu sambil menunjuk ke salah satu bangku kosong tepat di depan gadis 'misterius' itu.
Gaara pun langsung berjalan menuju tempat duduknya. Semua mata menatapnya, namun Gaara sudah mulai terbiasa dengan keadaan tersebut, sebab sejak memasuki sekolah itu, berbagai jenis mata tertuju padanya. Ada yang memandangnya terpana dengan penampilannya yang 'good looking' itu, mencoba mencari perhatian dengan genit dan memamerkan beberapa 'kelebihannya', dan banyak lagi. Setelah sampai dan duduk, Gaara pura-pura tidak peduli dengan gadis di belakangnya.
'Ternyata sekolah benar-benar membosankan! Entah, apa tujuan Sai meninggalkan pekerjaannya demi ini' gerutu Gaara dalam hati. Dia sangat bosan saat itu, bukan hanya karna pelajaran yang sudah diketahuinya sejak lama, tapi juga karna perlakuan orang-orang di sekitarnya.
Gadis berambut pink di sebelahnya sangat ribut, sebentar-bentar mengangkat tangannya dan menanggapi penjelasan guru, padahal guru itu menjelaskan dengan malas-malasan. Gadis yang diketahui bernama Sakura Haruno itu, menurut Gaara sebenarnya tidak terlalu pintar, namun dengan aksinya yang sok pintar itu mungkin akan dapat nilai yang bagus di raportnya. Pandangan benci sebagian besar pria di kelas itu terus saja berlangsung saat melihat gadisnya curi-curi pandang pada Gaara. Sedangkan yang sangat membuat Gaara gerah adalah Sai yang dibelakangnya mengelus-elus dan menarik-narik rambut merahnya sambil bersenandung ''Gaara-chaan, Gaara-chan, Gaara-chan...oooh~ senangnyaaa~...''. Karna tidak dapat membendung rasa sebalnya, Gaarapun membalikkan pandanganya untuk memberikan 'Death Glare' pada Sai.
Saat menoleh Gaara -dengan sengaja mencoba melirik gadis 'misterius di belakangnya. Gadis itu hanya duduk diam tak bergerak, setelah menajamkan pandangannya Gaara mendapati gadis itu sedang tidur, kacamatanya yang sangat tebal menyembunyikan wajah tidur sang empunya. Saat hendak memberikan 'death glare'nya, bel tanda istirahat berbunyi. Sakura berdiri dan mencoba mengajak bicara Gaara.
"Kau tak ingin ke kantin?kelihatannya kau lapar, biar aku mengantarmu'' tanya Sakura ramah. Gaara yang tak dapat menolak karena sejak malam ia belum makan hanya berdiri dan mengikuti Sakura. Tinggal kira-kira semeter lagi sebelum Gaara dan Sakura meninggalkan ruang kelasnya. Sai memanggilnya
''Gaara-chaan~''
Sang pemilik nama langsung berbalik untuk melihat orang yang memanggilnya.
''Ikut, tidak?'' tanya sakura tak sabar.
''Kau duluan saja'' jawab Gaara.
''hmn..baiklah''
Setelah melihat Sakura meninggalkannya, Gaara mengalihkan perhatiannya pada temannya, Sai. Setelah menoleh, lagi-lagi perhatiannya teralih pada gadis yang saat ini di depannya. Sai berdiri -atau lebih tepatnya menempel di belakang gadis itu, tangannya yang panjang terkalungkan di leher si kacamata, bagian tubuh paling atas gadis itu yang mencapai dagu Sai membuat kepala pria jenius itu bersandar manja. Pemandangan itu menimbulkan lebih banyak lagi pertanyaan yang menderu-deru di pikiran Gaara.
Sebelum lebih banyak lagi pertanyaan yang ditimbulkan, akhirnya Sai memulai pembicaraan.
''Gaara-chaan~, perkenalkan ini Hinacchi, dia manis kan?'' kata Sai sambil mengangkat tangan kanan mungil gadis berkacamata itu untuk menyuruhnya bersalaman. Semerbak merah menghiasi wajah manis gadis yang malu-malu itu, membuat Gaara grogi. Lalu, suara lembut keluar dari bibir -yang kelihatannya lembut juga. ''Hi-Hinata...'' suara gemetar itu membuat aktivitas jantung Gaara terasa berhenti sejenak dan melebarkan mata emeraldnya karena itu adalah nama gadis yang sangat ia cintai, Hyuuga Hinata. Sebelum wajah tampanya juga ikut merona, Gaara tersadar bahwa didunia ini pasti ada ribuan nama seperti itu. Dan sebagai pria yang begitu menjaga imejnya, Gaara langsung mengulurkan tangannya dan membalas salaman hinata.
