JUST FOLLOW YOUR HEART | Kaisoo Ver.

Main Cast :

Kim Jongin

Do Kyungsoo

Oh Sehun

Yeri

Irene

Support Cast :

Park Chanyeol

Byun Baekhyun

Dan, akan bertambah seiring kebutuhan cerita

Genre :

Romance, Hurt/Comfort, BoyxBoy

Rate :

T+

Disclaimer :

Ff ini adalah FF pertamaku jadi tolong maklumi karena aku belum mahir bikin ff kaya sunbae2 ku (haha), dan pairing yang pertama ku buat adalah KAISOO, well aku adalah kaisoo shipper. Cerita ini asli pemikiranku, dan jika ada cerita yang agak mirip dengan cerita lain mungkin karena aku sering baca ff kaisoo jadi agak terinspirasi kesana terutama yang YAOI. Semoga kalian suka CEKIDOOTTTTTTT

Chapter 1

Author POV

Hamparan pantai indah di Prismo Beach California sore itu merupakan suasana yang yang cocok bagi siapa saja yang ingin mengasingkan diri dari sibuknya kota California. Pantai yang terletak di selatan Paso Robles Amerika barat ini memanjakan kita akan keindahan taman bahkan winery yang tak kalah indah dari Napa. Suasana yang cukup sepi agaknya menambah keindahan pantai itu. Ketenangannya pun sengaja dimanfaatkan oleh seorang namja yang tengah duduk di bangku pinggir pantai. Terlihat namja itu sedang menghadap lautan lepas meskipun mata indahnya terpejam. Mungkin semilir angin pantai membuat dirinya enggan untuk sekedar membuka mata karena terlalu nyaman untuk dilewatkan. Setidaknya dirinya tak perlu menghadapi kenyataan buruk hidupnya untuk beberapa menit ini saja. Begitulah pikir namja itu.

Kemeja putih yang menutupi tubuh bagian atasnya terlihat tidak beraturan lagi, dua kancing teratasnya terbuka, salah satu ujung kemejanya dikeluarkan dari celana hitamnya bahkan di salah satu kerah bajunya terlihat bercak kemerahan yang hampir mengering. Dengan rambut dark brown yang basah akan keringat serta beberapa memar di pipi kirinya sekalipun, ternyata semua itu tidak mengurangi kadar ketampanannya.

"Kenapa aku harus dilahirkan dulu, jika hidupku akan seperti ini?" gumam namja tersebut sangat pelan dengan mata yang masih terpejam yang sekarang menengadah ke birunya langit.

Sepertinya keindahan Prismo Beach tidak secuil pun ia rasakan dalam kehidupannya selama ini. Dengungan lirih yang menyiratkan sebuah keputusasaan itu jelas menggambarkan betapa terpuruknya hidup namja bersurai indah tersebut.

Drrtt.. drrrttt...

Ponsel yang tergeletak manis di sampingnya tiba-tiba bergetar. Namun, namja tersebut tidak menghiraukannya sama sekali, karena dia terlalu asik menikmati suasana pantai sore itu. Akhirnya ponsel tersebut pun berhenti bergetar. Namun belum semenit tiba-tiba

Drttt... drrtttt... drrrttt

Ponsel itu bergetar lagi dan kali ini sepertinya ponsel tersebut tidak akan mengalah dengan kekeras kepalaan namja tersebut yang sedari tadi mengabaikan panggilan yang entah dari siapa. Karena terlalu kesal dengan getar ponsel yang mengganggu ketenangannya, sang namja akhirnya mengangkat ponsel tersebut dengan membuang napasnya kasar.

"Yak! Kim Jongin kemana saja kau seharian ini, aku berkali-kali menghubungimu tapi kau sama sekali tak mau mengangkat teleponku" Teriak seorang laki-laki di seberang sana kepada namja yang ternyata bernama Kim Jongin itu.

"Memangnya kenapa kau mencariku? Bukankah kau pergi kencan dengan pria centil itu. Dasar gay menjijikan" balas Jongin dengan nada mengejek dan sinisnya.

"Oke, aku tidak akan berdebat denganmu tentang kekasihku untuk kali ini, tapi sekarang jawab aku kau dimana? Kau tau, aku bosan mendengar Yeri yang terus menelponku menanyakanmu"

"Huh.." Jongin hanya membalas dengan helaan napas saja membuat laki-laki di seberang telpon geram sehingga menaikkan suaranya.

"Yak! Kim jongin kau tidak mendengarkanku ?"

"Kau tidak perlu tahu, Chanyeol hyung. Mungkin aku tidak akan pulang malam ini ke apartemen" jawab Jongin dengan santai.

"Apa kau bilang ? kau sudah tidak masuk kuliah hampir seminggu Jongin, jangan bilang kau akan terus berulah di kampus, apa kau mau appamu memindahkanmu ke negara lain lagi hanya karena kau tidak menuruti keinginannya. Ayolah jangan kekanakkan, turuti saja appamu"

"Aku sudah tidak peduli lagi apa yang keluarga inginkan" Jongin mendesah diakhir kalimatnya. Meskipun dia tahu, perkataan itu diucapkannya sangat ragu karena yang ia tahu ia bahkan sangat menyayangi keluarganya terutama appanya.

"Oke, aku tahu apa yang sedang kau pikirkan tapi pulanglah dulu kita bicarakan baik-baik tentang masalahmu"

"Terserah kau saja"

Pip ...

Jongin mematikan secara sepihak sambungan teleponnya karena bosan mendengar Chanyeol yang tidak akan menyerah untuk membujuk dirinya pulang. Padahal dirinya hanya butuh ketenangan sementara sebelum kembali ke dalam kenyataan yang selalu membuatnya frustasi.

