Fanfic Princess Hours Chapter 1

Istana Daegu membangunkan kabut dari sesaknya gundukan putih yang hampir semua meleleh. Ada sorot kuning yang malu-malu merangsek dalam celah istana yang rumit. Suasana semerbak hangat dan keemasan. Di luar, capung mulai hinggap pada ranting yang membatu. Meski suasana masih beku, semua sudah lebih baik karena berhentinya badai.

Shin hanya mendapat sebagian dari kesadarannya ketika membuka mata. Dengungan cukup keras mengganggunya. Shin merapatkan kedua tangannya, lalu memejam mata berharap kekacauan dalam pikirannya dapat terbunuh dan Shin segera mendapatkan kesadarannya. Shin sangat tahu saat ini sudah seharusnya ia melakukan sesuatu di istana Jae Joong. Raja dan Permaisuri mungkin terbunuh kalau Shin tetap seperti ini sekarang. Shin menutup mata semakin erat, itu pertanda dengungan ini makin keras melekat pada pendengarannya.

"Aku, Shin Jae Kyeong, mungkin sudah gila karena telah terpenjara di dalam sangkar emas ini. Tapi, yang membuatku menyedihkan adalah kau. Aku mungkin akan bertahan disini ribuan tahun, bahakan saat kehidupan selanjutnya, aku masih akan bertahan disini, tapi seharusnya tidak dengan kau. Entah kenapa kau sangat mudah menjadi orang yang dibenci. Meskipun aku tak memiliki harta, istana, kedudukan sebelum bertemu kau, tapi saat aku melihat hidupmu, kau lebih menyedihkan dariku. Kau tahu, Shin?"

Jae Kyeong tak sedang tersenyum. Lee Shin tak pernah berharap Jae Kyeong melepas senyum hangatnya, tapi bahkan saat itu Shin harus menerima air mata Jae Kyeong. Perasaan Shin ikut hancur meski tak bisa muncul kepermukaan, Shin tahu kepedihan macam apa yang ada diantara Jae Kyeong dan dirinya. Mengapa saat semua harus ditebus air mata Shin baru mengerti? Shin benar-benar tak habis pikir dengan dirinya sendiri.

Kening Shin dipenuhi keringat, suhu tubuhnya memanas. Shin menderita mendengar dengunang itu berubah menjadi teriakan Jae Kyeong yang meminta lepas darinya. Tubuhnya beraksi hebat, Shin merasa batin di dalam jiwanya sedang pergi entah kemana. Saat Shin memutuskan memberanikan diri membuka mata, Shin tak mendapati apapun di sekelilingnya. Semua ia rasakan berhenti.

...

Yeol bersandar pada daun pintu. Ada sesuatu yang menahan Yeol pada daun pintu itu hingga Yeol tak bisa lari ke tempat yang ia inginkan. Tak ada debu yang tiba-tiba mengusik, tapi Yeol mendadak merakan perih pada kedua bola matanya. Yeol ingin sekali menangis, tapi suara tangisnya akan membuat Jae Kyeong menyadari keberadaan Yeol di balik daun pintu itu. Yeol sudah cukup lemas mendengar isak Jae Kyeong yang tersendat bahkan saat Jae Kyeong belum terbangun dari tidurnya seperti saat ini.

Tak ada yang bisa terlintas dalam pikiran Yeol, bagaimana bisa Jae Kyeong menangis dan begitu sedih bahkan saat sedang bermimpi? Yeol merasa dunia begitu kejam pada gadis selemah Jae Kyeong. Gadis ini masih saja terisak. Tapi entah apa yang membuatnya seperti ini, Yeol benar-benar ingin menghajar orang yang ditemui Jae Kyeong dalam mimpinya saat ini.

Daun pintu itu masih menah Yeol, tapi tempat tidur Jae kyeong mengeluarkan suara seperti memanggil pertolongan. Yeol membelalakan matanya, tubuh Jae Kyeong mengejang, napasnya tak beraturan, dan Jae Kyeong terlihat seperti lelah. Yeol menyadari Jae Kyeong lebih dari sekedar merasa tersiksa.

Yeol tahu yang harus dilakukannya adalah meninggalkan Jae Kyeong, meski Yeol harus bisa membunuh kecemasannya pada gadis itu. Kakinya mulai menginjak satu langkah, hatinya masih saja tertinggal dan langkahnya seperti membatu. Yeol merasa daun pintu berderit pelan. Ini pertanda yang tak diinginkan Yeol, Jae Kyeong pasti menyadarinya.

"...Yeol?"

'Jae Kyeong benar-benar menyadariku'