''Gaara'' masih dengan tampang stoicnya.
''Uum...s-sebenarnya a-aku ssaudara kembarnya...''
Pernyataan tersebut sukses menghilangkan beberapa prasangka Gaara yang menyatakan bahwa Hinata yang didepannya sekarang ini adalah Hinata yang disukainya sejak lama.
Meskipun mirip, terdapat banyak perbedaan antara gadis ini dengan Hyuuga Hinata. Mulai dari penampilannya, warna onyx pada mata gadis ini sangat berbeda dengan warna lavender khas Hyuuga, rambutnya, meskipun hampir sama namun berbeda, rambut Hyuuga Hinata selalu terlihat rapi dan terawat, meskipun saat bertarung dengan Gaara beberapa hari yang lalu tetap tidak ada sehelaipun rambut indigo itu yang tidak sesuai barisannya. Sedangkan gadis ini rambutnya jauh dari rapi dan diikat asal-asalan di balik lehernya. Sifatnyapun jauh berbeda, Hinata yang ini lebih malu-malu dan negatif, sangat beda dengan calon pemimpin Hyuuga yang cenderung aktif dan sedikit tomboy tanpa ada sedikitpun keraguan di sorot matanya. Apalagi pengakuan bahwa ia adalah kembarannya Sai. Tapi siapa tahu?
''kruuyukk''
Para pembaca pasti tahu itu suara apa,ya perut salah satu manusia disana berdendang. Dan anda pasti mengira suara itu berasal dari pria yang sejak tadi kelaparan, tapi sayangnya perut Gaara masih dapat diatur. Suara itu berasal dari perut Sai.
''Wah, wah...perutku memang nakal! Dasar, memecahkan keheningan yang menggantung di antara sepasang anak adam yang lagi kasmaraan''
''Diam kau!'' Gaara menyahut dengan sinis.
Hinata hanya menunduk menahan tawa.
Sai seperti biasa, tetap menampikan senyum palsunya.
Author terus mengetik.
Akhirnya mereka bertiga pergi ke tempat -yang pasti anda tahu, kantin yang mulia. Sesampainya disana, Gaara hanya memesan roti berukuran medium, Sai memesan nasi goreng, dan Hinata...bisa habis satu chapter untuk menuliskan semuanya -lebay-, yang pasti banyak karena kebiasaan Hinata yang sekali makan susah untuk dihentikan.
Nafsu makan Hinata yang jauh kebih tinggi dari manusia biasa, membuat Gaara heran dan berfikir bahwa Hinata itu tidak pernah makan atau sebelumnya tak punya cukup uang untuk membelinya, karena saat itu Gaara yang baik hati dan tidak sombong mentraktir mereka.
Sai seperti biasa, memamerkan senyum palsunya.
Author terus mengetik.
-:
Selesai makan dan berbincang-bincang -hanya Sai-, mereka bertiga meninggalkan tempat suci itu dan kembali ke ruang kelas. Saat menaiki tangga, ada sesuatu -ehm seseorang yang kebetulan tidak disukai oleh Gaara, Hyuuga Neji. Selain karena pekerjaan yang mengharuskan dia mengalahkan Hyuuga, tidak menutup kemungkinan bahwa Gaara membenci Neji secara pribadi. Di sebelah pria berambut panjang tersebut ada gadis yang rambutnya dicepol dua, entah karena memang bentuk kepalanya begitu atau gadis yang 'sepertinya' suka tokoh Puca itu kegemaran cosplaynya kebawa sampai di kehidupan sehari-hari. Entahlah itu tak penting, mari kita fokuskan pada pemeran utama kita, Gaara yang sedari tadi bermain tatap-tatapan bersama pria Hyuuga di hadapannya hingga takdir memisahkan. Karena tujuan mereka yang berlawanan, jadi tentu saja mereka tak lagi berpapasan dan melanjutkan perjalana mereka.
''Hmm...sepertinya kau tertarik dengan pria itu ya, Gaara-chan?''tanya Sai
''Kenapa dia disini?'' jawab Gaara yang masih menjaga imagenya, meskipun dia terkejut. Kalau dia bukan Gaara, pasti langsung mencegat Neji dan melemparkan pertanyaan itu langsung ke orangnya. Namun apa mau dikata, karena ini Gaara.