"Eomma, lihatlah anakmu ini, aku sangat ingin berada di pelukanmu sekarang" Jongin menunduk sambil mengucapkan harapannya.

Namun tiba-tiba jongin meraih ponselnya lagi dan nampak menelpon seseorang.

"Halo, Yeri kau tidak usah menelpon Chanyeol hyung lagi aku sedang ada urusan beberapa hari ini dan kita pasti akan bertemu nanti," Jongin berbicara dengan sesorang yang bernama Yeri itu begitu lembut.

"Oppa, kau tidak tahu aku sangat merindukanmu kenapa tak pernah mengangkat teleponku?"

"Aku tahu, aku pasti pulang. Sudah ya.. aku sedikit sibuk, saranghae.."

Tanpa menunggu jawaban Yeri, Jongin langsung mematikan ponselnya dan menonaktifkannya. Yeri adalah kekasih Jongin yang sama-sama berasal dari Korea dan Jongin sangat mencintainya, mereka bertemu di kampus karena berada di tingkat yang sama di Universitas California. Namun untuk saat ini dia butuh sendiri untuk menjernihkan pikirannnya sehingga dia tidak ingin chanyeol bahkan Yeri untuk mengubunginya dulu. Jongin kembali memejamkan mata sambil menikmati angin sore pantai. Namun tiba-tiba dia mendengar berisik seseorang yang tak jauh dari tempatnya duduk.

"Kyungsoo hyung, cepat ambilkan aku foto disana" Teriak salah satu namja.

Jongin hanya melirik dengan ekor matanya, karena merasa ada sesorang yang berbicara dengan bahasa Korea di California ini seperti dirinya. Dan ternyata ada dua orang namja yang tengah sibuk mengambil gambar pantai dan pemandangan sekitar. Lalu namja yang lebih kecil menyahut.

"Dari tadi kau terus yang difoto, lalu bagaimana denganku Sehun-ah?" sepertinya laki-laki yang bernama kyungsoo itu sedang kesal.

Jongin hanya menggelengkan kepalanya dan memutuskan untuk tidak menghiraukan perdebatan kedua namja yang baru datang tersebut.

"Baiklah setelah ini giliranmu ku foto hyung" Jawab namja yang bernama sehun dengan riang.

Setelah lama tidak terdengar obrolan tiba-tiba salah satu dari mereka beteriak.

"Yak! Sehun-ah kau membuat bajuku basah"

Jongin yang keget pun segera menoleh ke arah dua pemuda yang ternyata sedang berkejar-kejaran itu sampai kedua pemuda itu berlari ke arah Jongin dan melintas di depannya serta menjauhi tempat Jongin duduk. Jongin pun mendecih.

"Cih, sangat norak, bahkan mereka bukan anak kecil lagi"

Setelah merasa cukup menikmati suasana pantai, Jongin beranjak untuk meninggalkan tempat tersebut. Langkahnya tiba-tiba terhenti melihat sesuatu berkilauan di atas pasir pantai. Karena penasaran Jongin mendekati benda tersebut yang ternyata adalah sebuah liontin perak berbentuk love. Kemudian Jongin memungutnya dan membuka liontin itu. Setelah diperhatikan cukup lama, Jongin menebak bahwa liontin itu milik namja yang berlarian di depannya tadi karena dalam liontin tersebut terdapat foto seseorang yang mirip sekali dengan salah satu namja yang berkejaran tadi sedang berpose tertawa lebar, sedangkan pada sisi satunya terlihat foto seorang wanita yang jongin tebak adalah ibunya karena wajah mereka yang sangat mirip. Jongin menyipitkan pandangannya kearah pemuda itu berlari dan tidak melihat tanda-tanda kalau pemuda itu masih di sekitar pantai. Setelah menghendikkan bahunya, Jongin memasukan liontin itu ke saku celananya dan beranjak meninggalkan pantai karena hari sudah mulai gelap menuju motor besarnya.


Pusat Kota California.

Jalanan California malam ini terlihat lengang, tidak banyak kendaraan melintas. Bahkan lebih banyak terlihat kumpulan pejalan kaki yang sedang menikmati indahnya kota di pusat Amerika barat ini. Dari sekian banyak pejalan kaki tampak dua orang yang tidak lain adalah Sehun dan Kyungsoo juga sedang menikmati pemandangan malam California.

"Hyung, aku lelah dan sangat lapar. Apa kau tidak bosan memotret terus sejak tadi" Keluh Sehun dengan tampang super kesal.

"Bukannya tadi kau sudah makan didekat pantai?" Jawab Kyungsoo sekenanya.

"Itu kan tadi siang, Hyung. Sekarang sudah malam dan perutku sudah berteriak minta diisi, apa kau mau cacing-cacing diperutku ini menggerogoti lambungku, lalu setelah itu aku sakit dan tidak bisa menemanimu jalan-jalan lagi" Sehun mengoceh panjang kali lebar di depan Kyungsoo yang masih sibuk memotret apa saja yang dia lihat dan menurutnya menarik itu bahkan sepertinya kyungsoo tidak ada niatan untuk menanggapi protesan Sehun.

"Hyuuungg, ayolah kita berhenti sebentar ke cafe itu, masa kau tega sedari tadi aku hanya menelan ludah melihat makanan enak disitu" Sehun terus menggoyang-goyangkan badan Kyungsoo semakin keras. Kyungsoo pun menyerah dan memilih mengikuti keinginan Sehun untuk menghampiri cafe diseberang jalan dengan helaan nafas panjang.

