Title : Silent
Author : Ghost Author
Pairing : the GazettE Aoi x Uruha
Rating : PG
Genre : Angst
Disclaimer : This is a work of fiction and nothing here is intended to suggest any truth or intended to infringe any copyright claimed.
Warning : FLAT! don't like, don't read
A/N : short fic penghilang stress akibat mikiran kelanjutan Love Story ch 3. Lalu nonton PV nya ADAMS dan sukses jadi inspirasi ini fic. Dasar yaa mereka pasangan yaoi paling fenomenal di industry musik XDD Gomen klo angstnya nggak banget -_-
.
Deru ombak yang bergulung-gulung itu dapat didengar dengan jelas oleh Aoi. Lelaki tinggi tegap berambut hitam itu tersenyum kecil memandangi hamparan laut biru yang luas didepan matanya.
"kita sampai Uru—" ucap Aoi pelan dan menoleh kepada Uruha yang bersandar dibahunya. Sebuah senyum terukir di bibir merah pucat Uruha.
.
Aoi berjalan meninggalkan jejak sepatunya di hamparan pasir putih putih itu, tangan kanannya membawa sebotol anggur. Langkahnya berhenti tepat disebelah meja persegi empat berwarna coklat muda yang tak terlalu besar, tepat di bibir pantai. Diatas meja itu ada sepasang gelas kristal kosong dan sebuah vas bunga dengan beberapa tangkai bunga lily.
"bunga ini cantik seperti mu Uru" puji Aoi pada Uruha yang telah duduk di sebuah kursi putih didekat meja. Aoi tersenyum dan mengambil sebuah kursi yang sama dengan Uruha dan duduk berhadapan dengan Uruha. Tangannya menuangkan anggur itu pada gelas Uruha lalu pada gelasnya sendiri, hanya sebatas separuh.
"bersulang—" Aoi mengangkat gelas miliknya dan mendekatkan pada gelas Uruha yang masih berada ditempatnya, menimbulkan suara gelas yang beradu lalu meminumnya sedikit.
"nee Uru—lihat ombak-ombak itu—indah ya? kau ingat saat pertama kali kita ke sini? Kau begitu takjub dengan keindahannya dan untuk pertama kalinya juga bagiku, melihatmu bisa tersenyum bahagia, walau mata sembabmu itu sedikit mengganggu—" Aoi tertawa kecil dan menumpukan kedua tangannya dimeja.
"dulu kenapa kau menangis Uru?" tanya Aoi pada Uruha yang terduduk didepannya. Aoi memandangi helaian rambut blonde Uruha yang terurai jatuh menutupi sebagian wajahnya, bergerak lembut tertiup angin.
"Uru—aku mencintaimu…" kata Aoi pelan, lalu bangkit berdiri dan berjalan lalu berdiri tepat dibelakang kursi Uruha. Tangannya menyusuri leher jenjang Uruha dan mendongakkan kepala lelaki cantik itu. Aoi menunduk dan menyesap leher putih Uruha perlahan, mencium dan merasakan harum tubuh Uruha yang selalu membuatnya luluh. Mulai dari pangkal leher lalu naik perlahan sampai ke dagu, tangannya semakin memaksa Uruha untuk mendongak lebih tinggi hingga Aoi bisa meraih bibir Uruha yang terkatup, menciumnya lembut diawal, lalu berubah menjadi lumatan ganas diselingi lenguhan dari Aoi yang tertahan. Uruha pun ambruk kesamping, tubuhnya jatuh ke hamparan pasir.
Aoi segera menindih tubuh Uruha dan melanjutkan kegiatannya, menggamit dagu Uruha dan menyesap kembali bibir Uruha yang kini terbuka. Mencoba mengusai setiap bagian dari dalam mulut Uruha yang beraroma mint, aroma yang membuat Aoi kecanduan.
"hhh…hah.." Aoi terengah setelah ia kehabisan nafas. Tangannya bertumpu disamping kiri kanan kepala Uruha. "Uru—aku mencintaimu—" lagi Aoi mengucapkan kalimat itu, diiringi tetes air mata yang jatuh membasahi wajah Uruha dibawahnya. "Uru—tunggu aku…" ucap Aoi pelan lalu merebahkan tubuh lemasnya di pasir, tepat disebelah Uruha. Tangannya meraih tangan Uruha dan menggenggamnya erat. Aoi tersenyum pahit, merasakan zat-zat racun itu seakan menggerogoti setiap organ tubuhnya.
"owarimashita—" bibir Aoi berucap lemah diiringi kedua matanya yang terkatup perlahan dan selamanya tak akan pernah terbuka lagi, sama seperti Uruha, kekasihnya.
-OWARI-