''o'oh, dia itu meskipun baru lulus dari sekolah ini tahun kemarin, sudah diangkat sebagai pembina klub kendo. Sedangkan yang disebelahnya itu Tenten, pemimpin dari klub kempo china.'' jawab Sai.
''Tenten itu sekelas dengan k-kita'' sahut Hinata yang sedari tadi ingin bicara, namun belum ada kesempatan
''Iya, aku tahu'' jawab Gaara datar.
''hoo..Gaara-chan, kau belum milih ?''
'yaiyalah! Orang baru masuk, juga' Gaara hanya membatin agar tidak merubah suasana menjadi panas.
''u-uum...b-bagaimana k-kalau nanti p-pulang sekolah lihat-lihat d-dulu?''
''baiklah''
:.
.:
:.
Sepulang sekolah, sesuai narasi Sai dan Hinata mengantar Gaara untuk melihat-lihat klub. Niat awalnya cuma lihat-lihat, namun karna Gaara PODARI (POpuler DAlam Sehari) dipaksa oleh para fansnya untuk menjajal setiap klub yang ia kunjungi. Gaara dengan mudah dan baik mengerjakan setiap pekerjaan di klub-klub tersebut, mulai dari beladiri hingga ketrampilan rumah seperti memasak. Oleh karena itu, member fans club Gaara yang baru terbentuk beberapa jam lalu kian bertambah. Dan satu komentar terlontar dari mulut Sai.
''waah...Gaara-chan bisa menjadi istri yang baik''
''diam kau!'' jawab Gaara, tetap stoic.
Hinata hanya menunduk menahan tawa.
''ngomong-ngomong kalian berdua ikut klub apa?''
''uum...k-kami ikut klub seni dan boga'' kata Hinata yang mendapat kesempatan berbicara.
''iya, habisnya Hinacchi suka sekali makan, hahaha'' Sahut Sai menusuk.
''j-jadi Sabaku-san, tertarik ikut k-klub yang m-mana?'' jawab Hinata yang memang sudah terbiasa dengan perkataan Sai yang kiat menusuk.
''hmn...kempo lumayan menarik'' Gaara memang ahli di bebagai bidang, terutama yang berhubungan dengan pertarungan. Namun, ia berfikir dengan belajar salah satu aliran beladiri Cina -yang memang belum dikuasainya-pasti sangat berguna. Karena Gaara termasuk tipe yang pervektif.
''lalu kapan kau akan mendaftar, Gaara-chaan?''pasti tahu lah siapa yang bicara.
''kau bilang ketua klubnya sekelas dengan kita, jadi itu hal yang mudah.''
''hey,hey. Yang bilang itu kan bukan aku, tapi Hinacchi''
''aku memang tidak mengarahkannya ke kau'' Gaara yang sudah cukup kesal menjawab dengan ketus.
''tajam sekali Gaara-chan, kalau sering-sering nanti terkikis, lhoo''
''sudahlah, kalau ada bibir yang tak bisa merapat, dapat membuat kapal dapat pecah! Dan belajarlah untuk bercermin'' jauh lebih ketus. Siapa? Gaara? Bukan, melainkan Hinata. Kaget? Begitulah dengan kedua pria di sekitarnya.
''aah~ Hinacchi, sakit loh.'' Sai sedikit mencubit pipi lembut Hinata.
Gaara hanya terdiam.
Author? Pasti anda sekalian berfikir 'GAK PENTING!'.
''u'um...sudah m-mulai gelap, s-sbaiknya k-kita p-p-pulang'' Hinata dengan semburat merah sudah bertengger mukanya, dan menemukan rumus baru |malu+gugup=gagap|.
''baiklah!'' Sai yang mulai memimpin perjalanan pulang, masih tetap merangkul Hinata di depan tubuhnya.
Gaara mengikutinya.
15 menit. Waktu yang cukup lama semenjak mereka bertiga meninggalkan sekolah dan hampir sampai di apartemen Gaara. jika Gaara berjalan sendirian, tak akan sampai 10 menit, meskipun dia cukup kaya tapi tidak menggunakan mobil mewahnya yang disimpan di rumahnya di suatu tempat, tapi apa daya seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, menyamar sebagai penduduk biasa adalah yang terbaik saat ini. Dan bagaimana tidak lama, Hinata yang berada di barisan paling depan begitu kesulitan untuk jalan karena ada pria bernama Sai menempel dipunggungnya dan tangan yang dikalungkan seakan enggan lepas membuat perjalanan menjadi lambat.