"Baiklah,.."

Sehun dan Kyungsoo pun memasuki sebuah cafe bergaya meksiko dengan interior yang sangat indah dan terdapat tulisan "Coyote Cafe" di depan bangunannya. Tak lama seorang waitress menghampiri mereka dengan sangat ramah. Dan menanyakan pesanan mereka. Setelah sibuk membolak-balik daftar menu akhirnya Sehun dan Kyungsoo menjatuhkan pilihan pada Burito Especial yaitu suatu Tortilla yang berisi buncis, keju serta daging ayam dengan lelehan saus diatasnya karena mereka ingin menikmati hidangan tradisonal meksiko malam ini.

Sambil menunggu pesanan datang, Kyungsoo tampak mencari-cari sesuatu di sekitar lehernya, membuka tasnya, dan merogoh saku celananya berkali-kali. Sehun yang heran dengan gerak-gerik Kyungsoo pun angkat bicara.

"Kyungsoo hyung, kau sedang mencari apa ?"

"Apa kau melihat liontinku ? Seingatku liontinnya aku pakai tadi pagi sebelum kita ke pantai" Kyungsoo menjawab tanpa melihat Sehun dan terus mencari-cari di dalam tasnya.

"Aku tidak melihatnya hyung. Mungkin kau lupa, nanti kita cari di hotel saja. Barang kali tertinggal disana."

"Tapi, aku yakin tadi pagi aku memakainya, Hun"

"Lagian kau ini seperti perempuan saja memakai liontin berbentuk Love, kau itu namja, Hyung."

"Itu liontin dari ibuku Sehun-ah, dan itu sangat berharga buatku" Sungut Kyungsoo kesal.

Pesanan mereka pun datang. Namun, Kyungsoo tampak tidak menyerah mencari liontinnya dan terus mengingat-ingat kira-kira dia menaruh liontinnya dimana.

Setelah semua makanan sudah tersaji di meja mereka, Sehun menginterupsi kegiatan Kyungsoo tersebut dan mengajaknya makan terlebih dahulu.

"Sudahlah hyung kalau tidak ada di tas mu nanti kita bisa cari di hotel mungkin saja kau lupa menaruhnya." Ulang Sehun menasehati.

Akhirnya Kyungsoo pun menghentikan kegiatannya mencari liontin tersebut karena semua tempat di tasnya sudah dia cari namun tetap saja tidak menemukan lontinnya. Kyungsoo akhirnya menyentuh makanannya tanpa minat karena dia terus memikirkan liontin itu.


Di lain tempat, terlihat Jongin sedang mengendarai motornya membelah jalanan California tanpa tujuan. Dia terus memutari jalanan tersebut dari sore sampai jam menunjukkan pukul 22.00 malam tanpa lelah. Namun tiba-tiba dia menghentikan motornya di depan suatu bar bertuliskan "Blue Moon". Dia memarkirkan motornya di depan bar tersebut dan memasuki bar dengan langkah yang gontai. Sepertinya Jongin ingin menghabiskan malamnya dengan menikmati beberapa gelas vodka yang biasa dia minum beberapa tahun ini.

Sebelumnya dia bukanlah sesorang yang gemar mengunjungi tempat-tempat penuh kemerlap lampu berwarna itu dengan dentuman musik yang memekakan telinganya. Setidaknya itu dua tahun lalu sebelum dirinya kini berada di daratan Amerika. Dia adalah pemuda baik-baik dengan prestasi yang membanggakan di sekolahnya dulu yang berada di Korea. Hanya saja, beberapa masalah yang menimpanya akhir-akhir ini membuat dirinya berubah 180 derajat. Bahkan sahabatnya, Chanyeol seolah tidak mengenali kepribadian Jongin saat ini.

"Hai Jongin! Kau kesini lagi rupanya, mau kuambilkan vodka seperti biasa?" Seorang bartender bername tag Taemin menyapa Jongin yang baru saja mendudukan pantatnya di depan meja bar.

Jongin hanya menganggukkan kepalanya sebagai balasan.

Hari semakin malam dan setelah beberapa gelas vodka yang masuk ke dalam kerongkongannya, Jongin nampak telah mabuk sepenuhnya dan mulai meracau tidak jelas. Bahkan Taemin yang berada didekatnya sedari tadi tidak tahu apa yang Jongin bicarakan disela-sela cegukannya akibat pengaruh alkohol tersebut. Taemin pun hanya menebak Jongin sedang dalam masalah karena Jongin terlihat seperti sedang menangis dan membentak meskipun kemudian tertawa tidak jelas. Sehingga taemin hanya bisa menepuk pundak dan mengelus punggung Jongin untuk sekedar menenangkannya. Melihat bercak darah di kerah baju Jongin dan luka lebam di pipi kirinya, Taemin mengerti bahwa Jongin telah berkelahi lagi dengan entah siapa. Yang Taemin tahu, hobi Jongin saat ini adalah mabuk di bar dan berkelahi dengan siapa saja ketika ada yang mengusiknya.

Teamin dan Jongin menjadi dekat karena Jongin sering sekali datang ke bar ini, mengingat bartendernya yang juga orang Korea sehingga mereka cepat nyambung dalam soal obrolan, membicarakan sesuatu atau sekedar basa basi pada awalnya. Sebagai teman, Taemin sering merasa prihatin pada Jongin yang selalu bilang keluarganya tidak pernah menginginkannya ada di dunia ini. Sehingga Jongin sering sekali mengungkapkan keinginannya untuk mengakhiri hidupnya saja daripada dia harus selalu merasa terasingkan dan merasa tidak berguna lagi. Bahkan keluarga yang sangat dicintainya itu tidak pernah mau mendengarkan keinginan, keluh kesah Jongin bahkan tidak mau tahu kebahagiaan sebenarnya yang Jongin dambakan. Hidupnya seolah sudah di setting oleh orang lain, dia hanya bergerak atas perintah dan berhenti pun atas perintah. Jika seperti itu apa bedanya dirinya dengan mesin robot yang pada akhirnya tak pernah mendapatkan sentuhan kasih sayang.

Semakin malam, pengunjung pun semakin banyak sehingga Taemin merasa kerepotan untuk melayani pelanggannya atau menenangkan Jongin yang terus saja meracau, sementara jam kerjanya akan berakhir ketika pukul 03.00 dan itu artinya masih dua jam setengah lagi dirinya baru bisa mengantar Jongin ke apartemennya. Di tengah kegiatannya melayani pengunjung, tiba-tiba Taemin melihat Jongin berjalan kearah pintu keluar bar dengan langkai yang tak beraturan, hampir saja Taemin akan mengejarnya namun langkahnya terhenti melihat bosnya berdiri di depannya.

"Apa kau mau ku depak dari bar ini, hah? Ingat Taemin, hutangmu masih banyak padaku. Kecuali jika kau ingin adikmu satu-satunya kujadikan pelacur disini kau boleh mengabaikan pelanggan bar sekarang." Ucap bos Taemin dengan geram melihat taemin megabaikan pelanggan barnya untuk mengejar Jongin. Taemin yang mendengar ancaman bosnya pun tidak berkutik dan memilih kembali melayani para pelanggan yang jumlahnya tidak bisa dibilang sedikit itu, tentunya dengan perasaan khawatir pada Jongin yang masih dalam keadaan mabuk berat itu.

"Adikmu masih berharga juga ternyata Taemin .. ha ha ha" Tawa bos Taemin yang diketahui bernama Kim Young min itu menggelegar setelah melihat taemin sangat patuh padanya. Taemin yang melihatnya hanya bisa mengepalkan tangannya, bisa-bisanya tua bangka itu membawa-bawa adiknya dalam hal seperti ini.


"Hyung, lihatlah orang itu!" Tiba-tiba Sehun berujar pada Kyungsoo yang sedang melihat-lihat hasil foto di kameranya.

Tanpa membalas ucapan Sehun, Kyungsoo mengarahkan pandangannya pada sesorang yang ditunjuk Sehun beberapa meter dari tempatnya berdiri. Ternyata orang tersebut sedang membenturkan kepalanya berulang-ulang pada tembok bar dengan cukup keras sampai terlihat ada sedikit darah mengalir di pelipisnya. Melihat kejadian itu, Kyungsoo yang pada dasarnya memiliki empati yang sangat tinggi pada orang disekitarnya pun langsung saja menghampiri sesorang itu berniat untuk menghentikannya. Sehun pun membuntuti Kyungsoo menghampiri orang tersebut. Dan sesorang yang tengah membenturkan kepalanya itu tidak lain adalah Kim Jongin.

"Hey! Stop, Please. Don't ramming your head like that. You are bleeding" Sergah Kyungsoo tiba-tiba dengan bahasa Inggris yang tidak begitu buruk. Namun, Jongin seolah tidak mendengar omongan Kyungsoo terus berusaha membenturkan kepalanya. Melihat laki-laki itu tidak berhenti membenturkan kepalanya, Kyungsoo yang sangat khawatir pun segera menarik tangan Jongin menjauhi tembok itu tanpa berpikir panjang. Jongin yang merasa diganggu pun menyentakkan tangan Kyungsoo dan membuat Kyungsoo terpental. "Garago!" – Pergi !. Melihat itu Sehun hampir saja menonjok Jongin yang dengan seenaknya membuat Kyungsoo hampir terjatuh. Namun Kyungsoo menahan Sehun untuk tidak melakukan aksinya.

"Sudahlah, Sehun-ah aku tidak apa-apa, sepertinya dia bukan orang California, tadi aku mendengar dia bilang dengan bahasa Korea"

"Terserahlah dia orang mana. Tapi, dia hampir saja melukaimu, Hyung" jawab Sehun memandang Kyungsoo

Sebelum Kyungsoo menjawab Sehun, tiba-tiba mereka berdua mendengar suara isakan dari laki-laki tersebut. Kyungsoo pun menolehkan matanya kedepan dan melihat Jongin telah meringkuk sambil terus terisak meskipun isakannya tidak keras namun masih terdengar oleh Kyungsoo maupun Sehun. Kyungsoo hanya bergerak sesuai nalurinya dan mencoba menghampiri Jongin yang terlihat sangat menyedihkan.

Kyungsoo POV

Aku tidak mengerti kenapa aku seberani ini untuk mendekati laki-laki yang hampir saja melukaiku dan ingin berusaha menenangkannya. Aku bisa melihat kesedihan dan keputusasaan sangat jelas terekam didalam matanya meskipun sepertinya orang ini sedang mabuk berat. Dan itu terbukti dengan bau alkohol yang sangat menyengat dari tubuhnya setelah aku berhasil mendekatinya. Aku tergerak untuk mengelus punggungnya agar dia berhenti terisak, entah mengapa aku sangat tidak tega melihat seseorang yang berusaha menyakiti dirinya sendiri padahal meskipun orang tersebut punya masalah bukankah menyakiti diri sendiri bukanlah solusi terbaik. Sehun hanya mematung melihat aku ikut berjongkok untuk memberikan ketenangan pada pemuda yang bahkan aku belum tahu namanya itu. Aku sangat khawatir melihat darah yang mengalir di pelipisnya sehingga aku menyuruh Sehun untuk membeli obat ke apotek terdekat. Setelah sehun pergi aku berusaha memberikan kekuatan pada pemuda yang kelihatan sedang depresi ini dengan membisikan kata-kata lembut.