Gaara yang sejak tadi berjalan beriringan menghentikan langkahnya karena dirasa sudah sampai di tempat tujuannya, apartemennya. Selama perjalanannya, Gaara memikirkan beberapa pertanyaan yang masuk tanpa henti, mulai dari gadis yang akhir-akhir ini menginvasi otaknya dan beberapa pertanyaan yang baru saja datang. 'Kenapa kedua orang ini tetap berjalan di sebelahku?Apakah mereka sengaja mengikutiku?atau tujuan mereka arahnya sama denganku?' dan satu lagi yang membuat Gaara gatal untuk tidak bertanya, adalah kenapa kedua orang yang diketahuinya kembar ini ikut berhenti di depan apartemennya.
''hey, apa tujuan kalian?'' akhirnya keluar juga.
si 'kembar' itu menjawabnya dengan menoleh dan menunjuk rumah sederhana di seberang jalan tepat di hadapan apartemen tempat Gaara tinggal.
''u'um...i-itu rrumah kami''
''kenapa tidak bilang dari awal?'' tanya Gaara mengamati rumah yang memang sudah ada sejak ia mulai tinggal di apartemennya.
''dari awal kau tidak tanya, Gaara-chan''
''ano... M-mampirlah d-dulu, k-kalau mau'' tawar Hinata, harap-harap cemas.
''Hinacchi, berani sekali mangundang pria yang baru dikenal, hahaha''
''bukannya dia kawan lamamu!'' Hinata yang sukses menambah warna merah di mukanya mencubit kaki Sai, dan sontak
''aduduh! Iya iya, mampirlah dulu Gaara-chan, apakah kau tega menolak ajakan Gadis yang selama ini menginvasi otakmu'' hey! Itu kata-kataku!.
''terserahlah'' dan Gaara menerima.
:-:
di dalam rumah Sai dan Hinata. Rumah yang rapi dan bersih dengan model klasik. Berbagai barang hasil seni yang cukup tinggi tertata dengan pas tanpa membuat rumah itu terasa 'rusuh'.
''kalian tinggal serumah?'' percakapan dibuka oleh Gaara yang sejak tadi menahannya. Tak baik kalau ditahan Gaara.
''tentu saja'' jawab Sai sambil mendudukkan Hinata di sova coklat gelap yang empuk di dalam ruangan yang cukup luas, sepertinya ruang santai. Yaah, Hinata memang bisa duduk sendiri, tapi di fict ini Sai sayang banget sama 'kembarannya'.
''kalian duduk disini dulu, aku akan buatkan cemilan'' lanjutnya sambil memamerkan senyum khasnya.
''tak usah repot-repot'' kata Gaara.
''hmn, kau pikir kau itu siapa?lagipula jam segini itu jam untuk camilannya Hinacchi, benar kan Hinacchi?''.
''u-umn'' jawab Hinata.
''oke, hati-hati'' kata Sai sambil menepuk puncak kepala Hinata lalu pergi ke dapur meninggalkan dua anak adam yang saling diam.
:-: 5 menit :-:
Sai tak kunjung kembali. Membiarkan keheningan yang menggantung di ruang santai itu, meskipun ada suara dari anime favorit Hinata di TV. sepertinya Sai sengaja. Merasa saat ini adalah waktu yang tepat, Gaara mulai menanyakan hal yang selama ini membuatnya penasaran.
''kenapa Sai sebegitunya denganmu?''
''eh?'' jawab Hinata dengan memasang wajah linglung.
''kau bisa jalan ?bukankah itu berlebihan?''
''u'um...sebentar lagi kau juga tau'' dan mengembalikan pandangannya pada TV 32 inch.
~nee konna, kanashi wo...~
yang terdengar hanya soundtrack serial Gundam yang ditonton .
''jika Sai begitu protect, kenapa kemarin kau naik bis tengah malam sendirian?'' Gaara memang bukan orang yang suka basa-basi.
''u'uumn...anoo..'' Hinata mulai gugup, dan menggigit bibir bawahnya.
.:
:.
.:
-:~~~~~TBC~~~~~:-
Penasaran?
Review.