"It's gone be oke. It's gone be oke"

Pemuda ini terus meracau dengan bahasa Korea, sehingga aku semakin yakin dia memang bukan orang California. Sepertinya dia sangat merindukan orang tuanya, karena sedari tadi dia bergumam, 'Eomma, Appa, nomu bogoshipo' begitulah racauannya pelan.

Aku membisikan kata itu berulang-ulang dengan sangat lirih dan berharap pemuda itu mau mendengarkanku, sampai aku merasakan bahunya tidak bergetar lagi. Ternyata dia sudah tidak sadar lagi. Aku tidak tahu apa dia pingsan karena luka di pelipisnya atau dia tertidur atau bahkan karena pengaruh alkohol. Aku berusaha membangunkannya, namun tidak ada pergerakan sedikit pun. Aku pun merasa panik dan tak lama Sehun datang membawa plastik berisi beberapa obat dan plester.

Kyungsoo POV end

Author POV

"Hyung, ini obatnya. Cepat selesaikan dia kita harus cepat pulang ini sudah sangat larut, Hyung." Sehun ikut berjongkok dengan Kyungsoo yang nampak sedang panik.

"Dia sepertinya pingsan Hun, bagaimana ini, mana mungkin kita meninggalkan dia disini."

Sehun pun berusaha membangunkan Jongin dengan menggoyang-goyangkan badannya namun Jongin masih saja terpejam.

"Benar, Hyung.. Ya sudah kita bawa saja dia ke hotel. Nanti setelah sadar kita akan tanya dimana rumahnya."

Dengan segera Sehun memanggil taksi dan membantu Kyungsoo mengangkat tubuh Jongin yang besar masuk ke dalam taksi untuk menuju hotel tempat mereka menginap.

Tubuh Jongin bersandar pada bahu Kyungsoo sehingga membuat Kyungsoo merasakan nafas teratur Jongin mengenai kulit lehernya yang putih. Kyungsoo pun berusaha membersihkan pelipis Jongin dari luka akibat benturan tadi karena dia sangat khawatir kalau tidak segera ditangani maka akan semkain parah lukanya. Sedangkan Sehun nampaknya sedang sibuk dengan ponselnya. Dan berkali-kali mendengus melihat Kyungsoo yang begitu perhatian pada pemuda asing itu.

"Hyung, besok kita harus pulang ke Seoul. Appaku tadi mengabariku dia baru saja pulang dari London dan ingin membicarakan sesuatu denganku"

"Apa? Kita baru 3 hari disini hun, aku masih ingin melihat-lihat California" jawab Kyungsoo sedikit berteriak pada Sehun dan menghentikan kegiatannya membersihkan luka Jongin. Namun Jongin nampaknya tidak terganggu sama sekali dengan teriakan Kyungsoo.

"Nanti, kita bisa kesini lagi, Hyung. Kau seperti tidak tahu saja watak appaku bagaimana"

"Kenapa tidak bicara di telpon saja hun?"

"Entahlah, appa bilang ada hal penting yang harus dia sampaikan langsung padaku"

"Hah..." Kyungsoo mendesah kesal, liburannya di California baru saja dimulai dan langsung disuruh pulang. Sebenarnya bisa saja Kyungsoo tetap disini namun Kyungsoo akan sangat kesepian jika libur hanya sendiri mengingat dia tidak kenal siapapun di California dan orang tuanya pasti tidak akan mengizinkan dirinya sendiri berada di tempat yang jauh dari Korea mengingat betapa over prorektive keluarga Do.

Jarak hotel masih lumayan jauh dari tempat mereka saat ini. Kyungsoo merasakan Jongin semakin melesakkan kepalanya di sekitar lehernya, sehingga Kyungsoo sempat berpikir bahwa Jongin tidak pingsan melainkan hanya tertidur. Kyungsoo merasakan geli akibat hidung Jongin yang mengenai permukaan lehernya berkali-kali ketika taxi sedikit bergoncang. Sehingga Kyungsoo berusaha merubah posisi Jongin, namun lagi-lagi Jongin menggerakan kepalanya lagi pada bahu kyungsoo. Akhirnya Kyungsoo pun pasrah, dan membiarkan posisi Jongin tetap seperti itu.

Tak lama setelah itu, taksi akhirnya berhenti di kawasan hotel yang terbilang cukup mewah itu, dimana bagian depan hotelnya kita bisa melihat pemandangan air mancur yang cukup besar dengan hiasan nyala lampu yang berwarna-warni. Sehun membawa Jongin masuk ke lobi hotel diikuti dengan Kyungsoo di belakangnya. Mereka segera menuju lift dan menekan tombol lima dimana kamar mereka berada.

Ting...

Lift pun terbuka, dengan susah payah Sehun dan Kyungsoo membawa orang yang tidak mereka kenal itu menuju kamar hotel mereka. Jongin pun dibaringkan di salah satu single bed di kamar itu yang ternyata adalah milik Sehun.

"Hyung, biar aku saja yang tidur di sofa, kau tidurlah sekarang, besok kita harus segera menuju bandara pagi-pagi sekali." Sehun berujar sambil melepaskan jaketnya

"Sebentar, hun. Aku akan membereskan luka namja ini terlebih dahulu, aku takut nanti dia infeksi" Kyungsoo mengambil obat yang dibeli Sehun tadi dan segera duduk di samping tempat Jongin berbaring untuk meneruskan membersihkan luka Jongin yang sempat tertunda tadi.

"Baiklah, tapi jangan lama-lama hyung kau harus istirahat" Sehun mulai membaringkan tubuhnya di sofa dan memejamkan matanya.

Kyungsoo dengan sangat hati-hati mulai membersihkan sisa luka Jongin yang belum tersentuh olehnya tadi. Mulai dari pelipis, pipi kiri jongin, hingga tangannya berhenti pada sudut bibir Jongin. Entah kenapa tiba-tiba jantung Kyungsoo berdetak sangat cepat melihat bibir tebal Jongin yang sedikit terbuka itu. Dia ragu-ragu untuk membersihkan luka di daerah tersebut karena tiba-tiba kyungsoo merasa tangannya mulai bergetar membayangkan tadi bibir itulah yang terus menempel di lehernya selama diperjalanan menuju hotel dan sempat membuatnya panas dingin. Padahal dia tidak pernah merasa seperti itu kepada laki-laki selama ini sekalipun itu adalah Sehun.

"Apa yang aku pikirkan?" Kyungsoo berujar dan menggelengkan kepalanya dengan sedikit gusar. Dengan memantapkan perasaanya akhirnya Kyungsoo mulai membersihkan luka di sudut bibir Jongin dengan sangat pelan.

Setelah menempelkan plester pada luka Jongin, akhirnya Kyungsoo beranjak dari duduknya menuju kasurnya untuk menuju ke alam mimpi. Namun, dia teringat akan liontinnya yang hilang saat perjalanan tadi sehingga dia mengurungkan niatnya tidur dan mulai menjelajahi setiap sudut kamarnya tanpa terlewati. Setelah beberapa menit mencari namun, Kyungsoo tidak menemukan tanda-tanda liontin itu dimanapun.

"Aku bodoh sekali, kenapa aku tidak hati-hati dengan hal sepenting itu" Kyungsoo bergumam kecil. Kyungsoo benar-benar menyesal, padahal itu satu-satunya kenangan bersama Ibunya dulu, sebelum Ibunya meninggal beberapa tahun lalu. Kyungsoo pun menyerah karena mungkin terlalu lelah sejak pagi berjalan-jalan dan sudah berusaha menemukan liontin itu, namun tetap tidak ditemukannya. Akhirnya dia berbaring dan mulai terlelap.

Auothor pov end


Jongin POV

Aku merasakan sinar matahari mulai menerpa wajahku sehingga aku mulai membuka mata. Ah... sepertinya aku sangat lelap malam tadi, padahal hal terakhir yang aku ingat adalah aku bersama Taemin sedang menghabiskan vodka. Setelah aku membuka mataku sepenuhnya aku merasakan sakit pada kepalaku. 'Ah, ini pasti karena aku banyak sekali meminum vodka semalam' aku bergumam dalam hati sambil memegang kepalaku. Setelah itu, aku menengok ke sekeliling tempatku terbaring dan melihat dua orang laki-laki sedang menyeret kopernya. Lalu salah satu laki-laki yang lebih kecil menyadari aku tengah memperhatikan mereka pun menghentikan langkahnya.

"Oh... ternyata kau sudah sadar, tadinya aku menaruh memo di sampingmu. Karena kami harus segera ke bandara dan tidak bisa mengantarkanmu kembali."

Aku masih diam dan mencerna apa yang terjadi semalam, kenapa aku bisa ada di tempat ini. Lalu laki-laki pendek tersebut berucap kembali karena aku yang tidak menjawab perkataannya.

"Kau berada di kamar hotel kami, semalam entahlah kau pingsan atau tertidur, aku tidak tahu jadi kami membawamu kemari, tadinya kami akan membantumu pulang tapi kau tidak bangun-bangun dari semalaman, akhirnya aku menulis memo ini agar kau bisa check up setelah kau bangun. Ah, tenang saja kau tidak usah memikirkan sewa hotel, aku sudah mengurusnya" Namja yang memiliki mata bulat itu terus saja menjelaskan sambil sesekali tersenyum, padahal sedari tadi aku tidak menjawab perkataanya. Entahlah mungkin dia sadar raut kebingunanku.

"Ah.. Begitu" hanya itulah kata yang keluar dari mulutku sebagai jawaban, karena aku juga masih belum mengerti harus berkata apa pada dua namja yang tidak kukenali itu.

"Hyung, ayo cepat lah pesawat akan lepas landas, toh dia kan sudah sadar"

Tiba-tiba namja yang sudah berada diambang pintu kamar hotel itu berujar sedikit keras. Aku menangkap nada bicaranya yang seperti tidak menyukaiku, tapi aku tidak mengerti kenapa dia seperti itu. Aku hanya meliriknya sekilas lalu melihat namja yang berada di samping ranjangku lagi.

"Baiklah, aku harus pergi, sampai jumpa dan semoga harimu menyenangkan" entahlah, sepertinya aku tidak asing dengan namja yang sedang tersenyum di depanku ini. Sebelum aku mengingat-ingat siapa dia, kedua namja itu sudah menghilang di balik pintu dan aku hanya memperhatikan langit-langit kamar hotel sambil memikirkan siapa namja yang menolongku tadi. Liontin! 'Yah, aku ingat namja tadi kan yang ada di liontin yang aku temukan di pantai. Kenapa tadi aku tidak menyerahkan liontinnya' aku bergumam dalam hati sedikit menyesal karena sempat tidak mengingat wajahnya. Aku berpikir mungkin saja liontin ini berarti untuk namja tersebut kalau melihat ada foto wanita paruh baya di dalamnya. 'Ah.. pemikiranku jadi sama seperti Yeri saja gara-gara dia selalu memaksaku menonton telenovela kesukaannya'. Aku tersenyum kecil mengingat Yeri yang selalu merengek padaku saat dia ingin kutemani nonton acara itu. Aku pun mengambil liontin di saku celanaku lalu mengamati baik-baik dan segera keluar hotel dengan sedikit tergesa untuk mengembalikannya, mungkin saja mereka belum jauh. Namun aku tidak menemukan mereka dimana pun. Bahkan sampai aku tiba di lobi pun aku tidak melihat mereka. Aku menyipitkan pandanganku ke luar hotel dan melihat mereka memasuki taksi, aku segera mengejar namun langkahku tidak sebanding dengan laju taksi itu, aku pun berhenti di depan hotel dan mendesah karena sakit kepala ku belum sepenuhnya hilang dan aku sudah lari pagi seperti ini.

Jongin POV end


Author POV

Di dalam taksi.

"Apa kau semalam menemukan liontinmu, Hyung? Tanya Sehun

"Tidak, aku sudah mencarinya sampai ke toilet hotel tapi tetap tidak ada" Kyungsoo menjawab dengan tatapan penuh penyesalan.

"Mungkin saja terjatuh saat kita berjalan-jalan, Hyung. Aku tidak tahu harus membantu apa."

Kyungsoo diam dan hanya memandang jalanan California dari balik kaca. Entah mengapa Kyungsoo tiba-tiba teringat kejadian semalam ketika membersihkan luka namja yang belum dia ketahui namanya sampai detik ini. Dia hanya khawatir jika namja itu akan bersikap nekat lagi seperti kemarin malam.

"Hyung, semalam setelah aku perhatikan baik-baik namja asing itu aku merasa tidak asing dengan dia. Aku seperti pernah melihatnya tapi entah dimana" Sehun bergumam sambil mengingat-ingat sesuatu.

"Oh ya? Setau ku kau tidak pernah punya teman seperti dia?"

"Entahlah hyung, wajahnya tidak asing."

Setelah pernyataan Sehun itu, suasana mendadak sepi dan akhirnya mereka sampai di bandara untuk segera pulang ke Seoul.

Beberapa bulan setelah kejadian di California.

Jongin nampak sedang mengemasi barang-barangnya ke dalam koper besar dengan sedikit malas. Sepertinya dia masih belum bisa melawan kehendak keluarganya dan harus patuh dengan segala perintah keluarganya. Meskipun tak pernah sekalipun keluarganya mendengarkan keinginan Jongin. Jongin hanya terlalu menyayangi keluarganya dan belum punya alasan untuk membantah apapun yang keluarganya inginkan, padahal sebelumnya Jongin sudah bertekad kuat untuk mengabaikan keluarga yang selama ini hanya menganggapnya boneka dan selalu mengasingkannya. Jongin sempat berpikir, untuk alasan apa keluarganya menyuruh dia kembali ke Korea ketika dirinya sudah mulai nyaman dengan California. Apakah keluarganya sama sekali tidak ingin melihat Jongin bahagia sebentar saja.

"Apa kau sudah selesai berkemas, Oppa? Chanyeol oppa bilang kau harus cepat, karena sebentar lagi pesawat lepas landas." Yeri datang tiba-tiba menghampiri Jongin dan mulai membantu Jongin memasukkan barang-barangnya ke koper.

"Sebentar lagi, kau tunggulah di bawah aku akan menyelesaikan ini, Yeri." Jongin tersenyum melihat Yeri yang hari ini terlihat sangat cantik dengan mini dress peach dengan rambut yang sengaja di cat merah.

Cup..

Yeri mencuri satu ciuman dipipi Jongin dan tersenyum malu-malu melihat Jongin yang cengo dengan sikap Yeri. Jongin tahu, selama ini dia jarang memperhatikan Yeri dan kejadian seperti ini sudah jarang sekali mereka lakukan. Melihat Yeri yang masih tersenyum manis dengan bibir berwarna pink, Jongin pun memajukan wajahnya dan mulai melumat bibir bawah Yeri. Yeri yang sangat senang pun akhirnya mengalungkan tangannya pada leher Jongin dan mulai menghisap bibir atas dan bawah Jongin bergantian. Ketika sedang asik melahap bibir masing-masing. Teriakan Chanyeol sangat-sangat mengganggu mereka.

"Yak! Kkamjong, Kau tau sebentar lagi pesawat lepas landas dan kau masih bersenang-senang disini."

Karena merasa malu, Yeri mendorong bahu Jongin dan mengusap sudut bibirnya yang masih terdapat saliva Jongin. Sebab ciuman tadi tidak bisa dikatakan lembut, mungkin karena mereka baru melakukannya lagi akibat sikap Jongin yang sering murung belakangan ini.

Setelah mendengus karena kegiatannya diganggu, Jongin pun menarik kopernya menuruni tangga menuju mobil untuk segera ke bandara.

"Oppa, aku akan menyusulmu sebulan lagi, karena aku harus menyelesaikan dulu beberapa urusan disini, Oppa harus janji tidak akan tergoda dengan wanita lain selain aku sebelum aku ke Korea" Yeri berucap manja di depan Jongin yang akan memasuki mobilnya.

Jongin pun memeluk Yeri dan hanya menggelengkan kepalanya sebagai tanda dia tidak akan melirik wanita lain.

"Aku jadi sangat rindu dengan Baekhyun melihat kalian seperti ini" Chanyeol berujar sangat pelan namun masih terdengar oleh Jongin.

Akhirnya Jongin pun masuk ke mobil dan segera menuju bandara setelah mengecup sekilas kening Yeri dan berpamitan padanya.


Di bandara...

"Hyung, seringlah telepon aku. Disana aku pasti akan sangat membutuhkanmu, kenapa kau tidak ikut saja denganku kembali ke Seoul?"

"Sebentar lagi aku wisuda Jongin, dan sayang sekali jika aku harus pindah ke Seoul. Tenanglah setelah wisuda nanti aku pasti akan kembali ke Seoul." Chanyeol memang merupakan mahasiswa tingkat akhir di Universitas California, sedangkan Jongin merupakan mahasiswa tahun pertama sehingga Jongin tidak begitu khawatir untuk pindah-pindah universitas. Kita skip dulu acara pamit-pamitan Jongin. Bow...


Seoul...

"Sehun-ah, kudengar ada mahasiswa baru di angkatan kita yah?" Ujar Kyungsoo pada Sehun sambil menggandeng cewek cantik di sebelahnya.

"Aku tidak tahu, Hyung" Sehun hanya membalas dengan mulut mash sibuk dengan bubble tea nya. Sebenarnya Sehun sangat kesal melihat Kyungsoo yang terus saja menempel dengan cewek cantik itu, sehingga dirinya sering sekali diabaikan. Mereka sekarang sedang ada di kantin kampus Universitas Seoul. Dan ngomong-ngomong cewek cantik yang di samping Kyungsoo adalah pacar Kyungsoo, dia bernama Irene. Cewek populer di kampus Kyungsoo dan merupakan kakak tingkat Kyungsoo. Meskipun begitu mereka terlihat sangat cocok untuk menjadi pasangan kekasih. Kyungsoo pun tidak pernah memanggil Irene dengan 'Noona' itu pun atas keinginan Irene.

"Irene, apa kau mau menemaniku mengambil catatan di asramaku?" Kyungsoo bertanya dengan mata sedikit menggoda Irene. Jangan salah yah, gini-gini Kyungsoo adalah namja normal yang hormonnya sedang membludak sehingga melihat cewek secantik Irene siapa yang tidak tertarik. Awal mereka jadian adalah karena dulu Kyungsoo sangat mengagumi Irene dan sering mengirimi bunga mawar di loker Irene. Setelah lama menjadi Secret Admirer akhirnya Irene memergoki Kyungsoo tengah menaruh bunga seperti biasa dan Kyungsoo saat itu sangat kaget dan gelagapan mendapati Irene berdiri di depannya ketika dirinya akan berbalik ke kelasnya. Namun tanpa diduga, Irene segera memeluk Kyungsoo dan berucap dengan sangat lembut sampai membuat Kyungsoo ingin menangis bahagia.

"Aku sangat senang, ternyata orang yang selama ini mengirimiku bunga adalah kau, aku sangat tersentuh dengan kata-kata penyemangatmu, aku juga sangat menyukaimu." Begitulah ungkapan Irene saat itu sehingga sejak itu mereka menjadi sepasang kekasih.

Kembali ke dunia sekarang.

"Baiklah, tapi jangan lama-lama" Irene menjawab Kyungsoo malu-malu.

Mereka pun segera menuju asrama kampus yang tidak jauh dari gedung kampus melewati jalan yang sekiranya tidak dilalui orang-orang maupun satpam.

Sesampainya di kamar Kyungsoo, tiba-tiba tangan kyungsoo menarik tengkuk Irene dan mulai menciumi bibir merah Irene dengan sedikit kasar, yang membuat Irene reflek meremas rambut Kyungsoo. Ciuman itu berlangsung cukup lama dengan lelehan saliva entah milik siapa sudah mengalir di sudut bibir Irene.

Cekleekk...

Tiba-tiba pintu terbuka dan membuat dua insan yang sedang dimabuk asmara itu melepaskan ciuman panas mereka karena kaget bukan kepalang, takut jika mereka ketahuan oleh pengurus kampus. Perlu diketahui Kyungsoo masih berada di tingkat pertama kuliah dan semua mahasiswa tingkat pertama diwajibkan berada di asrama dengan alasan tingkat pertama masih perlu adaptasi dengan kegiatan kampus dan masih banyak pengarahan yang harus diberikan oleh kampus sehingga Kyungsoo pun mau tidak mau harus ikut berada di asrama dengan peraturan yang cukup ketat.

Mereka berdua masih mengamati sesorang yang tiba-tiba membuka pintu kamar Kyungsoo. Padahal setahu Kyungsoo tadi dia menguncinya. Kyungsoo dan Irene sangat malu ketahuan berciuman di dalam kamar dan sangat jelas melanggar peraturan. Dan Kyungsoo semakin malu lagi mengetahui bahwa seseorang yang memergokinya adalah namja yang pernah ia temuinya di California waktu itu. Kyungsoo benar-benar berharap namja itu tidak mengenalinya setelah pertemuan tidak sengaja beberapa bulan lalu. *Kyungsoo ingatannya kuat juga yah* - Abaikan author... :v

Namun tiba-tiba sebuah suara menginterupsi kecanggungan mereka.

"Maaf, apa aku mengganggu kalian?" Laki-laki itu pun membuka suara untuk mengatasi kecanggungan yang terjadi.

TBC...

Maap, TBC mendadak.. Chapter 1 sengaja ku bikin panjang karena belum ada konflik yang begitu menonjol sehingga kalian akan menebak-nebak bagaimana alurnya. Haha ... Aku mau lihat respon para readers dulu dan reviewnya . kalo responnya bagus aku akan segera post chapter 2. Karena chapter 2 sudah menunggu di posting ..